Gambuh, Dramatari Klasik Bali
GAMBUH adalah tarian dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik di Bali.
Awal Kemunculan Gambuh
Gambuh diperkirakan muncul sekitar abad ke-15 yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Sajian dramatari Gambuh berbentuk pertunjukan teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, serta seni musik.
Dramatari Paling Tua di Bali
Prof Dr I Made Bandem, MA, mengatakan Gambuh merupakan dramaturgi yang paling tua dan dianggap sebagai sumber tari Bali.
Hal ini juga diperkuat dengan ditemukannya lontar Dharma Pegambuhan, yang menunjukan adanya hubungan yang erat antara seni pertunjukan dengan kehidupan ritual keagamaan masyarakat Bali.
Lontar Dharma Pegambuhan merupakan lontar tuntunan spiritual untuk dramatari Gambuh, yang berisi alur pertunjukan maupun petunjuk berupa mantra-mantra yang harus diketahui oleh para penari maupun penabuh gambuh.
Bentuk Pementasan Gambuh
Pementasan Gambuh dilakukan di sebuah area bernama Kalangan yang berbentuk segi empat. Sebagai pemisah antara penari dan penonton, terdapat bambu yang biasa disebut tangluk.
Pementasan Gambuh untuk upacara adat biasanya dimulai pada pukul 09.00 dan berlangsung hingga tengah hari. Gambuh termasuk tari sakral yang menunjang jalannya upacara. Namun, ketika dipentaskan di malam hari maka Gambuh akan berubah fungsinya menjadi sajian hiburan.
Pertunjukan Gambuh lengkap dimainkan oleh 25-40 orang penari laki-laki dan perempuan. Cerita Gambuh dibagi beberapa episode dengan struktur naratif dan dramatik yang memikat.
Iringan Dramatari Gambuh
Dramatari gambuh diiringi oleh gamelan Penggambuhan yang berlaras Pelog Saih Pitu (tujuh nada). Gamelan Penggambuhan termasuk barungan madya dan hingga kini dianggap sebagai salah satu sumber terpenting dari semua bentuk seni tabuh yang muncul di Bali setelah abad XV.
Gamelan Gambuh terdiri dari: suling bambu sepanjang 1 meter, rebab, kempur, kendang kecil (lanang wadon), pangkon, ricik (cengceng kecil), kangsi (cengceng yang bertangkai) dan gentorag (pohon genta). Suling dan rebab adalah instrumen paling penting dalam Penggambuhan yang merupakan instrumen pemimpin dan pemangku melodi. (Vey si Sendal Jepit)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.