Budaya dan Komunikasi Damai Jadi Bekal Anak Muda Menciptakan Pemberdayaan Diri dalam Keseharian
KOTA BANDUNG (METRUM) – Episode perdana musim mini 1 “Balad Ngawitan” disiarkan di Metrum Radio pada Minggu, 5 November 2023. Episode kali ini dipandu Host Rhaka Katresna (Balad Kawit Seja), dengan narasumber Kay (Aktivis Perdamaian), Tanu (AKUR Sunda Wiwitan), serta Indah dan Fadjr (Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Hima SAA UIN Bandung). Episode menarik bertajuk “Anak Muda Bicara Tentang Budaya dan Komunikasi Damai dalam Keseharian” dimulai pukul 15.00 WIB dan berakhir sekitar pukul setengah 5 sore.
Program acara Radio dan Podcast Balad Ngawitan mengundang masyarakat umum untuk mengapresiasi ragam praktik budaya dan komunikasi dalam perubahan pribadi dan masyarakat. Acara ini dikelola oleh Balad Kawit Seja dan didukung oleh Metrum Radio, Youth Interfaith Peacemaker Community (YIPC Indonesia), Himpunan Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (HMJ SAA UIN Bandung), Rumah Damai Pati, Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Asian Community Trust, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina.
Di awal episode ini, para narasumber sepakat soal moderasi beragama adalah salah satu wujud dari dari damai di lingkungan mereka. “Moderasi beragama adalah tidak condong ke kiri, tidak condong ke kanan, tidak memihak pihak manapun dan juga menerima perbedaan agama satu sama lain, khususnya di dalam Studi Agama-agama merupakan sebuah ajaran agama yang mengkaji agama lain dan khususnya mempelajari toleransi beragama,” ucap Fadjr dari HMJ SAA UIN SGD Bandung.
Berkaitan dengan budaya damai atau moderasi beragama, Indah dari HMJ SAA UIN SGD Bandung mengatakan, “Menurut aku sih dari budaya damai itu sendiri bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dan budaya damai itu bukan hanya produk jadi atau kondisi jadi, jadi perlu proses seperti kita memerlukan faktor dan aktor nah dalam sehari-hari kita menciptakan budaya damai itu harus didasarkan oleh faktor kebiasaan dan tinggal dilingkungan seperti apa, damai sendiri harus damai dari pribadi diri sendiri untuk ke orang lain.”
Hal senada disampaikan oleh Tanu mengenai budaya damai berdasarkan prinsip AKUR Sunda Wiwitan yang dikenal Penghayat Kepercayaan. “Orang Sunda patut bersyukur karena kebudayaan Sunda telah eksis dan telah hadir di dalam budaya damai itu sendiri bahkan kita tinggal mengimplementasikannya saja karena fasilitas komunikasi damai sudah ada, contohnya adalah pitutur silih asah silih asih silih asuh yang artinya saling mengasihi, saling memelihara, dan saling melindungi. Pada dasarnya Akur itu sendiri berbicara mengenai kemanusiaan dan sering kali kita disebut dengan agama gawe, karena agama kita berfokus pada implementasi atas perintah Tuhan,” jelasnya.
Rhaka menyimpulkan bahwa AKUR Sunda Wiwitan telah mengenal keberlanjutan atau sustainability yang dipromosikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa dengan istilah 17 SDG (Sustainable Development Goal, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).
Mengenai hubungan dengan isu agama, mengenai fenomena dalam masyarakat yang merasa asing terhadap orang yang identitasnya berbeda, Indah dari HMJ SAA UIN SGD mengatakan, “Kalau dalam Islam sendiri balik ke refleksi diri yang namanya muhasabah seperti evaluasi diri, jadi bukan kita saja yang hidup bahkan bukan agama Islam saja yang ada di dunia ini,” ujar Indah.
Di sesi berikutnya, Kay menuturkan bahwa komunikasi damai itu bukan semata-mata asal bicara, terkadang perlu memperhatikan situasi kondisi waktu dan lawan bicara kita siapa. “Hal tersebut yang harus anak muda perlu perhatikan, agar tidak memperburuk keadaan dalam komunikasi,” ujar aktivis perdamaian yang juga Mahasiswi KPI Unisba ini.
Fadjr ikut menambahkan, bahwa komunikasi damai bisa dibangun dengan cara ngopi bareng dan tegur sapa. “Itu salah-satu cara komunikasi yang baik. Kita akan saling mengenal, maka tidak ada kecurigaan satu sama lain,” ucapnya.
Oleh karena itu, host Rhaka menyimpulkan komunikasi damai bisa mengatasi prasangka.
Program acara radio dan podcast Balad Ngawitan membuka wawasan Metronom untuk mempraktikkan budaya dan komunikasi dalam hidup sehari-hari. Di penutup talkshow, host menyampaikan agenda Pelatihan Menciptakan Budaya Damai Bagian 1 : Pemberdayaan Diri yang akan diselenggarakan oleh Balad Kawit Seja pada 24 November – 15 Desember 2023 setiap hari Jum’at di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Untuk bisa ikut dalam acara ini, Nonoman Metrum bisa mendaftar ke tautan https://s.id/ccpbandung2023.
Program acara radio dan podcast Balad Ngawitan Musim Mini 1 terdiri dari 2 episode. Metronom bisa mendengarkan siaran on air Episode 2 berjudul “Pentingnya Mediasi dalam Menangani Konflik KBB” di Metrum Radio pada Minggu, 12 November 2023 pukul 15.00 WIB. (Deskha Noor Alif/Balad Kawit Seja)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.