METRUM
Jelajah Komunitas

6.614 Bayi di Kota Bandung Terkena Stunting!

KOTA BANDUNG (METRUM) – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus berupaya menurunkan angka stunting di Kota Bandung. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (DPPKB), Dewi Kaniasari menjelaskan, melalui berbagai program stunting berhasil ditekan dari sebelumnya berada di angka 26,4 persen turun sampai 7 persen menjadi 19,4 persen pada tahun 2022.  

Dewi menyebut penurunan stunting terus dilakukan untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Dalam lima tahun terkahir stunting di Kota Bandung terus menurun. Tahun ini, Pemkot Bandung menargetkan prevalensi stunting menjadi 14 persen. 

“Menurut Perpres No. 72 tahun 2021 stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badan yang di bawah standar yang ditetapkan oleh kementerian kesehatan,” kata Dewi pada Senin, 24 Juli 2023 di Balai Kota Bandung dalam acara “Bandung Menjawab” tentang upaya pencegahan Stunting yang dilakukan pemerintahan kota bandung untuk menwujudkan SDM yang berkualitas.

Dewi menjelaskan, untuk bayi yang terkena stunting secara fisik dan perkembangan otak menjadi terhambat dibandingkan bayi yang terlahir secara normal. “Bisa terbayangkan dampak kedepannya perkembangan kognitif dan fisiknya tidak sehat bagaimana SDM kita bisa bersaing dengan negara lain,” ucapnya.

Selain itu, Dewi mengatakan bahwa kasus stunting di Kota Bandung cukup tinggi dan ia berharap ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita bersama.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (DPPKB), Dewi Kaniasari dalam acara “Bandung Menjawab” di Balai Kota Bandung, Senin (24/7/2023). (Foto: Muh. Lutfi H/JT).*

“Jadi sejak tahun 2018 hingga 2022 jumlah balita stunting di Kota Bandung memang mengalami penurunan, pada tahun 2018 berjumlah 10.048 balita, kemudian tahun 2019 berjumlah 8.121 balita, tahun 2020 ada 9.567 balita, tahun 2021 ada 7.568 balita, dan tahun 2022 berjumlah 6.614 balita, namun beberapa wilayah masih masuk dalam zona merah stunting,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Pelatihan Mahasiswa di Stikom Bandung, Indonesia Emas 2045 Persyaratkan Generasi Tangguh

Menurut Dewi, beberapa kecamatan yang mengalami zona merah stunting di Kota Bandung antara lain Keluharan Babakan Kecamatan Babakan Ciparay, Keluharan Sukahaji Kecamatan Babakan Ciparay, Kelurahan Cijaura Kecamatan Buah Batu, Kelurahan Dago Kecamatan Coblong, dan Kelurahan Kopo Kecamatan Bojong Loa Kaler,” paparnya.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa saat ini Pemkot Bandung tengah melaksanakan program-program untuk mencegah stunting di Kota Bandung. Target besarnya adalah zero stunting, tapi minimal tidak ada kasus stunting yang baru. Pencegahan stunting baru merupakan prioritas melalui tagline Bandung Besti Anyar atau Bandung Bebas Stunting Anyar (baru).

Untuk itu pencegahan harus dimulai dari kalangan remaja, ibu hamil dan 1.000 hari pertama kehidupan bayi. 

“Pencegahannya mulai dari remaja terutama remaja putri, ibu hamil, terutama dalam 1.000 hari kehidupan bayi yang harus kita intervensi. Makanan Pendamping Asi (Mpasi) juga berpengaruh maka harus asupan yang bergizi,” ujarnya.

Berbagai program pun diluncurkan seperti Program Pangan untuk Daerah Rentan Rawan Pangan dan Stunting (Pangersa), aplikasi e-penting (pendataan stunting), roadshow ke wilayah, sekolah dan juga melalui edukasi yang kreatif dan masif ke masyarakat dengan komunitas.

“DPPKB memberikan pemberian informasi kemudian komunikasi dan konseling di tingkat kecamatan kelurahan hingga keluarga, selain di wilayah-wilayah, kita juga keliling ke sekolah-sekolah terutama SMP untuk memberikan pengetahuan tentang untuk tidak melakukan pernikahan dini apalagi melakukan pergaulan bebas,” ujarnya.

Dewi menargetkan, pada 2045, tercapai zero stunting untuk menciptakan SDM yang berkualitas. (Muhammad Lutfi H/JT)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.