METRUM
Jelajah Komunitas

Isu Lingkungan Belum Jadi Prioritas Peserta Pilkada 2024 di Jawa Barat

KOTA BANDUNG (METRUM) – Pusat Analisis Keselamatan Lingkungan (PAKL) menggelar seminar sehari bertema “Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan” pada Minggu, 13 Oktober 2024, Pukul 15.30 – 18.00 WIB di Kurito Coffee and Eatery, UBERTOS, Jl. A. H. Nasution Ujungberung, Kota Bandung.

Seminar lingkungan hidup ini menghadirkan narasumber dari kalangan pakar, akademisi, dan pegiat lingkungan hidup, yaitu Ir. Riyan Sumindar, M.T., (Pakar dan Praktisi Lingkungan Universitas Padjadjaran), Ahmad Nada Kusnendar, S.Sos, M.I.Kom (Akademisi dan pegiat lingkungan, founder Radio Metrum), dan Dr. Ahmad Zakiyuddin, M.I.Kom (Pakar Komunikasi Lingkungan). Seminar dihadiri berbagai kalangan, mulai dari akademisi, mahasiswa, pelajar, perwakilan ormas/komunitas, guru, hingga masyarakat umum.

Minimnya Kepedulian pada Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan dunia saat ini menghadapi berbagai tantangan yang mengancam lingkungan, seperti terjadinya degradasi lahan, perubahan iklim, kerusakan hutan, perubahan lahan, perburuan liar, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Beberapa permasalahan lingkungan di Indonesia, di antaranya adalah pencemaran sungai oleh bahan kimia berbahaya industri, bencana kebakaran hutan dan gambut, alih fungsi hutan lindung dan lahan pertanian, pencemaran perairan oleh limbah pertambangan, dan kasus penangkapan ikan berlebih dan illegal di perairan Nusantara.

Di era sekarang ini minim sekali kepedulian terhadap isu lingkungan, padahal permasalahan lingkungan semakin multidimensi. Banyaknya faktor permasalahan lingkungan yang menyebabkan bencana kian terjadi seperti, perubahan iklim yang memicu kenaikan suhu global, perubahan cuaca yang kita tidak tahu kapan terjadinya hujan dan kapan terjadinya panas.

Dengan adanya peristiwa ini mampu mengakibatkan berbagai macam bencana alam, seperti banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan lainnya akibat perubahan iklim tersebut. Tidak hanya perubahan iklim saja yang dapat menyebabkan bencana terjadi adapun faktor lain juga menimbulkan permasalahan lingkungan hidup di antaranya adalah, terjadinya pencemaran air, pengelolaan sampah yang salah, serta penggundulan hutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, dorongan publik agar pemerintah memberikan prioritas pada isu lingkungan hidup dan perubahan iklim semakin meningkat. Selain karena tantangan domestik, juga tren global yang menempatkan isu lingkungan sebagai salah satu agenda internasional. Kini, pada tingkat global terdapat insentif ekonomi internasional menuju ramah lingkungan dan iklim.

Isu Lingkungan Hidup dan Pilkada 2024

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah 2024 di Jabar, isu lingkungan hidup menjadi semakin relevan karena pemerintahan baik di pusat maupun di tingkat daerah nanti akan menentukan pencapaian Visi Indonesia 2045. Dengan krisis lingkungan yang terjadi tentu akan menjadi hambatan bagi pencapaian Visi Indonesia 2045 itu.

Menurut Indeks Performa Lingkungan (EPI) 2022, Indonesia masih menempati posisi 164 dari 180 negara di dunia dalam mengelola tantangan lingkungan hidup. Artinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Indonesia.

Isu lingkungan hidup di tengah masa kampanye Pilkada 2024 muncul dan menjadi bahasan menarik dalam seminar sehari lingkungan hidup yang diinisiasi PAKL.

Menurut Ketua PAKL, Rakhmat Toto, pihaknya memandang penting untuk kembali mengingatkan perlunya kepedulian terhadap lingkungan, khususnya bagi para pengambil kebijakan di daerah.

“Isu lingkungan semestinya menjadi agenda penting bagi calon kepala daerah, karena siapapun yang terpilih tentu wajib mendukung dan menyukseskan visi Indonesia 2045,” ujar Toto.

Rakhmat Toto mengatakan, pihaknya sudah mengundang calon kepala daerah untuk menjadi narasumber di seminar lingkungan ini, namun karena jadwal yang berbarengan dengan agenda para calon kepala daerah, akhirnya mereka tidak bisa hadir untuk menjadi narasumber.

“Betul, sebelumnya memang kami sudah mengundang kehadiran calon, khususnya cawalkot dan calon gubernur, tapi jadwalnya bentrok, jadi tidak bisa hadir,” ungkapnya.

Sesi tanya jawab dalam seminar “Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Lingkungan” pada Minggu, 13 Oktober 2024 di Kurito Coffee and Eatery, Jl. A. H. Nasution, Kota Bandung (Foto: Dok Panitia).*

Sementara itu, Pakar dan Praktisi Lingkungan Universitas Padjadjaran, Ir. Riyan Sumindar, M.T., menyoroti dua hal, pertama terkait peran dan kepedulian wakil rakyat baik di DPR maupun DPRD sangat penting menyangkut politik anggaran dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.

“Anggaran untuk pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya perlu ditambah tiap tahunnya, namun jauh lebih penting terkait pengawasan terhadap pelaksanaan serapan anggaran, sehingga upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih optimal,” kata Riyan.

Riyan juga menekankan perlunya penguatan implementasi dari konsep penta-helix atau multipihak bidang lingkungan hidup, dimana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan inovasi pengetahuan yang memiliki potensi untuk dikapitalisasi atau ditransformasikan dalam aksi nyata.

“Konsep penta-helix memang perlu ditingkatkan implementasinya, ini penting agar upaya menumbuhkan kesadaran dan meminimalisir kerusakan lingkungan hidup,” tuturnya.

Riyan juga menambahkan terkait dengan pentingnya penguatan edukasi dan kesadaran masyarakat. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan melalui kampanye edukasi dapat membantu menciptakan budaya peduli lingkungan. Kegiatan seperti penanaman pohon dan pengelolaan sampah juga dapat melibatkan masyarakat secara langsung.

Akademisi, Pegiat Lingkungan dan Praktisi Media, Ahmad Nada Kusnendar, S.Sos., M.I. Kom mengungkapkan arti penting strategi komunikasi lingkungan dan peran media untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat pada lingkungan. Bagaimana komunikasi lingkungan merupakan sebuah rencana dan strategi melalui komunikasi dan media untuk mendukung kebijakan, partisipasi publik, dan implementasi pada lingkungan.

Menurut Nada, dalam melaksanakan strategi komunikasi lingkungan dibutuhkan langkah-langkah yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah penilaian, seperti analisis situasi dan pihak, identifikasi masalah, dan menetapkan tujuan komunikasi untuk mengubah perilaku. Kedua, perencanaan, berupa pengembangan strategi komunikasi, motivasi dan mobilisasi masyarakat, serta memilih media. Ketiga, produksi, berupa desain pesan yang akan disampaikan, dan terakhir adalah tahapan aksi dan refleksi dengan menyebarkan melalui media dan implementasi, diakhiri dengan dokumentasi, monitoring dan evaluasi.

“Penggunaan berbagai jenis media, seperti surat kabar, radio, tv, website, media sosial, dan berbagai platform media digital lainnya sangat efektif dalam menyebarkan informasi dan membentuk persepsi masyarakat mengenai isu lingkungan. Pesan-pesan harus fokus pada upaya mengubah perilaku yang tidak peduli terhadap lingkungan. Mulai dari sadar, berpengetahuan, tertarik, yakin, hingga melakukan aksi peduli terhadap lingkungan,” ujar Nada.

Pakar Komunikasi Lingkungan, Dr. Ahmad Zakiyuddin, M.I.Kom mengungkapkan tentang kegelisahannya pada alih fungsi lahan. “Dulu, di sepanjang jalan yang saya lewati menuju kantor terbentang sawah-sawah begitu luasnya, sekarang sawah-sawah tersebut sudah berdiri bangunan-bangunan, seperti pabrik, perumahan dan lainnya karena faktor ekonomi dijual oleh para pemiliknya kepada para pengusaha. Jika bisa sawah-sawah tersebut dibeli oleh pemerintah dan tetap bisa dikelola dengan sistem yang dapat saling menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat sekitar,” ucap Zaki.

Zaki menambahkan, aktivis lingkungan dan stakeholder perlu duduk bersama, kompak, dan bersinergi untuk terus mendorong pemerintah membuat regulasi terbaik untuk lingkungan hidup.

Ketua PAKL, Rakhmat Toto berharap seminar ini dapat menjadi wahana bagi penggalian informasi dan solusi alternatif dalam kaitannya dengan upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, khususnya generasi muda di Jawa Barat sebagai wujud pernyataan kecintaan terhadap bumi yang dipijak sebagai tempat tinggal hidup.

    “Kami punya harapan, dunia ini dihuni oleh orang-orang berkesadaran sehingga dunia ini menjadi tempat yang nyaman untuk kita wariskan kepada anak cucu kita. Karena dunia hari ini adalah Titipan buat anak cucu kita,” pungkasnya. (M1)***

    komentar

    Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.