METRUM
Jelajah Komunitas

Wayang Kulit Banjar Makin Dilupakan

KESENIAN wayang kulit di Indonesia bisa kita temui di Jakarta, Bekasi, Cirebon, Indramayu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Lombok. Tapi jangan salah, ternyata wayang kulit juga bisa kita temui di Kalimantan Selatan yang disebut Wayang Kulit Banjar.

Sejarah

Di Kalimantan Selatan, wayang kulit Banjar diperkirakan mulai dikenal antara abad 13 atau 14, tepatnya di Kerajaan Nagara Dipa, Amuntai (Hulu Sungai Utara). Dalam buku Urang Banjar dan Kebudayaannya (2005), disebutkan bahwa wayang Banjar berinduk pada wayang Purwa di Jawa.

Mengenai tokoh awal yang mengembangkan wayang Banjar belum diperoleh data dan informasi yang akurat. Namun teater wayang kulit Banjar terus berproses dari zaman kerajaan Negara Dipa ke kerajaan di Negara Daha, hingga terbentuknya kerajaan Islam Banjarmasin.

Bahasa dan Lakon

Dalam pertunjukan wayang kulit Banjar, bahasa yang digunakan adalah bahasa Banjar. Hal tersebut menyiratkan bahwa betapa erat hubungan bahasa Banjar dengan kesenian tradisinya.

Sementara cerita atau lakon dalam pertunjukan seni wayang kulit Banjar dikenal dengan lakon “carang” (bukan cerita pakam (pakem)), tapi, memakai sumber cerita dari Mahabharata. Teknis penyajian dengan lakon carangan adalah penyajian Wayang Kulit Banjar yang berfungsi sebagai tontonan atau pertunjukkan.

Ukuran dan Bahan Wayang

Secara fisik ukuran wayang kulit Banjar lebih kecil dibanding wayang kulit Jawa atau lebih mendekati ukuran wayang kulit Bali. Sedangkan wayang kulit Banjar terbuat dari bahan baku kulit sapi yang dibuat khusus oleh ahli tatah sungging wayang.

Bentuk Pementasan

Penonton wayang kulit di Kalimantan Selatan lebih sering berada di belakang kelir (layar) sehingga yang ditonton adalah bayangan wayang tersebut. Hal ini berbeda dengan wayang kulit Jawa yang langsung ditonton dari atas panggung.

Alat Musik Pengiring

Alat musik pengiring atau gamelan wayang kulit Banjar umumnya terbuat dari besi, berbeda dengan gamelan wayang kulit Jawa yang rata-rata terbuat dari logam perunggu.

Pada tahun 1900, gamelan Banjar mini dengan laras Salendro sudah berkembang. Gamelan ini terdiri dari saron satu, saron dua (sarantam), kenong, dan dawu serta agung kecil dan agung besar. Ditambah kangsim gendang atau babun yang terdiri dari babun besar dan kecil.

Jenis Wayang Kulit Banjar

Pada masyarakat Banjar dikenal beberapa jenis wayang berdasarkan niat dari pementasannya, seperti: Wayang Karasmin yakni untuk hiburan atau keramaian, sedangkan Wayang Tahun biasa dipentaskan setelah selesai panen padi sebagai tanda syukur, dan Wayang Tatamba akan diselenggarakan karena sang dalang telah berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang.

Selain itu, ada pula pertunjukkan wayang Banjar yang berkaitan dengan spiritual yakni Wayang Sampir. Pementasan Wayang Sampir terkait dengan hajatan/nazar. Dalam penyajian wayang upacara ini, dalang bertindak sebagai pemimpin upacara yang memiliki kemampuan dalam mengusir roh-roh jahat yang sering mengganggu ketenteraman manusia.

Seni Tradisi Yang Makin Dilupakan

Sejak tahun 1990-an permintaan pementasan wayang mulai turun secara drastis, dan pembuatan wayang pun juga terhenti, termasuk sepinya permintaan pementasan. Hal ini terjadi karena generasi muda saat ini lebih tertarik serta menyukai hiburan yang berbau modern, dibandingkan mempelajari seni wayang kulit Banjar ini.

Salah seorang seniman muda asal Banua dan pendiri kelompok penggerak seni asal Banua, Novyandi Saputra, menyebutkan bahwa wayang kulit Banjar, hendaknya jangan dipandang sekadar media hiburan, karena seni wayang ini memiliki demensional yang adiluhung sebagai tontonan. Selain itu, wayang kulit Banjar, juga berfungsi menjadi tuntunan agar tercipta tatanan yang baik untuk kehidupan penontonnya.

Pertunjukan Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan)

Kenali budaya bangsa dan banggalah akan keragamannya. Jika generasi muda tak lagi mengenal budaya bangsanya, maka semua ini akan punah dan hilang ditelan bumi. Hingga satu saat kita bisa menjadi Bangsa yang tak mengenal asal usul budaya leluhurnya.(Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.