METRUM
Jelajah Komunitas

Orang Sunda dan Lalapan

ORANG Sunda (Jawa Barat) memiliki kebiasaan memakan lalapan, atau sayuran mentah maupun umbi rebus yang dimakan sebagai pelengkap nasi.

Lalapan sudah menjadi makanan favorit di kalangan masyarakat di Tatar Sunda. Aneka daun ini seolah menambah sedap setiap santapan yang disajikan. Tapi, tahukah kamu sejak kapan lalapan mulai dikenal?

Awal Mula Lalapan

Catatan historis yang mengungkapkan awal mula budaya lalapan Sunda ternyata telah ada sejak abad ke-10 Masehi dalam Prasasti Taji 901 Masehi. Fadly Rahman, M.A., Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad yang juga penggiat sekaligus peneliti Kajian Makanan menyebutkan bahwa dalam Prasasti Taji tahun 901 Masehi itu disebutkan sebuah nama sajian atau makanan bernama ‘Kuluban Sunda’ yang artinya lalap atau lalapan.

Isi Prasasti

Selain menjelaskan tentang lalapan, dalam Prasasti Taji 901 M berisi juga daftar hidangan yang sering disajikan pada acara besar atau hajatan, antara lain 57 karung beras, enam kerbau, 100 ekor ayam.

Hidangan yang lain berupa aneka makanan yang diasinkan, daging asin yang dikeringkan, ikan kaliwas, ikan gurame, bilunlun, telur dan rumahan. Untuk minuman disuguhkan berbagai macam tuak yang berasal dari jnu, bunga campaga, bunga pandan dan bunga karamin.

Dalam Prasasri Taji (901 M) disebutkan juga beras sebagai bahan dasar pembuatan nasi, sekaligus makanan pokok yang disajikan untuk para pejabat dalam rangka peresmian suatu sima (tanah yang dilindungi).

Cita Rasa dan Jenis

Sementara itu, tentang cita rasa masakan terdapat pula penjelasannya dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian sekitar abad 15 Masehi, di dalam naskah ini disiratkan beragam rupa-rupa rasa masakan, yaitu lawana (asin), kaduka (pedas), tritka (pahit), amba (masam), kasaya (gurih), dan madura (manis).

BACA JUGA:  Profesi Komunikasi di Era Disrupsi

Susunan cita rasa tersebut menyiratkan rasa yang “Sunda banget” dan tidak menampilkan cita rasa yang sarat dengan daging-dagingan. Sedangkan, jenis makanan lain yang disebut dalam beberapa sumber tertulis pada abad ke-10, Masehi, antara lain sambel, pecel, pindang, rarawwan (rawon), rurujak (rujak), dan kurupuk, minuman dawet, wajik serta dodol.

Jenis Lalapan Sunda

Lalapan Sunda tidak hanya berupa dedaunan seperti daun singkong, daun pepaya atau selada. Namun juga umbi-umbian seperti kunyit dan kencur, buah muda, bunga, hingga biji-bijian juga kerap disebut lalapan. (Isis Prawiranegara pada tahun 1944) Jenis makanan lalap lain yang dikonsumsi masyarakat Sunda tahun 1930-an dan masih eksis hingga kini adalah mentimun, leunca, kenikir, honje atau combrang serta biji nangka dan petai.

Makna Lalapan – Pantulan Cara Hidup

Ada penanda dari kebudayaan Sunda yang berjaya selama 900 tahun, yaitu Sad Rasa Kemanusiaan atau enam aspek nilai kemanusiaan Sunda. 1. Moral manusia terhadap Tuhan, 2. Moral manusia terhadap pribadinya, 3. Moral manusia dengan manusia lainnya, 4. Moral manusia terhadap waktu, 5. Moral manusia terhadap alam, 6. Moral manusia terhadap kesejahteraan lahir batin.

Kebudayaan Sunda menuntut manusianya berhubungan baik dengan semua mahluk ciptaan Tuhan, tidak hanya dengan sesama manusia, tapi juga dengan hewan dan tumbuhan. Hal itu semakin memperjelas bahwa orang Sunda memang mengenal alam dan terbiasa hidup menyatu dengan alam. Kebiasaan mengkonsumsi lalapan adalah salah satu pantulan dari cara hidup tersebut.(Mak Vey van Driel)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.