METRUM
Jelajah Komunitas

Reuni Besar SMAN 2 Bandung Usung Tema “Kau, Aku, Kita adalah Indonesia”

SIAPA yang ngga kangen acara reunian? Acara dimana semua peserta yang datang merayakan sebuah pertemuan setelah lama berpisah. Tercipta keriangan karena bersua dengan teman-teman waktu sekolah dulu, mengenang kembali cerita-cerita lama dan berbagi kisah dari dulu hingga sekarang. Pertemuan ini, setidaknya menghilangkan sejenak kesusahan dan hiruk-pikuk rutinitas keseharian.

Sepertinya, setiap orang menunggu dan merindukan datangnya reuni. Orang beramai-ramai setia kepada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal usulnya dulu.

Arti kata “reuni” sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya) setelah berpisah cukup lama. Tidak salah apabila orang yang ikut reuni memang ingin kangen-kangenan, rindu-rinduan dengan sohib-sohib dulu yang lama tidak berjumpa.

Reuni dan Sejarah Panjang SMAN 2 Bandung

Dua puluh tiga hari lagi, pada Sabtu, 24 Agustus 2019 mendatang, Ikatan Alumni SMA Negeri 2 Bandung akan menggelar acara Reuni Akbar seluruh angkatan. Dan, ada yang berbeda pada perhelatan besar tahun 2019 ini, setelah lima kali berlangsung menggunakan nama “Reuni Akbar”, tahun ini berganti nama menjadi Reuni Besar (RB).

Gerbang Kampus SMAN 2 Bandung (Foto: Buku Dekade SMAN 2 Bandung).*

Acara yang rencananya berlangsung di Bumi Sangkuriang, Ciumbuleuit, Kota Bandung ini, merupakan perhelatan yang ke-6 kalinya diselenggarakan Ikatan Alumni SMAN 2 Bandung, sebagai ajang reuni lintas angkatan, yang mempertemukan alumni mulai dari angkatan awal hingga lulusan Tahun 2019 sebagai alumni termuda.

SMA Negeri 2 Bandung memiliki sejarah yang panjang dan merupakan salah satu SMA negeri tertua di Kota Bandung. Berdiri sejak tahun 1949, sekolah ini diprakarsai oleh Thio Anio yang juga sekaligus bertindak sebagai kepala sekolah pertama. Pada awalnya, lokasi sekolah bertempat di
Jl. Kasatriaan, tepatnya di gedung SMPN 1 yang berdekatan dengan SD Douwes Decker. Kegiatan belajar-mengajar di Jl.Kesatriaan hanya berlangsung beberapa bulan saja, sebelum pindah ke Jl. Belitung No.8.

Saat ini, gedung sekolah di Jl. Belitung No.8 ditempati oleh SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 5 Bandung. Pada awalnya, gedung sekolah ini digunakan sebagai sekolah VHO (Voortgezet Hoger Onderwijs) – sekolah setaraf SMA di zaman Kolonial Belanda. Pasca kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950, VHO diganti menjadi sekolah negeri yang dinamai SMA 1 B/C yang merupakan kelas sore, dan SMA 2 B/C — yang tidak lain adalah awal dari SMA Negeri 2 Bandung merupakan kelas pagi. Penamaan tersebut sekaligus menegaskan jurusan SMA Negeri 2 Bandung sebagai pelaksana pendidikan bagian B (Ilmu Pasti/ Ilmu Alam) dan bagian C (Ilmu Sosial).

Pada saat itu, di Kota Bandung hanya terdapat tiga sekolah menengah atas negeri, yaitu SMA 1 B/C dan SMA 2 B/C di Jalan Belitung. Satu sekolah lagi yaitu SMA 3 A/B di Jalan Sumatera dan Jalan Jawa, yang kelak ditempati SMP Negeri 2 Bandung dan SMP Negeri 5 Bandung.

Pada tanggal 2 Agustus 1952, SMA Negeri 2 Bandung resmi berdiri. Berdirinya SMA Negeri 2 Bandung tidak terlepas dari adanya reorganisasi dan pemekaran di 3 sekolah tersebut. SMA 1 B/C menjadi SMA B (yang kelak menjadi SMA Negeri 3 Bandung), sementara SMA 2 B/C menjadi SMA 2 B, sedangkan para siswa bagian C dari masing-masing SMA 1 B/C dan SMA 2 B/C kemudian digabungkan ke dalam SMA C (yang kelak menjadi SMA Negeri 5 Bandung). Bangunan sekolah di Jl. Belitung kemudian digunakan oleh SMA 2 B dan SMA C pada pagi harinya, sementara SMA B menggunakan bangunan tersebut pada siang hingga sore hari.

Perubahan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan turut mewarnai perjalanan SMA Negeri 2 Bandung. Pada tahun 1956, adanya perubahan nomenklatur sekolah menyebabkan SMA 2 B menjadi SMA Negeri II B, SMA B menjadi SMA Negeri III B, sementara SMA C menjadi SMA Negeri V C. Sementara itu, dua SMA yang berlokasi di Jalan Sumatera dan Jalan Jawa, yaitu SMA 3 B berubah menjadi SMA Negeri IV B, dan SMA 3 A berubah menjadi SMA Negeri I A. Berdiri pula SMA Negeri VI C yang merupakan filial atau kelas jauh dari SMA Negeri V C yang berlokasi di Jalan Belitung Nomor 22.

Beberapa waktu kemudian, terjadi lagi perubahan nomenklatur sekolah. Karena penjurusan SMA dihapuskan pada saat itu menyebabkan setiap SMA membuka semua bagian pendidikan, baik bagian A (Budaya dan Sastra/ Sejarah), bagian B, dan bagian C. Perubahan tersebut menyebabkan SMA Negeri II B berubah menjadi SMA Negeri II Bandung.

Pada tahun 1966, situasi pergulatan politik nasional saat itu berimbas hingga ke sekolah – sekolah di Kota Bandung. Beberapa sekolah swasta milik Bangsa Tionghoa yang berada di Kota Bandung –termasuk di Jalan Cihampelas– diambil alih oleh negara. Sejarah itulah yang mengawali berpindahnya SMA Negeri II dari Jalan Belitung ke Jalan Cihampelas No.173 yang ditempati hingga saat ini.

Pindahnya SMA Negeri II dari Jalan Belitung ke Jalan Cihampelas, juga diikuti oleh beberapa SMA lainnya. SMA Negeri VI pindah ke Jalan Pasirkaliki, yang juga menempati bekas bangunan sekolah Tionghoa. Sementara SMA Negeri III berubah menjadi kelas pagi dan berbarengan pelaksanaannya dengan SMA Negeri V. Pada saat yang bersamaan, SMA Negeri I pindah ke Jalan Ir. H. Djuanda, dan SMA Negeri IV pindah ke Jalan Gardujati.

Sejak pindah ke Jl. Cihampelas, nama SMA Negeri II kemudian berubah menjadi SMA Negeri 2 Bandung. Sempat mengalami perubahan nama menjadi SMU Negeri 2 Bandung sesuai dengan kurikulum 1994, nama SMA Negeri 2 Bandung kembali digunakan sejak diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004.

Kontribusi Alumni terhadap Almamater

Kontribusi para alumni terhadap peningkatan kualitas belajar-mengajar di SMA Negeri 2 Bandung tidaklah kecil. Pada tahun 1999, IKA SMAN 2 Bandung secara aktif membantu SMA 2 ketika terjadi sengketa lahan dengan SMA PGRI, dari proses hukum hingga terbitnya sertifikat. Selain itu, beberapa fasilitas sekolah adalah hasil dari sumbangan alumni, di antaranya adalah pembangunan WC sekolah, Bale Bahasa, Ruang Wakil Kepala Sekolah, hingga Masjid Al-Ikhlas dimana alumni saat itu menyumbang sebesar Rp 40 juta rupiah untuk biaya awal pembangunannya.

Bantuan alumni juga diberikan kepada siswa berprestasi dalam bentuk beasiswa bagi yang lulus ke perguruan tinggi negeri tetapi kekurangan biaya, atau membiayai siswa yang mengikuti perlombaan tingkat internasional. Sebagai bentuk perhatian kepada siswa yang masih bersekolah, siswa yang prestasi akademiknya bagus di setiap angkatan juga memperoleh hadiah/ kadeudeuh dari alumni.

Kontribusi alumni tidak hanya berupa bantuan langsung atau uang. Para alumni juga kerapkali menjadi pembina upacara untuk memberikan motivasi bagi para siswa. Secara bergantian, alumni dari berbagai angkatan selalu hadir untuk memberikan inspirasi bagi para siswa pada masa penerimaan siswa baru. Beberapa alumni juga aktif dalam mendedikasikan keilmuannya seperti mengajar kabaret dan kesenian tradisional kepada siswa, hingga membuat design arsitektur gerbang sekolah yang baru.

Kecintaan alumni terhadap guru yang berjasa dalam mendidiknya semasa sekolah juga diperlihatkan dengan kepedulian terhadap guru yang sakit, bantuan guru yang telah pensiun, hingga memberangkatkan umroh ke tanah suci. Setiap terdapat permasalahan baik itu yang menyangkut dukungan fasilitas sekolah, kebutuhan siswa ataupun guru juga sering dikomunikasikan oleh Kepala Sekolah terhadap alumni. Dengan kata lain, komunikasi antara pihak sekolah dengan alumni adalah kunci keberhasilan pihak sekolah dalam membangun hubungan yang harmonis.

“Kau, Aku, Kita Adalah Indonesia” Sebuah Reuni Besar Lintas Angkatan

Perhelatan Reuni Besar tahun 2019 ini diselenggarakan di luar sekolah, sama seperti yang diselenggarakan tiga tahun sebelumnya, yaitu di Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih No.12, Ciumbuleuit, Kota Bandung. Acara berlangsung mulai pukul 12.00 – 23.00 WIB.

Acara Reuni Besar kali ini, selain untuk mempererat tali silaturahim antar alumni, juga menunjukkan peran dan kontribusi para Alumni khususnya untuk sekolah tercinta dan umumnya untuk bangsa kita. Mengusung tema “Kau, Aku, Kita Adalah Indonesia” diharapkan para alumni dapat meningkatkan citra positif civitas akademika SMAN 2 Bandung di tengah-tengah masyarakat. Berkontribusi nyata untuk Kota Bandung, Jawa Barat dan Indonesia.

Menurut Ketua Panitia Reuni Besar 2019 Eric Wiradipoetra, sejumlah acara menarik telah disiapkan panitia di reuni kali ini. Mulai dari acara pre-event seperti Go Green Sport: cycling walking planting dan rilis lagu “Kau dan Aku adalah Kita” pada Minggu, 16 Desember 2018 di halaman Kampus SMAN 2 Bandung, Lomba Vocal Grup (VG) Lintas Angkatan, hingga acara-acara menarik di Bumi Sangkuriang pada Hari H nanti. Akan ada Food & Light Park, Music & Art Festival, Bazaar & Exhibition, Pergelaran “Terimakasih Indonesia” dari artis musisi alumni SMAN 2 Bandung, Festival Kostum Kreatif dan Tangkal Karet’s Got Talent. Oleh karena itu, Eric menghimbau kepada seluruh alumni untuk segera daftar dengan melakukan registrasi secara online.

“Untuk memudahkan pendaftaran dan biar nanti ngga ngantri saat pendaftaran di Bumi Sangkuriang, Akang Teteh dapat Registrasi secara online melalui link . Ketika mengisi tahun angkatan, mohon tidak disingkat,” ujar Eric, Alumni SMAN 2 Bandung Angkatan 1987 ini.

Acara Reuni Besar berlangsung dari siang hingga malam hari. Panitian berharap seluruh alumni dapat ikut berperan serta dalam setiap acara yang diselenggarakan.

Pihak Panitia Reuni Besar, menyarankan untuk alumni yang akan datang ke acara nanti, agar tidak menggunakan kendaraan pribadi, disarankan memakai jasa transportasi angkutan online, karena keterbatasan lahan parkir di Bumi Sangkuriang. Panitia juga akan menginformasikan titik-titik parkir yang dapat dipakai para alumni sekaligus kendaraan yang akan mengangkut para peserta ke Bumi Sangkuriang. Rencananya, panitia menyediakan suttle bus “bandros” yang akan menjemput para peserta di titik penjemputan.(M1)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.