METRUM
Jelajah Komunitas

Bersepeda Antarkota Dalam Momentum “Ride For Palestine” Serentak se-Indonesia

TRAGEDI kemanusiaan yang terjadi di Gaza, pada akhirnya telah membuka mata dunia bahwa itu bukanlah sebuah konflik peperangan, tapi lebih dari itu, sejak dulu pada dasarnya bangsa Israel telah melakukan penjajahan,  genosida, pemusnahan etnis dan sepenuhnya ingin menguasai negara Palestina.

DI negara kita, berbagai kalangan dan lapisan masyarakat termasuk publik pesepeda salah-satunya adalah komunitas pesepeda gerakan Bike to Work (B2W) Indonesia menyuarakan kemanusian, dukungan, dan kepedulian terhadap Palestina dengan menginisiasi kegiatan bertajuk “Ride for Palestine” serentak se-Indonesia.

Kegiatan digagas karena terilhami Ride for Palestine (RfP) pegiat sepeda se-Bandung Raya yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, tepatnya pada Sabtu, 28 oktober 2023. Simak di sini (https://metrum.co.id/ride-for-palestine-aksi-solidaritas-pesepeda-se-bandung-raya/ ). Bandung Raya sendiri menjadikan momentum RfP serentak tersebut menjadi kegiatan RfP ke-2.

B2W Indonesia mengajak kepada publik sepeda baik individu, keluarga, atau komunitas khususnya chapter B2W se-Indonesia yang berhati nurani, peduli dan prihatin untuk melakukan aksi damai dan kemanusian RfP, bersepeda, berdonasi, dan berdo’a.

Di hari H, ratusan hingga ribuan publik pesepeda baik individu maupun lintas komunitas di Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Sumedang, Jogjakarta, Banjarmasin, Karawang, Cianjur, Purwakarta, Mojokerto, Magelang dan lain-lain terlibat dalam aksi RfP serentak tersebut.

#Biketokamanawae RfP sendirian

Pada RfP pertama pesepeda Bandung Raya, saya mengikuti dan meliputnya, namun di momentum RfP serentak saya tidak ikut serta, baik yang di Bandung maupun di Purwakarta (PWK) daerah tempat tinggalku sekarang.

Saya lebih memilih melakukan bersepeda RfP sendirian dari PWK ke Subang via Cibatu berjarak kurang lebih 33 kilometer yang memang sudah diniatkan sejak awal, selain ingin menemui salah satu alumni teman kerja dulu, sekaligus mewujudkan impian lama saya sejak tahun 2015 berkesempatan bersepeda melintasi jalur tersebut.  

Dengan menggunakan sepeda kebanggann federal street cat “Si eFSe”, atribut jersey “Save Palestina” produksi Nots Bike serta Bendera Merah Putih dan Palestina, saya berangkat pagi dari rumah atau Kedai Syahdu teman perempuan pesepeda di daerah Ciseureuh. Masih di seputaran daerah tersebut saya berhenti untuk sarapan.

RfP sendirian (Foto: Yadi Riyadi/FBI).*

Sebelumnya, di awal perjalanan tak lupa saya berdo’a, selain untuk keselamatan selama perjalanan bersepeda, juga untuk Palestina.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan melalui Campaka dan Cibatu, diiringi cuaca yang cukup bersahabat, tidak panas dan tidak hujan. Jalur yang dilalui di ketiga wilayah tersebut relatif datar, nyaris tak ada variasi jalan menanjak atau menurun, kecuali saat di perbatasan antara Cibatu, Purwakarta dengan Cipeundeuy, Subang.

Perjalanan saya cenderung pelan dan banyak berhenti baik untuk sekedar minum atau menurunkan rasa sesak akibat asam lambung naik. Kondisi tersebut tak menyurutkan saya untuk berhenti dan tetap melanjutkan perjalanan meski dipastikan akan berlangsung lama.

Memasuki Kalijati, Subang, semangat perjalanan tetap membara dan menyenangkan meski dihadapkan pada jalan yang lebih bervariasi, datar memanjang yang kanan kirinya dihiasi hutan karet, menurun dan menanjak, serta berkelok-kelok. Dari sini, tidak terlalu banyak berhenti seiring rasa sakit asam lambungku mulai mereda.

Di depan alun-alun Kalijati ada serombongan majelis yang dominan remaja putri, ibu-ibu, dan anak-anak tengah melakukan aksi donasi untuk Palestina, sejenak saya menyempatkan berinteraksi dengan salah satu relawannya.

Memasuki Dawuan, Subang, jalan kembali dominan datar memanjang hingga mendekati perbatasan dengan Kota Subang yang disuguhi turunan dan tanjakan.

Perjalanan terhenti di turunan Lebak Siuh, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, karena teman yang saya tuju berada di daerah tersebut, di sebuah komplek perumahan yang tepat dipinggir jalan.

Usai istirahat dan berbincang-bincang. Sorenya, saya diajak berkeliling di Kota Subang menggunakan motor mengunjungi beberapa lapak usaha teman saya tersebut.  Saya bermalam di kantor pemasaran tempat teman saya bekerja diiring hujan besar dan suara petir yang menggelegar.

Balik Purwakarta

Keesokan paginya, dalam cuaca yang redup nan sendu berbalut rinai hujan sisa semalam, saya kembali melakukan perjalanan bersepeda pulang dari Subang ke Purwakarta melalui rute atau jalur yang sama. Dari sini, setidaknya beberapa kali sempat di elu-elukan terutama oleh anak-anak SD dengan berteriak “Palestine” atau “free Palestine”

Di tengah perjalanan saya berkesempatan mengunjungi Islamic Center Kalijati yang terkenal dengan konsep bangunan masjidnya seperti Ka’bah. Selain itu saya melaksanakan salat Dhuha dan berdo’a untuk diri sendiri dan tentu saja untuk Palestina.  

Kali ini asam lambung nyaris tidak terasa sehingga tidak banyak berhenti lama, hanya sekedar menarik napas atau turun minum. Seperti waktu berangkat, perjalanan balik cukup lancar dan tidak terkendala kemacetan berarti.

Cuaca syahdu tak berubah hingga saya tiba Cibatu, di sini saya beristirahat cukup lama untuk makan. Sayangnya, ketika melanjutkan perjalanan asam lambung kembali terasa karena pengaruh makanan sehingga kembali banyak behenti lama, perjalanan pun terasa berat.

Kendati demikian, saya akhirnya tetap sampai di tempat semula berangkat untuk istirahat panjang dan kembali menitipkan sepeda hingga kemudian pulang ke rumah menggunakan ojek online.

Hayu #biketokamanawae minimal untuk jarak yang pendek, tetap bersepeda dengan bijak, tertib, dan beretika, karena bersepeda itu baik. Salam boseh dan go green! (Cucu Hambali, Bersepeda itu Baik)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.