METRUM
Jelajah Komunitas

Tangkal Corona, Warga Manfaatkan Daun Kelor

Di tengah keterbatasan akses makanan saat wabah COVID-19, puluhan warga di Cimenyan, Kabupaten Bandung memanfaatkan daun kelor. Selain praktis, kelor juga kaya akan gizi.

BANDUNG – Sebanyak 20 rumah tangga di Dusun Cisanggarung, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, mengikuti gerakan masak kelor bersama, Kamis (9/4/2020). Dengan bahan dasar kelor, warga berhasil memasak sayur bening, oseng-oseng, bahkan bakwan.

Salah seorang warga, Enoh Supena, mengatakan keluarganya sudah sering memasak sayur kelor.

“Soal makan kelor sekarang sudah biasa. Dulunya kita tidak tahu manfaatnya. Tapi banyak yang sembuh dari sakit, warga jadi ikut-ikutan,” kata Enoh.

Warga Cimenyan menunjukkan olahan kelor usai masak serempak, Kamis (9/4). Kelor kaya akan gizi sehingga jadi alternatif pangan di kala pandemi. (Foto: Courtesy/Odesa Indonesia)
Warga Cimenyan menunjukkan olahan kelor usai masak serempak, Kamis (9/4). Kelor kaya akan gizi sehingga jadi alternatif pangan di kala pandemi. (Foto: Courtesy/Odesa Indonesia).*

Warga memasak di rumah masing-masing, mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak berkumpul. Warga pun diedukasi pentingnya gizi dan apa itu virus corona. Kegiatan ini akan kembali digelar pekan depan.

Enoh mengatakan, warga sudah lama mengenal daun kelor. Sebab sudah banyak warga yang menanam tanaman tersebut.

Tanaman kelor telah dibudidayakan warga petani di Cimenyan sejak 2018. Budidaya ini adalah inisiatif Yayasan Odesa Indonesia, yang membagikan bibit dan melakukan pendampingan bagi warga.

Saat ini sudah ada 3.000-an keluarga yang ikut membudidayakan kelor. Ada yang menanam di pekarangan, di pinggir ladang, bahkan ada yang menanam penuh di ladang-ladang perbukitan.

Odesa mewajibkan petani menanam minimal empat pohon kelor. Petani juga dianjurkan mengkonsumsi kelor minimal tiga kali seminggu. Gerakan ini berupaya memperbaiki kualitas gizi masyarakat.

Kelor Punya Banyak Keunggulan

Pengurus Odesa, Enton Supriyatna, yang memimpin masak bersama, mengatakan kelor adalah ‘tanaman strategis’ karena punya banyak keunggulan.

“Pertama, sumber gizi. Kedua penyelamat erosi tanah, dan ketiga berguna untuk peningkatan ekonomi petani,” jelasnya.

Badan Pangan Dunia (FAO) menetapkan kelor sebagai Crop of the Month (pangan bulan ini) pada 2018, karena kandungan gizinya. Kelor kaya akan protein, vitamin A, B, C dan berbagai mineral, serta antioksidan.

Bagi petani skala kecil, FAO merekomendasikan kelor sebagai sumber gizi bagi ibu dan anak, sebagai obat, serta tambahan pendapatan. Sementara itu, pohon kelor mampu mengurangi erosi tanah.

Kelor juga cepat tumbuh dan menghasilkan daun saat musim kemarau. Sehingga menjadi alternatif makanan saat persediaan pangan menipis.

Enton mengatakan, pihaknya mendorong petani supaya punya tradisi bertani untuk konsumsi.

“Jangan semua hasil panen melulu urusan dijual sementara keluarga juga butuh sumber gizi harian,” tambahnya.

“Sebelum berpikir dijual, harus punya tujuan untuk dikonsumsi. Dan kelor sangat menguntungkan karena bisa dipanen kapan saja,” imbuhnya lagi.

Odesa Turut Salurkan Bantuan

Di samping aksi masak bersama, Yayasan Odesa Indonesia menjembatani petani untuk menjual produk pangan kepada warga kota.

“Saat ini banyak petani yang kesulitan menjual hasil panen. Menjual sistem paket panen satu ladang butuh pengepul. Kalau jual per-kilogram mereka gagap hendak menjual ke mana,” tulis Odesa dalam situsnya.

Grup Pertanian Tanaman Obat Cimenyan (Taoci), yang berada di bawah yayasan, mengemas hasil panes berbagai sayuran dan teh kelor kering.

Odesa juga menyalurkan bantuan sembako berupa beras dan daun kelor kepada 130 pengendara ojek Sabtu (11/4). Selain itu, relawan menggalang dana untuk menyalurkan bantuan kepada pedagang bakul harian keliling dan pekerja rumah tangga. (N1-VOA/rt/em)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.