METRUM
Jelajah Komunitas

Pakai AI dan Layar Raksasa, Inilah Cerita di Balik Penggarapan Drama Korea Selatan “Queen of Tears”

Ketika film drama Korea Selatan “Queen of Tears” mencari lokasi hutan bersalju untuk sebuah adegan, di sinilah teknologi kecerdasan buatan berperan penting. Adegan itu difilmkan di panggung produksi virtual milik CJ ENM yang dilengkapi layar lengkung LED raksasa setinggi lebih dari 20 kaki.

PAJU, KOREA SELATAN – Bagi yang sudah menonton film drama Korea Selatan “Queen of Tears” mungkin ingat sebuah adegan di mana tokoh Hong Hae-in yang diperankan oleh aktris Kim Ji-won, terlihat seperti tersesat dalam imajinasinya di dalam hutan bersalju. Siapa yang menyangka jika adegan ini ternyata digarap dengan bantuan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Staf di lokasi syuting mempersiapkan demonstrasi Panggung Produksi Virtual di CJ ENM Studio Center di Paju, Korea Selatan. (REUTERS)
Staf di lokasi syuting mempersiapkan demonstrasi Panggung Produksi Virtual di CJ ENM Studio Center di Paju, Korea Selatan. (REUTERS via VOA).*

Dilansir dari VOA, serial “Queen of Tears” beralih ke teknologi kecerdasan buatan atau AI generatif ketika latar belakang yang dibayangkan oleh para produser tidak dapat ditemukan dalam kehidupan nyata.

Untuk serial ini, teknologi AI mempelajari struktur pohon yang rumit dan menciptakan pola bentuk dalam waktu yang singkat. Menurut salah satu produser, ini merupakan tugas yang tidak mungkin dilakukan oleh desainer ruang manusia.

“Queen of Tears” difilmkan di Virtual Production Stage atau panggung produksi virtual CJ ENM, yang dilengkapi dengan banyak tampilan gambar, termasuk layar lengkung LED berskala besar. Tim produksi film biasanya sering menggunakan metode chroma key, yang menggunakan layar hijau.

Namun, Produser Produksi Virtual, An Hee-soo, mengatakan bahwa proses tersebut menyulitkan para aktor untuk membayangkan lokasi syuting, yang memberikan keterbatasan pada tahap pasca produksi, untuk menyempurnakan sebuah karya.

Tetapi, produksi virtual mengubah hal itu. An Hee-soo mengambil contoh sebuah adegan dimana tokoh Hong Hae-in dan Baek Hyun-woo yang diperankan oleh aktor Kim Soo-hyun tengah berada di dalam mobil.

Alih-alih duduk di dalam mobil dengan latar belakang layar hijau, – layar LED lengkung memperlihatkan situasi jalanan yang membuat Anda seperti sedang berada di dalam mobil yang berjalan.

“Pantulan bangunan di kota harus terlihat pada eksterior kaca mobil dan pengemudi. Sulit untuk menciptakan gambar komposit setelah syuting (di depan layar hijau), tetapi kami bisa membidik adegan tersebut secara sekaligus, di studio LED ini,” jelas An Hee-soo kepada REUTERS.

An Hee-soo mengatakan bahwa teknologi ini juga membebaskan produser dan aktor dari batasan-batasan jika langsung berada di lokasi.

“Dalam hal menciptakan konten, tujuan terbesarnya adalah membuat semua orang menggunakan teknologi pengomposisian di waktu yang nyata ini untuk mensimulasikan lokasi syuting film dan pengambilan gambar terlebih dahulu,” kata An Hee-Soo.

“Kemudian memfilmkan adegan yang sebenarnya di studio LED. Jadi, seluruh proses produksi konten CJ ENM akan diubah dengan menggunakan sistem produksi virtual,” tambahnya.

Sekitar 50 produksi film telah dilakukan di panggung produksi virtual ini, sejak dibuka pada tahun 2022. Namun, An Hee-Soo mengatakan bahwa ini baru permulaan.

“Queen of Tears” yang terdiri dari 16 episode tayang dan tayang di layanan streaming Netflix mengungkap krisis pernikahan, serta kisah cinta antara Hong Hae-in, pewaris perusahaan Queens Group, dan Baek Hyun-woo, seorang anak kepala desa yang bekerja sebagai pengacara untuk Queens Group.

Melansir situs kantor berita Yonhap, berdasarkan data Nielsen Korea, episode terakhir “Queen of Tears” berhasil mencapai rekor jumlah penonton tertinggi, mengalahkan serial “Crash Landing on You” yang dirilis tahun 2022. (M1-VOA/di/aa)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.