Masjid Al-Mu’min Stasiun Bandung Resmi Berdiri Saat Pandemi Covid-19 dan Ekonomi Sulit
HARI-hari ini, bulan Agustus 2023, Stasiun Kereta Api Bandung tampak masih terus sibuk membangun demi kenyamanan para pelanggan angkutan sepur.
Selasa malam, 1 Agustus 2023, alhamdulillah penulis ditakdirkan untuk pergi ke Surabaya dan selanjutnya ke Kabupaten Gresik. Tujuannya untuk menghadiri resepsi pernikahan famili.
Pilihan kendaraan untuk menuju Kota Pahlawan itu adalah naik kereta api Harina yang berangkat pukul 20.25.
Di sebelah barat bangunan Stasiun Bandung saat ini, terlihat sedang dibangun gedung baru untuk kedatangan penumpang.
Kepada para (calon) penumpang dimohon pengertiannya atas “ketidaknyamanan” untuk sementara waktu.
Persis di depan (di utara) lokasi kesibukan pembangunan itu telah berdiri Masjid Al-Mu’min. Masjid seluas 324 meter persegi ini mulai dibangun pada 2019 lalu dan diresmikan penggunaannya pada Jumat tanggal 5 Maret 2021 lalu.
Menyimak periode pembangunannya, jelas PT Kereta Api Indonesia (KAI) sedang berada pada masa pandemi Covid-19. Seperti semua pihak maklum, masa pandemi selama dua tahun merupakan masa-masa sulit bagi perekonomian Indonesia.
Tapi, saat meresmikannya, Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo, menyatakan pembangunan masjid berkapasitas 150 orang jemaah tersebut demi peningkatan pelayanan kepada para penumpang KA. (Kereta-api.info, Maret 2021)
Hal itu sejalan dengan –bahkan implementasi dari– moto budaya kerja BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yakni AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaborasi).
AKHLAK merupakan nilai-nilai inti (core values) BUMN atau merupakan panduan perilaku dari setiap sumber daya manusia (SDM) BUMN untuk diimplementasikan dalam perilaku keseharian dan membentuk budaya kerja di BUMN.
Saat ramai salat berjemaah
Sebelum Stasiun Bandung resmi punya masjid, BUMN ini hanya menyediakan musala relatif sempit di lingkungan stasiun.
Saat itu muncul pertanyaan di kalangan calon penumpang, khususnya yang beragama Islam, kapan Stasiun Bandung punya masjid yang representatif, bukan sekadar musala kecil.
Karena itu kehadiran Masjid Al-Mu’min tersebut merupakan berkah bukan saja bagi para penumpang yang jumlahnya mencapai ribuan setiap harinya itu.
Menurut pihak manajemen Stasiun Bandung, kehadiran Masjid Al-Mu’min juga sangat bermanfaat bagi para karyawan PT KAI dan warga yang tinggal di sekitar stasiun.
Karena itu wajar sekaligus menggembirakan jika masjid menjadi ramai digunakan untuk salat berjemaah.
“Selain salat Asar dan Maghrib, juga ramai berjemaah saat salat Subuh karena banyak penumpang yang naik kereta jam 5 pagi,” ujar Lili (52 tahun), seorang portir tetap di lingkungan Stasiun Bandung. Di Stasiun Bandung kini terdapat 68 orang portir aktif.
Pada saat salat Magrib itu, bahkan salat berjemaah bisa beberapa kali. Hal itu terjadi karena banyak penumpang yang datang dan pergi di sekitar waktu Magrib.
Seusai salat Maghrib berjemaah, sambil memandangi keindahan bulan purnama tengah bulan hijriah di arah timur, penulis tiba-tiba tergoda sebuah pertanyaan.
Mungkinkah keramaian Stasiun Bandung akan tetap abadi ketika Kereta Api Cepat Jakarta- Bandung PP sudah beroperasi penuh nanti? Ataukah tinggal kenangan yang menyedihkan bagi banyak penggemar atau pelanggan KA Parahyangan? (Widodo A, Wartawan Senior)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.