Digitalisasi Naskah Kuno: Mengabadikan Tulisan-Tulisan dari Abad Silam
Indonesia kaya akan naskah-naskah kuno berusia ratusan tahun yang berjuang melawan lapuk. Langkah penyelamatan telah dimulai untuk mengabadikan naskah itu dalam format digital, dan menjaga pesan di dalamnya yang tak ternilai.
YOGYAKARTA – Upaya penyelamatan naskah-naskah kuno ini diinisiasi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan Wikimedia Foundation. Sepanjang bulan Mei 2023, keduanya menyalin naskah kuno yang terserak di berbagai wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dilansir dari VOA, kegiatan ini terselenggarakan di bawah program Wikisource Loves Manuscripts (WILMA). Naskah-naskah yang terabadikan dalam format digital, nantinya bisa diakses oleh publik karena tersimpan secara daring.
Di Yogyakarta, komunitas Jangkah Nusantara yang beranggotakan para peminat naskah kuno, turut berperan aktif.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga, memulihkan, dan menghadirkan manuskrip dalam bentuk digital. Ada sekitar 30-an manuskrip yang dipreservasi dan didigitalkan,” kata M. Bagus Febriyanto, Ketua komunitas Jangkah Nusantara.
Sejauh ini, manuskrip yang dapat diabadikan antara lain adalah naskah Al-Qur’an, naskah gending, dan naskah-naskah Jawa lainya.
“Naskah-naskah ini memiliki nilai intelektual dan sejarah yang luar biasa, dan telah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pengetahuan manusia,” tambah Bagus.
Bagus bertindak sebagai Academic Expert dalam upaya penyelamatan naskah, dengan bantuan sejumlah anggita tim mulai tim fotografrer, tim konservasi serta tim katalogisasi.
Delapan Ribu Halaman Naskah
Sepanjang hampir satu bulan, tim telah mampu mendigitalisasi naskah-naskah kuno milik masyarakat secara pribadi, maupun milik kelembagaan. Naskah-naskah yang selama ini hanya tersimpan dan isinya seolah tak terjamah, pelan-pelan akan terbuka bagi publik, khususnya pengggemar naskah kuno.
Naskah-naskah yang didigitalkan antara lain adalah koleksi Museum Wayang Beber Sekartaji yang dikelola oleh Indra Suroinggeno di Bantul, Yogyakarta. Total ada 10 naskah berhasil diabadikan, terdiri dari tujuh koleksi lontar dan tiga manuskrip bermaterial kertas Eropa.
Tim juga berhasil mendigitalkan delapan naksah notasi seni karawitan karya empu gending Yogyakarta yaitu K.R.T. Wiroguno. Naskah-naskah itu tersimpan dan menjadi koleksi Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni K.R.T. Wiroguno di kompleks nDalem Kaneman. Lokasi lain yang menjadi tujuan misi adalah Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Di lokasi ini, tim mendigitalkan delapan naskah, dengan empat diantaranya lontar dan empat buah naskah bermaterial kertas.
Selain itu, upaya digitalisasi juga merambah koleksi naskah kuno milik masyarakat. Di kabupaten Gunungkidul, tim lapangan dari Komunitas Jangkah Nusantara bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan pemerintah setepat.
Ada empat naskah koleksi masyarakat berhasil didigitalisasi di wilayah ini. Sementara di Kabupaten Sleman, masih di DI Yogyakarta, ada tiga naskah yang berhasil didigitalkan dari koleksi pribadi milik Sinarendra, seorang guru dan pegiat aksara Jawa. Dengan demikian, sepanjang Mei 2023, WILMA telah berhasil mendigitalkan 33 naskah dengan total lebih dari 8.000-an halaman di DI Yogyakarta.
Naskah-naskah itu yang tertua ditulis sekitar tahun 1800-an, sedangkan yang termasuk muda adalah karya tahun 1920-1930. Di Yogyakarta sendiri, masih sangat banyak naskah kuno yang tersimpan di rumah masyarakat, karena memang menjadi milik mereka. Naskah kuno di Keraton, baik Kasultanan maupun Pakualaman, telah masuk dalam program digitalisasi. Sementara yang menjadi milik masyarakat, masih membutuhkan upaya lanjutan.
Selanjutnya, menurut Bagus, tim ahli konservasi fisik akan melakukan perawatan fisik untuk memulihkan kondisi manuskrip. Langkahnya adalah membersihkan, mereparasi, dan melindungi material manuskrip agar tetap awet dan terjaga.
“Tim katalogisasi melakukan pendataan bahan pustaka seperti penentuan judul, pengarang, subyek, dan atribut lain yang relevan dari suatu bahan pustaka agar dapat diakses dan ditemukan dengan mudah,” papar Bagus.
Tim digitalisasi dan dokumentasi, lanjut Bagus, akan mendigitalisasi manuskrip-manuskrip dengan menggunakan teknologi canggih. Proses digitalisasi ini menciptakan salinan elektronik yang akurat dan tahan lama, sehingga memungkinkan akses yang lebih mudah dan meminimalkan resiko kerusakan fisik manuskrip.
“Kami mengundang seluruh lapisan masyarakat yang tertarik dan peduli terhadap pelestarian warisan budaya untuk bergabung dalam kegiatan pemeliharaan manuskrip. Dukungan dan partisipasi ini akan membantu kami menjaga kekayaan intelektual ini agar tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” imbuh Bagus.
Komunitas Jangkah Nusantara Yogyakarta pada misi WILMA ini dipilih oleh PPIM UIN Syarif Hidayatullah dan Wikimedia Foundation untuk menjalankan misi preservasi dan digitalisasi naskah di wilayah DI Yogyakarta.
Komunitas ini merupakan wadah bagi anak muda Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno. Kerkiprah selama lima tahun terakhir, Komunitas Jangkah Nusantara aktir menggelar diskusi bulanan Jagongan Naskah, pelatihan penerjemahan, penulisan artikel popular atas naskah-naskah kuno, dan program-program penyelamatan naskah-naskah kuno.
Teknologi Terkini Dimanfaatkan
Naskah-naskah kuno yang telah didigitalisasi akan diunggah ke situs Wikimedia Commons, sebagai repositori berkas multimedia yang bebas dan terbuka. Jika telah terdokumentasi dengan baik, masyarakat dapat memanfaatkan hasil digitalisasi manuskrip dari Yogyakarta ini.
“Selain disimpan secara daring, naskah-naskah yang telah diunggah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai korpus dataset untuk pengembangan Optical Character Recognition (OCR) berbasis intelegensi buatan atau artificial intelegent,” papar Ilham Nurwansah, Wikimedian in Residence yang menjadi salah satu motor program ini.
Tujuan dari langkah ini adalah membantu mempercepat proses pembacaan naskah ke dalam format karakter digital di masa yang akan datang.
Karena peran masyarakat sangat penting dalam upaya sosialisasi kandungan naskah-naskah kuno, maka diselenggarakan pula workshop transkripsi. Ini adalah kegiatan penyalinan naskah secara digital dengan mengetikkan aksara Jawa melalui platform Wikisumber atau Wikisource Bahasa Jawa.
“Komunitas masyarakat dilibatkan untuk mentranskripsi naskah Jawa yang telah didigitalisasi ke dalam format teks dalam aksara Jawa digital,” tambah Ilham Nurwansah.
Seluruh upaya ini merupakan rangkaian panjang preservasi naskah melalui metode digitalisasi ke dalam format baru dengan pendekatan urun daya komunitas.
“Program digitalisasi naskah umumnya selesai pada tahap pengunggahan atau penyediaan gambar secara daring. Namun lebih dari itu, Wikisource Loves Manuscripts mengolah secara langsung hasil digitalisasi melalui proses transkripsi aksara secara daring dan terstruktur,” imbuh Ilham.
Dia juga menegaskan, masyarakat dan komunitas dilibatkan langsung untuk urun daya mengolah hasil digitalisi manuskrip, serta merawat warisan budaya dengan cara yang lebih kekinian.
“Hasilnya, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan awak pengembangan analisis naskah berbasis kecerdasan buatan,” tambahnya.
Kaya Naskah Kuno
Data dari Grand Design Pengelolaan Naskah Nusantara di Perpustakaan Nasional mencatat, setidaknya ada 121.668 judul naskah Nusantara tersebar di seluruh dunia. Indonesia memegang sekurangnya 82.281 naskah, dengan baru sekitar 19 ribu naskah yang dapat diselamatkan.
Secara umum, naskah kuno tersimpan di perpustakaan, museum, keraton, dan juga dirawat oleh perorangan. Secara umum, koleksi naskah kuno yang ada di lembaga kondisinya lebih terawat dibanding naskah yang berada di tangan masyarakat. Teknologi penyimpanan, pengetahuan hingga kondisi iklim berpengaruh dalam kemampuan naskah kuno bertahan.
Salah satu koleksi terbesar naskah kuno di Indonesia, ada di Perpustakaan Nasional. Di lembaga ini, ada sekitar 12.358 judul naskah kuno yang ditulis dalam 23 bahasa di nusantara seperti bahasa Aceh, Arab, Bali, hingga Batak. Aksara dalam tulisan itu beragam, menunjukkan kekayaan budaya masa lalu, mulai dari aksara Arab hingga aksara Ulu, dengan total setidaknya ada 19 aksara.
Melihat medianya, Perpustakaan Nasional menyimpan sekitar 10 ribu naskah dengan media kertas, hampir dua ribu naskah bermedia lontar, lebih seratus naskah bermedia bambu, 68 naskah bermedia kayu, 34 naskah bermedia kulit kayu, 15 naskah bermedia gebang, dan satu naskah bermedia rotan. (M1-VOA/ns/ah)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.