METRUM
Jelajah Komunitas

Apa Sebenarnya Penyakit Schizophrenia?

COBA untuk sesaat bayangkan Anda menjalani hari seperti biasa hidup tampak normal, Anda merasa nyaman. Namun seketika ruangan di sekitar Anda mulai menggelap. Anda mulai mendengar suara-suara asing dan dunia sekitar tidak terlihat normal lagi. Bagai mana kira-kira reaksi Anda?

Takut tentunya. Sekarang bayangkan hal yang sama terjadi setiap hari sepanjang hidupmu. Itulah realita bagi sebagian orang yang menderita Schizophrenia. Apa sebenarnya penyakit ini, apa yang menyebabkannya, dan adakah cara untuk menyembuhkannya? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut mari kita cermati.

Untuk banyak orang ketika mendengar istilah Schizophrenia mungkin mereka akan langsung membayangkan karakter fiksi seperti “The Joker” yang bersifat jahat dan berbahaya bagi orang sekitar. Stima negatif ini tidak menggambarkan schizophrenia secara menyeluruh dan tidak akurat sama sekali. Setiap penderita schizophrenia dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Secara sederhana, gejala-gejala ini dapat dibagi menjadi 3, yaitu gejala positif, negatif, dan kognitif.

1. Gejala Positif

Terjadinya perubahan pada tingkah laku dan pikiran seperti berhalusinasi. Yaitu melihat, mendengar atau bahkan mencicipi sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

2. Gejala Negatif

Timbulnya sikap apatis terhadap lingkungan sekitar, merasa hampa dan tidak termotivasi melakukan apapun.

3. Gejala Kognitif

Gejala ini sulit dilihat, pada umumnya gejala ini menimbulkan kesulitan untuk menjalani kegiatan sehari-hari. Contoh yang paling sering terjadi adalah kesulitan berkonsentrasi.

Seseorang dapat dikatakan menderita Schizophrenia apabila dirinya mengalami gejala-gejala tersebut dan apabila gejalanya memiliki dampak yang signifikan terhadap kegiatan sehari-hari.

Schizophrenia menyerang sekitar lebih dari 23 juta orang di dunia, sementara di Indonesia penderita Schizophrenia mencapai sekitar 400 ribu orang. Dan kebanyakna dari mereka justru dikucilkan alih-alih diberi pengobatan dan perawatan.

Sama seperti penyakit kejiwaan lainnya, penyebab dari Schizophrenia belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita Schizophrenia. Yaitu keturunan, komplikasi saat kelahiran, dan cedera otak.

Selebihnya, bagi orang-orang yang beresiko tinggi tersebut terdapat beberapa hal yang dapat membuat gejala mereka kambuh. Seperti stres dan penggunaan narkoba. Karena kurangnya pemahaman masyarakat, penderita schizophrenia seringkali dikucilkan atau diberikan perawatan bersifat non-saintifik yang dapat memperparah situasi.

Yang justru diperlukan oleh penderita schizophrenia adalah pemeriksaan seorang spesialis kedokteran jiwa atau psikiater dan tentunya obat-obatan khusus yang dapat menekan gejala-gejala mereka. Kenyataan pahitnya adalah Schizophrenia tidak memiliki dukungan sebesar penyakit lain. Seperti kanker atau HIV. Tidak banyak orang membicarakan schizophrenia. Oleh karena itu, orang yang memahami dan memberi dukungan bagi penderita schizophrenia sangat sedikit.

Menjalani hidup sebagai seorang penderita Schizophrenia adalah menjalani hidup yang penuh kesepian, tetapi Anda mampu merubah hal tersebut. Mulai dengan berhenti mengecap penderita Schizophrenia sebagai “orang gila”, stigma tersebut hanya akan membuat penderita Schizophrenia semakin menghindari perawatan yang diperlukannya dan membuatnya semakin dikucilkan oleh lingkungan sekitar.

Selanjutnya pahami Schizophrenia lebih dalam, seringkali yang kita takuti adalah hal yang tidak kita pahami. Hal ini terbukti dengan begitu banyak penderita schizophrenia di Indonesia yang terlantar atau dipasung. Semakin banyak orang memahami schizophrenia semakin banyak pula penderita schizophrenia yang tertolong dan mendapatkan perawatan yang diperlukannya.

Apabila Anda atau orang yang Anda kenal menderita Schizophrenia, Anda bisa mengacu pada situs di bawah ini untuk menghubungi beberapa komunitas peduli schizophrenia.

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.