Skizofrenia dan Isu Bunuh Diri
METRUM Radio bersama Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Jawa Barat dan Rumah Atma Wimala mengadakan Talkshow yang bertemakan “Isu Bunuh Diri”. Bincang-bincang kesehatan jiwa yang berlangsung pada Sabtu, 13 April 2019, mulai pukul 14.00 – 16.00 WIB ini menghadirkan narasumber Dr. Anna Amaliana Sp.KJ. (Psikiater RSUD Kota Cimahi) dan dipandu host Mumu Mujahiddin.
Talkshow membicarakan tentang penyakit mental yaitu Skizofrenia. Apa itu Skizofrenia? Skizofrenia adalah penyakit gangguan mental dimana kondisi penderitanya susah membedakan antara realita dengan imajinasinya. Dengan imajinasinya, penderita mengeluarkan ekspresi yang bahkan tidak didasari dengan kejadian, bisa berupa kecemasan bahkan kegembiraan.
Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia.
Ciri-ciri sesorang terkena skizofrenia di antaranya adalah sering tertawa tanpa sebab, berimajinasi, mendengarkan bisikan-bisikan yang ada dipikirannya, dan juga disfungsi sosial –tidak mau bersosialisasi dengan orang lain atau menarik diri dan ingin menyendiri terus–.
Berdasarkan data WHO (The World Health Organization), diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Di samping itu, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan. Gangguan kejiwaan diperkirakan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) akan menempati urutan ke-2 di dunia pada tahun 2020 sebagai penyakit pemicu kematian, menyisihkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas.
Padahal, menurut Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Gema Gumelar, skizofrenia dapat disembuhkan dengan bantuan dan dukungan penuh keluarga, dan rajin menemui psikiater. Tak hanya itu, peran dari sebuah komunitas juga sangat dibutuhkan agar penderita dapat termotivasi untuk aktif di lingkungannya. (Muhammad Adam)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.