METRUM
Jelajah Komunitas

Jalur Cibatu-Garut-Cikajang: Rel dan Stasiun Akan Dibangun Baru

Wacana Reaktivasi Jalur Kereta Api di Jawa Barat

TIGA puluh tahun tak aktif, kondisi rel dan stasiun kereta api jalur Cibatu hingga Garut rusak berat. Rangka rel tak lagi kokoh, begitu pula dengan bangunan stasiun. Dengan demikian, reaktivasi jalur KA tersebut akan dilakukan dengan membangun kembali rel dan stasiun.

”PR” bersama PT Kereta Api Indonesia me­nelusuri kondisi jalur KA Cibatu-Garut, Rabu (26/9/2018). Penelusuran dimulai dari Stasiun Cibatu. Stasiun itu kini dalam kondisi baik dan aktif menjadi persinggahan kereta api dari dan ke Bandung. Kondisi rel di stasiun pun masih baik.

Namun, kondisi berbeda terjadi pada rel dan stasiun setelah Stasiun Cibatu. Tiga dasawarasa tak digunakan, rel dalam kondisi rusak, seperti rel di atas Jembatan Cikoang, Kampung Margaluyu, Desa Wanakerta, Kecamatan Cibatu.

Meski rangka rel masih ada, saat ”PR” mencoba melewati, rel tak kokoh. Di samping itu, rangka rel pun terputus di beberapa bagian. Sementara itu, sebelum jem­batan, rangka rel sudah tak lagi terlihat karena tertimbun tanah. Di sekitar rel juga kini terba­ngun sejumlah rumah. Namun, tak sepadat permukiman di samping rel di perkotaan Garut.

Penelusuran dilanjutkan ke perbatasan Desa Sukahaji dan Sukasono, masih di Kecamatan Cibatu. Di lokasi itu terdapat bangunan yang dulunya merupakan Stasiun Pasirjengkol. Jejak stasiun masih ditemui dari tulisan ”Pasir Jengkol” di kanan atas bangunan.

Tanpa tulisan itu dipastikan tak ada yang tahu bangunan itu dulunya merupakan stasiun kereta. Hal itu karena kondisi bangunan sudah rusak berat. Lapisan dinding sudah lepas sehingga dapat ­dilihat batu bata penyusun ba­ngunan. Genteng bangunan pun sudah rusak. Parahnya lagi, pintu stasiun sudah tak ada ka­rena tertutup susunan batu bata.

Stasiun lain yang kondisinya juga sudah rusak yaitu Stasiun Wanaraja di Kecamatan Wanaraja. Pintu keluar masuk penumpang pun sudah tak ada lagi di stasiun itu karena ditutupi tumpukan batu bata. Dinding terkelupas menandakan stasiun itu sudah usang. Kondisi yang lebih baik tampak pada Stasiun Garut di Keca­ma­t­an Garut Kota. Bangunannya masih kokoh meski sudah berubah fungsi menjadi sekretariat sebuah organi­sasi masyarakat. Rel di belakang stasiun sudah tak lagi tampak karena kini di atasnya terda­pat pasar. Beberapa rumah warga juga terbangun, meski jumlahnya tak terlalu banyak.

Tarif murah

Melihat kondisi rel dan stasiun yang sudah rusak, Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro menilai reaktivasi Jalur Cibatu-Garut perlu dilakukan dengan membangun rel dan stasiun baru. Memperbaiki rel dan stasiun yang rusak dianggap kurang tepat.

”Kami lihat di beberapa titik, rel sudah tidak ada. Makanya harus mela­ku­kan desain de­ngan teliti, kayaknya sih harus dibuat baru,” kata Edi saat di Kecamatan Cibatu, Rabu (26/9/2018).

Dengan peninjauan ini, PT KAI kemudian akan memutuskan apakah reaktivasi rel bisa dilakukan langsung dari Kecamatan Cibatu lalu Kecamatan Garut Kota hingga Kecamatan Cikajang, atau didahulukan dari Kecamatan Cibatu hingga Kecamatan Garut Kota terlebih dulu.

Reaktivasi jalur KA di empat daerah diharapkan dapat memperlancar mobilitas manusia dan barang. Dengan kereta api, waktu yang dihabiskan bisa lebih cepat daripada melalui jalan raya. Dengan demikian, hasil pertanian dan ke­rajinan tangan dari Garut bisa lebih mudah diangkut ke Bandung dan Jakarta.

Edi memperkirakan, tarif KA dari Garut hingga Jakarta relatif murah, sekitar Rp 26.000 untuk kelas ekonomi. (Rani Ummi Fadila/”PR”, 01/10/2018)***

komentar

Tinggalkan Balasan