Pangandaran Menuju Pantai Kelas Dunia
Rencana Revitalisasi Objek Wisata Pangandaran
GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil mengunggah satu foto di akun Instagram miliknya, Rabu (5/9/2018). Isinya tentang penataan Pantai Pangandaran yang diproyeksikan dapat menjadi wisata kelas dunia. Ridwan bahkan berpendapat bahwa Pangandaran ke depan dapat sekelas Pantai Waikiki di Hawaii.
Berdasarkan catatan, tingkat kunjungan ke objek wisata Pangandaran dalam dua tahun terakhir ini melesat naik. Tahun 2017, mereka yang berlibur ke Pangandaran mencapai tiga juta orang atau naik hampir 100 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tahun ini, sampai akhir September, kunjungan ke Pangandaran sudah mencapai 3,2 juta wisatawan. Jumlah kunjungan itu hampir sama dengan yang berwisata ke Candi Borobudur di Jawa Tengah sepanjang 2017 lalu yang mencapai 3,4 juta orang.
Kini, sektor wisata menyumbang 20%-25% terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran. Pada tahun 2018, PAD dari sektor wisata ditargetkan sebesar Rp 25 miliar. Jika 3,2 juta orang yang datang dan membelanjakan uang sebesar Rp 200.000, jumlah uang beredar mencapai Rp 640 miliar. Pada 2012, PAD dari pariwisata mencapai Rp 22 miliar. Sampai dengan 2018, total PAD dari sektor pariwisata sudah mencapai Rp 144 miliar.
Pemkab menargetkan, tahun depan, Pangandaran dikunjungi oleh lima juta wisatawan dengan asumsi bahwa destinasi wisata ini diharapkan lebih tertata lagi. Kunjungan akan makin dipacu mulai tahun 2020. Asumsinya, pada 2019 nanti proses perubahan wajah pantai ini selesai dilakukan.
Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan, proses mempercantik wajah Pangandaran sudah dilakukan jauh-jauh hari. Pada 2017, sosialisasi mulai dilakukan dengan cara merelokasi para pedagang kaki lima di sekitar pantai ke tempat berjualan yang lebih permanen.
Pada saat bersamaan, kawasan pantai mulai dibenahi. Taman indah dibangun di pinggir pantai dan di bagian muka sebelum masuk ke kawasan wisata.
Upaya menata kembali Pantai Pangandaran itu kemudian direspons positif oleh Pemprov Jabar. Mereka mengalokasikan dana untuk relokasi pedagang ke empat titik. Tak kurang dari 1.600 pedagang kemudian dipindah ke lokasi baru dan lebih representatif.
Pantai secara perlahan menjadi bersih. Wisatawan kini bisa melihat langsung laut lepas dari jalanan maupun hotel, pemandangan yang sudah lama ditunggu oleh wisatawan. Jeje mengawal secara langsung relokasi yang tanpa gejolak tersebut.
Kisah desain jadul
Upaya penataan Pantai Pangandaran tak berhenti di sana. Pemindahan pedagang jadi momentum awal untuk penataan kawasan pantai ini menjadi lebih indah agar naik kelas. Objek wisata yang berkelas dunia adalah obsesinya.
Sebuah desain kemudian dibuat Pemkab Pangandaran. Karena keterbatasan anggaran, akhirnya Jeje melangkah ke pusat. Dia menawarkan penataan itu langsung pada Kementerian Pariwisata di Jakarta.
Ide pembenahan Pangandaran disambut baik oleh Kementerian Pariwisata. Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara mengatakan bahwa sebenarnya mereka telah menunggu lama konsep pengembangan Pangandaran. Kementerian Pariwisata melihat potensi yang luar biasa di ujung timur Jawa Barat ini.
Saat pertemuan dengan para pejabat di Kementerian Pariwisata, Jeje menyodorkan konsep desain Pangandaran. Sayangnya, konsep atau desain yang ditawarkan ternyata dinilai ketinggalan zaman.
Ukus meminta Jeje untuk merevisinya. Ia menyarankan agar Pemkab Pangandaran melihat penataan pantai di Korea Selatan yang lebih modern dan bagus.
Pulang dari Jakarta, Jeje berusaha untuk membuat desain baru. Dia sendiri mengakui bahwa usulan desain tersebut ”jadul”. Sejumlah ahli diundang Jeje untuk membantu merancang Pantai Pangandaran. Salah satunya adalah Dian Heri Sofian, Ketua Landscape Jawa Barat. Ia ahli arsitektur lanskap lulusan ITB yang biasa mendesain kawasan pantai.
Proses pembahasan pun dilakukan. Kesimpulannya, desain Pantai Pangandaran yang baru nanti harus lebih modern atau kekinian tanpa menghilangkan ciri khas daerah.
Pada desain yang baru, penataan pantai timur yang sudah tak ada pasir karena abrasi disulap menjadi trotoar yang cantik dan lebar. Disediakan sejumlah spot menarik untuk berfoto dan beristirahat.
Lalu, ada tujuh dermaga yang menjorok ke tengah laut. Tempat itu akan menjadi tempat untuk berfoto atau persandaran jetski. Ada juga taman air mancur dan pepohonan khas pantai di sepanjang trotoar yang lebar dan nyaman.
Respons gubernur
Konsep yang telah disusun itu kemudian diajukan Jeje kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
”Tepatnya seminggu setelah Pak Ridwan dilantik, kami bertemu di acara Unpad. Saya sampaikan bahwa Pangandaran ingin ditata. Pak gubernur menyambut antusias. Bahkan, beliau juga merencanakan hal sama. Kami akhirnya diundang ke Gedung Sate untuk pemaparan,” kata Jeje.
Sebagai umpan balik, Ridwan meminta penataan tak hanya di pantai timur, tetapi juga di pantai barat. Ia bahkan memaparkan konsep penataannya, termasuk beberapa contoh yang akan dia desain.
Ridwan sebenarnya sudah dua kali dalam setahun ini ke Pangandaran. Dia melihat ada potensi besar di sana. Penataan harus dilakukan agar Pangandaran dapat sekelas dengan Pantai Waikiki di Hawaii.
”Pangandaran harus naik kelas, seperti Hawaii,” katanya saat itu.
Diskusi memanjang. Di pantai timur, Ridwan mengusulkan penataan trotoar yang lebar dan tata parkir kendaraan yang rapi. Ia bahkan meminta agar dibangun masjid indah di pantai timur. ”Nanti saya yang desain langsung untuk masjid terapung,” kata mantan Wali Kota Bandung ini.
Di area pantai barat yang merupakan daerah berenang juga akan dibuat makin nyaman, tak terganggu perahu nelayan. Kawasan pasirnya tetap harus ada. Tempat duduk di pantai akan dibuat sebagus mungkin sehingga wisatawan tak duduk sembarangan.
Banyak hal yang dibahas dalam diskusi panjang itu. Intinya, pemerintah provinsi ataupun kabupaten setuju bahwa penataan tak dilakukan sembarangan. Semua harus berstandar internasional agar Pangandaran jadi destinasi wisata kelas dunia.
Untuk mewujudkannya, Pemprov Jabar akan mengalokasikan anggaran Rp 40 miliar hingga Rp 65 miliar untuk penataan ini.
Semua pihak menyadari bahwa penataan ini merupakan bagian penting untuk lompatan Pangandaran. Saat ditata dengan serius dan profesional, tingkat kunjungan wisata akan makin meningkat.
Semua hanya tinggal menunggu waktu. Pangandaran baru segera mewujud dan mata dunia akan mengarah ke sana.(Sumber: Pikiran Rakyat, 15/10/2018)***