Jejak Keturunan Yahudi di Indonesia
PEMERINTAH mengakui keberadaan agama Yahudi atau Yudaisme di Indonesia. Namun, pemeluk agama ini tidak mendapatkan pelayanan dari negara, seperti yang diperoleh penganut agama lainnya (kristen protestan, katolik, islam, buddha, hindu dan konghucu).
Yahudi itu sendiri sebenarnya beragam, tidak hanya yang berhubungan dengan Israel. Pasalnya dalam bahasa Inggris, Yahudi sebagai etnis, sebagai agama atau Yahudi sebagai entitas politik ada istilahnya masing-masing.
Asal Mula Etnis Yahudi di Indonesia
Etnis Yahudi sudah datang ke Nusantara jauh sebelum bangsa Eropa datang. Dalam satu dokumen yang terdapat di Mesir tercatat awal abad 10 ada seorang bernama Ishaq Yahuda singgah ke Sriwijaya, –sekarang Palembang–, untuk berdagang.
Pada abad 13 (sekitar 1290-an) ada seorang keturunan Yahudi yang berdagang di Barus, salah satu kota bandar tertua di Nusantara, yang terletak di pesisir Barat pulau Sumatera. Orang Yahudi itu berasal dari Mesir. Sayangnya nama orang Yahudi tidak disebutkan.
Di luar itu, menurut informasi lisan dari seorang keturunan Yahudi yang tinggal di Indonesia, dikatakan bahwa pada abad ke-17 nenek moyangnya adalah orang Yahudi Yaman. Nenek moyangnya itu datang ke Nusantara bersamaan dengan rombongan pedagang Muslim.
Etnis Yahudi yang berasal dari Timur-Tengah atau Asia umumnya berasal dari Irak, Persia, Oman, Suriah, dan India. Sedangkan ketika bangsa Portugis datang ke Nusantara, orang-orang Yahudi juga ikut datang. Mereka berasal dari Andalusia (Spanyol) dan Portugis.
Belanda Datang, Etnis Yahudi Makin Beragam
Ketika Belanda datang dan berkuasa di Hindia Belanda, etnis Yahudi yang datang makin beragam, seperti dari Belanda, Jerman, Hungaria, Polandia, Rusia, dan sebagainya.
Kebanyakan Yahudi yang hidup di Hindia Belanda pada abad ke-19 adalah Yahudi Belanda yang bekerja sebagai pedagang atau hal-hal yang berhubungan dengan Rezim Kolonial Belanda. Pada masa Pemerintahan Belanda di Indonesia, agama Yahudi diakui sebagai salah satu agama resmi.
Juragan Yahudi Pertama di Batavia
Salah satu kaum Yahudi Eropa yang pertama diketahui tiba di Batavia adalah Leendert Miero. Pria yang memiliki nama asli Juda Leo Ezikiel ini diketahui berasal dari satu wilayah yang sekarang menjadi Ukraina. Miero pertama kali datang ke Indonesia tahun 1775 sebagai seorang yang miskin karena hanya menjadi prajurit kecil untuk kerajaan Hindia Belanda. Identitas Miero akhirnya terbongkar sebagai keturunan Yahudi pada tahun 1782, setelah Belanda setuju memberikan tempat kepada orang Yahudi untuk berkongsi dalam perdagangan.
Akhirnya, Miero bisa dikenal sebagai juragan emas yang sangat kaya. Bahkan lebih kaya ketimbang kaum Yahudi lain di masanya. Ia memiliki toko emas di Molenvliet West (sekarang menjadi Jl. Gajah Mada) Jakarta Pusat dan memiliki satu rumah mewah (kini menjadi gedung Arsip Nasional).
Kaum Yahudi Arab di Surabaya
Catatan terawal keberadaan Yahudi di Surabaya ditulis Jacob Saphir, rabi Jerusalem yang diutus mengumpulkan donasi. Jacob berada di Jawa pada bulan-bulan sebelum September 1861 dan menulis ada beberapa Yahudi di Surabaya. Mereka menikah campur, pun meninggalkan tradisi bersunat.
Mengutip Gilbert Hamonic dalam Note sur la communauté Juive de Surabaya, pada tahun 1930 terdapat sekitar 600 warga Yahudi di kota pelabuhan ini. Terbesar di Hindia. Kebanyakan berdagang dan berasal dari Cochin, India dan Irak serta wilayah Timur Tengah lainnya. Hal tersebut terkonfirmasi oleh berita koran Bataviaasch nieuwsblad, 28 Des 1925. Ditulis, komunitas Yahudi Arab di Surabaya telah menyewa rumah untuk sinagoge. Mereka juga mendatangkan rabbi dari Singapura untuk mengajar Taurat, serta menyembelih hewan dan menyunat anak.
Populasi
Pada akhir tahun 1960-an, menurut Kongres Yahudi Sedunia populasi Yahudi di Indonesia diperkirakan ada 20 orang Yahudi asli yang tinggal di Surabaya dan Jakarta. Nenek moyang mereka adalah imigran Yahudi asal Yaman, Irak, Mesir, Iran, India, Inggris, Belanda, Jerman, Austria, Portugis, Spanyol dan Eropa Timur. Serta 500 orang keturunan Yahudi asal Belanda, Jerman dan El Salvador tinggal di Manado dan Tondano, yang mendapatkan jaminan atas kebebasan beribadah oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Tak hanya itu, keturunan dan perkampungan ras Yahudi asli juga terdapat di sekitar wilayah Maluku Utara, Seram, Maluku Tengah (Ambon). Namun yang masih bertahan hingga sekarang adalah etnis Yahudi yang berasal dari Belanda.
Tak Semua Menganut Yudaisme
Ada keturunan Yahudi yang beragama Yahudi (Yudaisme). Tapi ada keturunan atau etnis Yahudi, tapi tidak lagi beragama Yahudi. Kelompok yang terakhir ini tetap menjaga tradisi Yahudi sebagai orang keturunan Yahudi meski agamanya bukan Yahudi lagi.
Yahudi Belanda yang datang ke Hindia Belanda, misalnya, mengaku seorang Calvinis atau mereka beragama Kristen. Sedangkan keturunan Yahudi Timur-Tengah yang datang ke Nusantara sebagian besar adalah Muslim dan ikut menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia. Etnis Yahudi yang beragama Islam pada saat itu tinggal di Aceh, Padang, Batavia, dan Surabaya.
Hingga saat ini jumlah keturunan Yahudi di Indonesia diperkirakan sekitar 2.000 jiwa, namun tak semua jadi penganut Yudaisme, yang benar-benar jadi pemeluk Yudaisme tak sampai 20 keluarga saja.
Sinagoga di Surabaya
Sinagoga (rumah ibadah) pernah ada di sekitaran Kali Mas Surabaya, Jawa Timur. Beroperasi sekitar tahun 1948 dan berakhir di tahun 2009. Banyak bagian dari Sinagoga ini yang rusak hingga ritual ibadah tak bisa dijalankan.
Namun, tahun 2013, ada ormas tertentu di Surabaya yang menghancurkan tempat Ibadah ini. Mereka menganggap praktik Yahudi di Indonesia hanya akan menciderai agama lain di Indonesia. Kini penganut Yudaisme di Surabaya hanya melakukan ritual keagamaan di rumah mereka masing-masing.
Sinagoga di Manado
Di dekat kota Manado, Sulawesi Utara ada sebuah sinagoga sederhana yang didirikan komunitas Yahudi. Ini adalah satu-satunya sinagoga (rumah ibadah) bagi penganut Yudaisme di Indonesia. Warganya merasa aman untuk melakukan ibadah secara terbuka.
Sinagoga “Shaar Hashamayim” terletak tidak jauh dari makam pahlawan nasional Sam Ratulangi dan berdekatan dengan beberapa gereja. Warga yang tinggal di sekitar juga menganut berbagai agama mulai dari yang beragama Kristen Protestan, Katolik maupun beragama Islam. Hingga saat ini, semua bisa beribadah dan hidup berdampingan tanpa masalah.
Komunitas Yahudi Indonesia
Tahun 2009 dibentuk organisasi komunitas Yahudi “The United Indonesian Jewish Community” (UIJC) dan diresmikan pada bulan Oktober tahun 2010. Menurut sumber UIJC saat ini keturunan Yahudi di Indonesia yang diketahui, hampir 2.000-an orang, tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, bahkan ada di Sumatera barat, Aceh. Di Sulawesi Utara, populasinya diperkirakan sampai 800-an orang,
Tantangan Umat Yudaisme di Indonesia
Komunitas Yahudi di Indonesia menghadapi tantangan praktis juga, yaitu menemukan makanan halal/layak atau “kosher” bagi mereka. Tidak banyak makanan Yahudi yang tersedia, padahal ajaran agama ini cukup ketat dalam mengatur halal dan haram dalam kehidupan mereka.
Kosher dalam terminologi Yahudi adalah makanan atau hewan yang boleh/layak/halal dimakan atau dikonsumsi. Misalnya: kosher tidak memperbolehkan adanya unsur babi dalam makanan dan minuman mereka. Mereka juga tidak makan bagian-bagian tertentu dari hewan (sapi, kerbau, domba, ayam, ikan) seperti isi perut (jeroan), urat-urat, lemak maupun kulit binatang ini. D
alam penerapannya, kosher melebar tak hanya makanan atau minuman saja tapi hampir pasa semua sisi kehidupan pemeluk Yudaisme memerlukan kosher (kehalalan). Sedangkan lawan kosher, atau hal yang tidak boleh dimakan, diminum atau digunakan disebut trefa atau trayfah.
Pengakuan Seorang Penganut Yudaisme
Elisheva Wiriaatmadja, adalah seorang penganut Yudaisme. Elisheva dibesarkan dalam keluarga dengan ayah yang seorang Muslim dan ibunya beragama Kristen, ia dibebaskan memilih agama ketika dewasa. Setelah dia mengetahui ada darah Yahudi mengalir di tubuhnya dari garis keturunan ayahnya dia pun mulai mencari dan mempelajari agama Yahudi.
Ia mengaku tak mudah menjadi pemeluk agama Yahudi di Indonesia. Khususnya untuk mendapatkan makanan yang kosher atau buku-buku agama. Meski demikian, perempuan yang menghabiskan masa kecil di Jerman itu mengaku sangat bersyukur, masyarakat Indonesia ternyata lebih terbuka daripada yang dipikirkan banyak orang.
Sejatinya, kata dia, “Kita satu bangsa. Kita bagian dari keluarga, masyarakat, tetangga. Ketika menyadari hal itu, Yahudi-nya bukan suatu penghalang.”
Apa yang Dipercayai Penganut Yudaisme?
Dikarenakan Yudaisme belum diakui sebagai agama resmi di Indonesia, banyak keturunan Yahudi yang menganut Yudaisme mencatatkan dirinya sebagai “Kristen Protestan”. Inti ajaran agama Yahudi (Yudaisme) dikenal dengan sebutan Sepuluh Firman Tuhan atau Ten Commandments atau Decalogue.
Kesepuluh perintah Tuhan tersebut diterima langsung oleh Musa di bukit Sinai (Tur Sinai), ketika terjadi dialog langsung antara Tuhan dengan Musa. Secara ringkas mencakup hal-hal berikut: 1. Allah merupakan Pencipta dari segala yang ada; Dia itu Esa, roh (tak berwujud) dan hanya Dia yang patut disembah sebagai penguasa absolut dari alam semesta. 2. Kelima kitab pertama dari Kitab Suci Ibrani diwahyukan oleh Allah kepada Musa. Kitab-kitab itu tidak akan berubah atau ditambah di masa mendatang. 3. Allah berkomunikasi dengan umat Yahudi melalui para nabi. 4. Allah memperhatikan kegiatan manusia; Dia memberi pahala kepada orang baik dan menghukum orang jahat.
5. Orang Yahudi umumnya menganggap perbuatan dan ketaatan pada aturan agama itu punya nilai yang sangat penting; sehingga iman dianggap dihasilkan oleh tindakan. 6. Dunia dan manusia sebagai ciptaan Allah yang pada dasarnya adalah baik. Mereka percaya manusia dapat menyucikan kehidupan mereka dan menjadi lebih dekat kepada Allah dengan menggenapi mitzvoh (perintah ilahi).(Mak Vey van Driel)***
Sumber:
– Hasil Riset ahli sejarah dari Universitas Andalas Padang, Romi Zarman, buku “Yudaisme di Jawa Abad ke 19 dan 20” – Komunitas Yahudi ada di Indonesia dan Sebagiannya Beragama Islam () – Kosher Bagi Yahudi () – Yahudi Peduli Kosher () – Kisah Keturunan Yahudi di Indonesia () – Tentang Yahudi dan Yudaisme () – Yahudi di Indonesia (wikipedia) – Kehidupan Komunitas Yahudi di Indonesia () – Jejak Yahudi di Minangkabau () – Pemerintah Tidak Melarang Agama Yahudi () – Komunitas Yahudi Indonesia (https://bit.ly/2M4jPDp) – Cerita Umat Muslim Buka Puasa Bersama Umat Yahudi dan Nasrani (https://bit.ly/2M41Lt9) – Potret Lawas on Twitter (https://bit.ly/2LoUeEo) – Warga Yahudi di Jakarta (https://bit.ly/2kWiJNX dan https://bit.ly/2Jg0UIf)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.