METRUM
Jelajah Komunitas

Di Garut, Ibu-ibu Pembatik Kampung Adat Pasir Berkreasi Bersama Memberi Dampak Ekonomi Bagi Warga

PADA tanggal 4 November 2023, saya mengunjungi Kampung Adat Pasir, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Silaturahmi singkat itu telah direncanakan sebelumnya. Menyambung percakapan kami sebelumnya tentang Batik Pasiran dan bagaimana itu bisa berdampak dalam kehidupan masyarakat di sana.

Perjalanan ini saya lakukan sendiri menggunakan transportasi umum. Saya menaiki angkot arah Samarang dari perempatan Cipanas, turun di Indomaret Cikamiri, kemudian naik ojek pangkalan ke Kampung Adat Pasir.

Saat datang disambut oleh ibu-ibu pembatik di Kampung Adat Pasir. Saya menyaksikan ibu-ibu dari berbagai identitas agama bersama-sama membangun dan berkreasi di Kampung Adat Pasir. Tak lupa jamuan teh dan gorengan bala-bala yang khas, menghangatkan percakapan kami.

Sebelumnya, Balad Kawit Seja (@halobakaja) bersama Girls Ambassador for Peace (@ga4p.indonesia), Ruang Damai (@ruangdamai_id) dan UNWOMEN Indonesia (@unwomenid) melaksanakan Live Instagram bertajuk “peran perempuan muda dalam mempromosikan perdamaian di komunitas” pada 25 Agustus 2023. Saya menyampaikan bahwa di Kampung Adat Pasir, perempuan membatik sebagai salah satu cara untuk menjalin kerjasama lintas organisasi, iman dan kebudayaan, serta mencegah radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan. Wawasan dari percakapan kami selengkapnya bisa dilihat di tautan berikut.

Postingan ringkasan Live Instagram.*

Sejarah Batik Pasiran

Tahun 2010, ibu-ibu dari Kampung Adat Pasir mulai belajar membatik di Cigugur, Kuningan. Sayangnya pembelajaran tersebut tidak bisa berlanjut di tahun 2011, dikarenakan jarak antara Garut – Kuningan yang jauh. Dampaknya kegiatan membatik divakumkan.

Pada Juli 2019, ibu-ibu didukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut untuk mengikuti pembinaan membatik. Ibu-ibu mendalami batik tulis, dan beberapa di antaranya didelegasikan ke Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Selama lima hari pembinaan, ibu-ibu delegasi kampung adat pasir mulai kembali belajar menggambar batik dan mencap batik. Beberapa materi pembinaan ada yang nerap (tertanam) dan ada juga yang tidak bisa dipelajari dengan baik.

Pada masa COVID-19, ibu-ibu pembatik Pasir sempat vakum membatik lagi dan kemudian bisa berjalan lagi dengan dukungan pelatihan dari Dinas Koperasi. Ibu-ibu Pembatik Kampung Adat Pasir kemudian bekerjasama dengan Empu Jalin Karsa dan difasilitasi mendatangkan pengajar dari Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta untuk mengajar membatik dengan pewarna alam langsung di Kampung Adat Pasir.

Usaha membatik di Kampung adat Pasir berkembang dengan model bisnis koperasi. Koperasi berjalan sejak awal 2021. Lalu, mendapatkan dukungan dari Dinas untuk diresmikan menjadi SK Notaris Koperasi pada tahun 2023. Perkembangan usaha yang pesat dialami oleh ibu-ibu pembatik Kampung Adat Pasir.

Mengenal motif-motif khas Batik Pasiran dari Kabupaten Garut

Ada beberapa motif-motif batik Pasiran yang khas diperkenalkan oleh ibu-ibu pembatik Kampung Adat Pasir. Di antaranya adalah motif Leuit Pare, Mayang Kahuripan dan Awi Surat. Dua motif batik telah terdaftar dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Pewarna yang digunakan dalam batik Pasiran ada yang menggunakan pewarna alami dan pewarna sintetik.

Motif leuit pare terinspirasi dari alam sekitar. Ciri khas Masyarakat Adat Pasir adalah bangunan leuit (lumbung padi) dan festival Ampih Pare. Dalam penciptaannya, semua ibu-ibu ditugaskan membuat sketsa gambarnya. Semua mesti memiliki ide. Beberapa di antaranya meminta bantuan dari suami masing-masing untuk menggambar motif yang diinginkan. Ibu-ibu kemudian berkreasi dari inspirasi gambar tersebut.

“Ngarang ide kreatif ibu-ibu…yang dimodifikasi sesuai kreativitas,” tambah seorang pembatik.

Mayang Kahuripan, motif yang merupakan gambaran penunjang kehidupan sehari-hari dari hewani dan nabati. Yaitu bunga tapak dara, domba Garut, pisang, bambu, dan kujang. Kujang merupakan lambang pusaka Provinsi Jawa Barat, mengingat jati diri khas orang Sunda di Jawa Barat. (Foto: Dok. Respati Trah).*

Berkreasi menciptakan dampak

Kegiatan membatik bagi ibu-ibu di Kampung adat Pasir memberikan dampak ekonomi. Seorang pembatik menjelaskan “lumayan untuk mendukung pendapatan keluarga. Biasa dicadangkeun (ditabung). (Meskipun) masih belum maksimal untuk kemandirian ekonomi.”

Selain itu, ada dampak sosial bagi masyarakat Kampung Adat Pasir. Turis lokal dan mancanegara datang karena keramahtamahan yang diberikan oleh warga Kampung Adat Pasir. Ada pula yang mau melihat warga adat membatik. “Ada yang tresna (sayang) sama kita,” jelas ibu Pembatik. “Yang gak tahu jadi datang ke sini.”

Dari Batik Pasiran, masyarakat Kampung Adat Pasir mulai dikenal oleh khalayak umum. Melalui kreasi batiknya serta keramahtamahannya. Masyarakat Kampung Adat Pasir membangun daya tarik melalui budi pekerti, hal yang selama ini mungkin kita lewatkan dalam keseharian kita.

Metronom bisa memesan Batik Pasiran lewat kontak Bu Elis di WhatsApp +62 823-1153-0564. (Respati Trah)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.