Warga Antusias Nikmati Kemeriahan Asia Africa Festival 2025: Hiburan Sekaligus Edukasi
KOTA BANDUNG (METRUM) – Kemeriahaan Asia Africa 2025 yang digelar di Kota Bandung menyedot antusias masyarakat yang hadir di kawasan jalan Asia Afrika.
Perhelatan Asia Africa Festival (AAF) 2025 dibuka dengan penampilan energik dari Ega Robot Ethnic Percussion, kelompok seni asal Kota Kembang yang memadukan musik tradisional dengan sentuhan modern. Suasana di sepanjang Jalan Asia Afrika, Sabtu (18/10/2025), pun berubah menjadi lautan warna dan irama, menandai kemeriahan pesta budaya tahunan ini.
Asia Afrika Carnival 2025 berlangsung padat mulai pagi hingga menjelang tengah hari. Acara utama yang dikenal sebagai Asia Africa Festival/Karnaval Kebudayaan Internasional diawali dengan persiapan EO dan Ground Running (GR) pada pukul 4.30 hingga 7.30 WIB. Setelah entrance dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara resmi dibuka mulai pukul 8.00 dengan Opening Show dan sambutan-sambutan dari berbagai pihak yang dijadwalkan berlangsung secara bergantian hingga pukul 8.58. Puncak seremoni ditandai dengan Pemberian Piagam Penghargaan KEN 2025 pada 8.45 dan Opening Ceremony pada 8.58, diikuti dengan dibukanya AAF Carnival oleh MC pada pukul 9.08.
Parade Delegasi juga menjadi bagian penting, dengan 15 Delegasi dijadwalkan tampil bergantian dalam waktu singkat antara pukul 9.23 hingga 9.38. Acara dilanjutkan dengan penampilan dari berbagai perwakilan budaya daerah, termasuk Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda Madiun, Disbudpar Kota Cirebon, hingga Komunitas Kuda Renggong Sumedang, dengan mayoritas durasi penampilan 3 menit untuk setiap peserta.
Defile yang cukup menarik dan memikat para penonton adalah barisan onthel Paguyuban Sapedah Baheula Bandoeng (PSBB) yang menampilkan 75 anggotanya sambil bersepeda memakai beragam pakaian, mulai dari baju demang, pakaian adat Sunda/pangsi/kebaya, Jawa Tengah, Bali, Tentara Sekutu/KNIL 38, serdadu jepang, TKR, hingga eropa/jadulan.
Menjelang tengah hari, kemeriahan karnaval semakin memuncak dengan penampilan komunitas budaya dan kesenian seperti Sanggar Putri Ayu (Jepang dan Indonesia), Banraya Thai Bandung, Homey Korean Language & Culture Community, serta perwakilan dari kelompok tradisional seperti Long Wang Indonesia dan Ulin Barong Badranaya.
Parade Kostum Kolosal dihadirkan dua kali sebagai daya tarik utama, yaitu sesi Black & Gold dari Bandung Culture pada pukul 10.02 dan sesi Full Colour pada pukul 11.27. Karnaval ditutup dengan Closing MC dan Sounding AAF Corner pada pukul 11.32, diikuti oleh Closing Performing dari Ega Robot hingga acara selesai sekira pukul 11.50 WIB.
Salah satu pengunjung, Engkus Kusnadi (65), mengaku antusias menikmati gelaran tersebut bersama keluarga.
“Meriah banget, saya ajak istri dan cucu ke sini sambil kulineran,” ujarnya sambil tersenyum.
Engkus menuturkan, AAF menjadi ajang “healing” murah meriah bagi warga.
“Cukup datang, menikmati berbagai pagelaran kesenian, sambil jajan dan berfoto-foto,” katanya.
Hal senada disampaikan Nadya (29), warga Bandung yang turut hadir. Ia menilai AAF 2025 semakin menarik karena menggabungkan hiburan dan edukasi sejarah.
“Seru banget, apalagi Bandung dikenal sebagai kota sejarah Asia Afrika. Jadi selain hiburan, kita juga belajar,” ucapnya.
Kemeriahan AAF 2025 kian terasa dengan kehadiran delegasi dari 15 negara, di antaranya Malaysia, Rwanda, Arab Saudi, Guinea, Bangladesh, Seychelles, Mesir, Bahrain, Thailand, Libya, Aljazair, Sri Lanka, Yordania, dan India. Tak hanya itu, festival ini juga menampilkan seni budaya dari berbagai kota dan kabupaten di Indonesia, menjadikannya panggung kolaborasi budaya dunia di Kota Bandung. (M1)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.