Aksi “Senyap”, Ribuan Warga Myanmar Tinggal di Rumah
RIBUAN orang di seluruh Myanmar melakukan pemogokan “senyap” pada Rabu (24/3/2021), sebagai lanjutan unjuk rasa untuk menentang junta militer yang berkuasa. Gerakan menentang junta militer itu sudah berlangsung tanpa jeda selama 51 hari.
Aktivis pro-demokrasi mendesak warga Myanmar agar tinggal di rumah dan tidak melakukan kegiatan sepanjang hari. Ini adalah taktik baru yang dirancang guna menghindari respons yang makin mematikan oleh militer terhadap demonstrasi.
Protes-protes telah berlangsung non-stop di Myanmar sejak pemimpin de fakto Aung San Suu Kyi dan pejabat tinggi pemerintahan sipil lainnya digulingkan dari kekuasaan dan ditahan oleh militer sejak 1 Februari.
Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan paling sedikit 275 orang telah dibunuh oleh pasukan militer sejak penumpasan terjadi. Dilansir dari VOA, menurut kantor berita Myanmar Now dan Reuters, salah satu korban adalah anak perempuan berusia 7 tahun yang ditembak pada Selasa (23/3) ketika ketika tentara menerobos masuk ke rumahnya di Mandalay.
Anak itu dilaporkan sedang duduk di pangkuan ayahnya ketika tentara masuk ke rumahnya dan menanyakan apakah semua anggota keluarga ada di rumah. Ayahnya mengatakan “ya”, tetapi tentara menuduh dia berbohong dan melepas tembakan yang mengenai anak perempuan itu.
AAPP mengatakan, lebih dari 2.000 orang telah ditangkap dan ditahan sejak penumpasan dimulai. (M1-VOA/jm/ka)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.