Diskominfo Kabupaten Bandung Segera Bentuk KIM Pelajar Pertama di Indonesia
KABUPATEN BANDUNG (METRUM) – Jika umumnya Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) berbasis desa, Dinas Komunikasi dan Informatika, Persandian dan Statistik (Diskominfo) Kabupaten Bandung mencanangkan untuk membentuk KIM berbasis pelajar pertama di Indonesia. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya aktivitas media sosial di kalangan pelajar yang berpotensi menjadi sumber masalah di masa depan, seperti berita bohong (hoaks), cyberbullying, penipuan, eksploitasi seksual, dan sebagainya.
Kepala Diskominfo Kabupaten Bandung, Yosep Nugraha berharap agar KIM berbasis pelajar bisa dibentuk di Kabupaten Bandung. Pasalnya, pembentukan KIM berbasis pelajar bisa mencegah penyebaran hoaks dan potensi masalah digital lainnya di lingkungan pendidikan. Ia juga menekankan pentingnya 4 pilar digital dalam bermedia sosial kepada pelajar di SMAN 1 Pangalengan, Selasa (12/9/2023).
Yosep menjelaskan bahwa keempat pilar yang mencakup kemampuan (skill) digital, budaya (culture) digital, etika (ethics) digital, dan keamanan (safety) digital perlu dikuasai generasi muda agar bisa menjadikan media sosial sebagai wadah yang aman, sehat, dan produktif.
“Selain wajib tahu gadget yang kita pakai jenisnya apa, fungsinya apa, atau bagaimana cara pakainya, tapi kita juga perlu menjadikan perkembangan digital untuk mempererat persatuan bangsa,” jelas Yosep dalam sambutannya pada “Seminar Bijak Memanfaatkan Media Sosial Cegah Hoaks” yang diselenggarakan oleh KIM Kabupaten Bandung tersebut.
Ia juga menjelaskan pentingnya menggunakan etika dalam bermedia sosial sehingga tidak boleh menghina orang, melakukan ujaran kebencian, atau menyebarkan berita hoaks. Tak lupa, Yosep juga mengingatkan untuk berhati-hati agar data pribadi yang tersebar di dunia maya tidak disalahgunakan oleh orang lain.
Dalam kegiatan dengan peserta para pelajar SMAN I Pangalengan tersebut menghadirkan narasumber Atep Kusman, Ketua Forum KIM Kabupaten Bandung yang menekankan pentingnya sosialisasi sebagai upaya pencegahan penyebaran hoaks sejak dini. Menurutnya, di era digital saat ini, akses internet sangat mudah didapatkan.
“Hanya bermodal sebuah telepon pintar, dunia serasa berada dalam genggaman. Kita dapat mengakses media sosial kapan pun dan di mana pun berada,” ujar Atep.
Dia juga berharap upaya pencegahan hoaks mendapat berbagai dukungan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelajar maupun santri-santri di pesantren. Menurutnya, remaja merupakan kelompok yang rentan menjadi target bagi para pelaku penyebaran hoaks, apalagi sekarang akan menghadapi panggung politik.
Narasumber kedua adalah Kang Yayat yang memaparkan tentang pemanfaatan literasi di era digital saat ini.
Kegiatan ini ditutup dengan paparan tentang pengembangan softskill bagi pelajar dalam upaya meningkatkan daya saing di era digital yang disampaikan Adhie Nur Indra, Pranata Humas Diskominfo Kab. Bandung. “Mulai detik ini belajar move in, belajar mengenali kelebihan dan kekurangan diri, bukan move on,” tukas adhie. (M1)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.