METRUM
Jelajah Komunitas

Topeng Dalang Madura yang Pernah Berjaya

WAYANG Topeng pada dasarnya mirip dengan Wayang Orang. Perbedaannya pada wayang topeng adalah saat pementasan para pemain mengenakan topeng yang penutup wajah. Selebihnya, iringan gamelan, cara pementasan, gerak tari tidak jauh berbeda dengan pementasan Wayang Orang.

Seperti juga, Wayang Topeng Madura yang sering juga disebut Topeng Dalang Madura, sampai awal tahun 1990-an masih tetap digemari masyarakatnya. Topeng Dalang adalah jenis teater rakyat yang didalamnya terkandung unsur tari, musik, pedalangan dan lakon. 

Menurut kisah para seniman wayang topeng Madura atau topeng dalang ini, baik dari Bangkalan, Sampang dan Pamekasan, kesenian topeng dalang ini berasal dari Keraton Jambringan (Jambringen) yang berada di kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan yang diperintah oleh Raden Ario Menak Sanoyo atau juga dijuluki Pangeran Prabu Menak Sanoyo. 

Kesenian rakyat Madura ini diperkirakan telah berkembang sejak abad ke XV, pada saat Prabu Menak Sanoyo, cucu Prabu Brawijaya dari kerajaan Majapahit yang memerintah Paropo, Pamekasan, yang ingin menghidupkan pewayangan dan seni pedalangan di Madura. 

Mulanya, wayang topeng atau topeng dalang ini hanya dimainkan oleh kerabat keraton karena tujuannya untuk menghormati para tamu agung yang datang ke keraton Jambringen.

Namun lambat laun, kesenian ini keluar dari pintu keraton dan mulai menyebar hingga segala penjuru Pulau Madura.  

Bentuk topeng yang digunakan dalam wayang topeng Madura berbeda dengan tampilan topeng yang ada di Jawa, Sunda dan Bali. Topeng Madura pada umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil.

Bentuk topeng ini tidak sepenuhnya menutupi wajah penari. Dagu masih terlihat, sehingga gerak dagu dalam setiap pementasan tidak dapat disembunyikan.

Dalam topeng dalang Madura, peran dalang amat penting, serupa dengan dalang Wayang Kulit Purwa. Para penari Wayang Topeng Madura sama sekali tidak membawakan dialog, karena tugas itu dikerjakan oleh dalang. Sementara para pemain wayangnya hanya menggunakan bahasa gerak dan gerak tari mengikuti dialog ki dalang, namun terlihat seolah-olah pemain wayangnya yang berbicara.

senibudayasenitari.blogspot.com

Lakon cerita dalam topeng wayang gaya Madura ini intinya sama dengan wayang kulit, yakni lakon Mahabharata dan Ramayana. Dalam pertunjukannya, Topeng Dalang akan melibatkan 15-25 pemain dalam setiap lakon yang dipentaskan semalam suntuk.

Sebelum dimulai, pertunjukan Topeng Dalang diawali dengan tarian yang disebut tari Gambu.

Di jaman dulu, hanya laki-laki yang boleh mementaskan wayang topeng ini. Namun seiring dengan kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat, maka akhirnya perempuan diperbolehkan ikut tampil dalam kesenian ini.

Seperangkat gamelan yang terdiri dari kendang, gambang, saron, gong, kenong, gender, ponggang, bonang dan peking serta ada kalanya ditambah dengan terompet khas Madura (Sronen) akan mengiringi pementasan topeng dalang Madura ini. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.