METRUM
Jelajah Komunitas

Laptop dan Tablet Buruk untuk Perkuliahan dan Rapat?

APA yang Anda gunakan untuk mencatat kuliah atau hal-hal penting dalam sebuah rapat? Laptop? Tablet? Atau keduanya? Bagaimana dengan pena dan kertas? Tampak primitif? Namun, tidak bagi Prof. Susan Dynarski. Justru, cara tersebut lebih baik bagi otak Anda.

Dalam sebuah tulisan di kolom NYtimes.com, Dynarski memaparkan bahwa mahasiswanya yang menggunakan laptop atau tablet untuk mencatat kuliahnya cenderung mendapatkan peringkat yang buruk. Menurutnya, barang-barang elektronik tersebut mengalihkan perhatian belajar mahasiswa. “Bahkan merusak produktivitas seseorang ketika rapat,” tulisnya.

Untuk memperkuat pernyataannya, Dynarski memaparkan serangkaian percobaan di Universitas Princeton dan Universitas California di Los Angeles. Di perguruan tinggi tersebut, secara acak, mahasiswa diminta menggunakan laptop atau pena dan kertas guna mencatat kuliah. Hasilnya, mahasiswa yang menggunakan laptop memiliki pemahaman materi yang buruk dibandingkan mereka yang menggunakan pena dan kertas untuk mencatat kuliah.

Peneliti berkesimpulan bahwa para mahasiswa yang menggunakan laptop bisa mencatat lebih cepat dibandingkan mereka yang menggunakan pena dan kertas. Kata-kata dosen bisa dicatat dengan baik. Sayangnya, otak mereka tidak memiliki kesempatan untuk memproses substansi materi sang dosen.

Sedangkan, mahasiswa yang menggunakan pena dan kertas memiliki waktu untuk memproses dan mengendapkan perkataan dari sang dosen. Hal ini mereka perlukan untuk mampu mencatat substansi perkuliahan dengan baik. Meskipun catatan di laptop lebih lengkap dan merupakan transkrip perkuliahan. Namun, versi tulisan tangan lebih ringkas dan menonjolkan isu-isu penting dalam perkuliahan tersebut.

Darsky juga menyebutkan penelitian lainnya di Universitas York dan Universitas McMaster di Canada. Penelitian tersebut membahas tentang dampak laptop terhadap pola belajar mahasiswa. Hasilnya, sebagian mahasiswa menyatakan bahwa mereka mengerjakan hal-hal kecil di laptop mereka yang tidak memiliki hubungan dengan perkuliahan. Misalnya saja menonton film beberapa kali. Hal ini membuat mahasiswa mendapatkan sedikit materi perkuliahan.

BACA JUGA:  Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Berkendara dengan Vespa

Menariknya, penelitian ini juga menyatakan bahwa mahasiswa yang tidak menggunakan laptop dan berada di dekat laptop mendapatkan dampak negatif. Dampak ini disebut “Eksternalitas Negatif”. Salah satu contoh klasik dari peristiwa ini, antara lain: pembakaran batu bara di sebuah pabrik yang merusak kualitas udara lingkungan sekitarnya.

Laptop sendiri, tulis Darsky, menjadi polusi visual bagi mahasiswa di dekatnya. Perhatian mereka teralihkan dengan aktivitas mencatat di laptop. Bahkan, seringkali juga teralihkan oleh media sosial, email, dan berita.

Penelitian lainnya, ulas Darsky, terjadi juga Akademi MIliter Amerika Serikat. Sekelompok profesor meneliti tentang penggunaan laptop dalam kelas pengantar ekonomi. Kelas ini dilakukan dalam sesi kecil. Kemudian, para peneliti secara acak menugaskan para kadet untuk melakukan satu dari tiga kondisi, yaitu: memperbolehkan perangkat elektronik, melarang perangkat elektronik, dan memperbolehkan tablet yang hanya dibaringkan di atas meja.

Pada akhir semester, kadet yang berada di kelas berlaptop dan tablet memiliki performa yang lebih buruk dibandingkan di kelas tanpa elektronik. Hal ini semakin memperkuat pandangan Dynarski tentang dampak buruk perangkat elektronik di kelas. “Dan saya sudah membuat keputusan: saya melarang perangkat elektronik di kelas saya,” tandasnya pada akhir-akhir tulisan tersebut. “Dan ini berlaku juga untuk rapat dalam pekerjaan,” tutupnya.

Bagaimana menurut Anda? Setuju kah dengan pendapat Prof. Susan Dynarski? Atau Anda merasa lebih produktif dengan menggunakan laptop dan tablet? Silahkan tulis pendapat Anda dalam kolom komentar.***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.