METRUM
Jelajah Komunitas

Bacang Dago Tea House: Menghidupkan Kembali Memori Rasa Tempo Dulu

KOTA BANDUNG (METRUM) – Kota Bandung memang pantas menyandang gelar surga kuliner yang tak pernah kehabisan ide. Di tengah gempuran hidangan modern, sebuah kuliner klasik perlahan bangkit dan kembali merebut perhatian: bacang. Bukan sekadar makanan, bacang kini menjelma menjadi mesin waktu yang membawa penikmatnya kembali ke masa lalu.

Bacang Dago Tea House adalah aktor utama di balik kebangkitan kuliner ini. Berlokasi strategis di Jalan Bukit Dago Selatan, persis di samping Taman Dago Tea House Bandung yang ikonik, kedai ini berhasil menyajikan cita rasa otentik yang kaya akan nilai nostalgia.

Yudi Raven, perwakilan manajemen Dago Tea House, menjelaskan bahwa langkah menghadirkan Bacang Dago Tea House didorong oleh semangat melestarikan kuliner khas yang mulai terpinggirkan.

“Bacang adalah bekal sekolah atau teman perjalanan yang akrab di era 80–90-an. Kami ingin menghidupkan kembali kenangan indah itu,” ujar Yudi.

Lebih dari sekadar memori, bacang yang dihidangkan di sini ternyata juga memenuhi kriteria pola makan sehat masa kini. Yudi menyebutkan, proses pengukusan yang memakan waktu lama, antara lima hingga enam jam, secara signifikan mampu menurunkan kadar gula.

“Jadi, selain bernilai nostalgia, bacang ini juga bisa menjadi pilihan yang lebih sehat,” tambahnya.

Perjalanan dari Gerobak ke Kedai Permanen

Berawal dari sebuah gerobak sederhana di area Dago Tea House pada tahun 2023, usaha ini kini berkembang pesat. Nama “Dago Tea House” sengaja disematkan karena lokasi tersebut sudah lama dikenal sebagai salah satu ikon budaya dan kuliner Bandung.

Sekitar sebulan terakhir, Bacang Dago Tea House telah bertransformasi dari gerobak menjadi kedai permanen yang lebih nyaman. Gerobak pertama bahkan disimpan sebagai monumen kenangan dan nilai sejarah. Ekspansi pun tak terhindarkan; kini mereka sudah memiliki cabang di Astana Anyar dan Cimahi, dengan rencana untuk terus memperluas jangkauan di berbagai sudut Kota Bandung.

BACA JUGA:  Langkah Seniman Muda Indonesia Menuju Broadway
(Foto: Dok. BDTH).*

Inovasi dan Keunikan Rasa

Bacang Dago Tea House tak hanya mengandalkan resep turun-temurun, tetapi juga menghadirkan inovasi menarik. Pelanggan dapat memilih dari varian bacang beras klasik, bacang ketan dengan topping daging jando, hingga yang paling unik, bacang mi kari.

Menurut Yudi, keistimewaan bacang mereka terletak pada ukurannya yang besar, serta penggunaan bahan premium seperti ayam dan ketan yang jarang ditemukan pada penjual bacang lainnya. Khusus topping jando, diolah dengan resep semur daging kaya rempah yang menciptakan sensasi gurih berbeda dan khas. “Kami pastikan semua resep kami halal dan mempertahankan cita rasa otentik,” tegasnya.

Buka setiap hari, kedai utama di Dago siap melayani pelanggan mulai pukul 06.00 hingga tengah malam, menjadikan bacang pilihan yang pas untuk sarapan hingga teman begadang.

Kehadiran Bacang Dago Tea House mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Raisa (25), seorang pelanggan setia dari Dago, mengaku sering menjadikan bacang sebagai menu sarapan. “Rasanya enak, tempatnya nyaman. Saya paling suka bacang ketan topping daging jando karena gurihnya khas dan harganya terjangkau,” katanya.

Sementara pengunjung lain Dewi (52) mengutarakan, dengan inovasi bahan dari ketan dan topping membuat rasanya menjadi istimewa. “Enak, apalagi kalau makannya pas lagi panas pisan,” ujarnya.

Dengan perpaduan apik antara cita rasa tradisional, inovasi modern, dan nilai kesehatan, Bacang Dago Tea House telah berhasil melakukan lebih dari sekadar menjual makanan. Mereka sukses menghidupkan kembali memori kolektif kuliner Bandung tempo dulu, sekaligus mengukuhkan bacang sebagai menu favorit lintas generasi. (M1)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.