METRUM
Jelajah Komunitas

Kenali Seni Wayang Lumping Indramayu

BAGI peminat wayang kulit sajian wayang kulit Dermayon atau Indramayu, tidak kalah menariknya dengan pertunjukan wayang kulit dari daerah lainnya di pulau Jawa. Hal ini dikarenakan kita akan mendapati pertunjukan yang menarik dan menghibur dengan ciri khas Pesisir Pantai Utara, Jawa Barat.

Sejarah

Sejarah tentang wayang kulit di daerah Indramayu, Jawa Barat, tak terlalu berbeda dengan sejarah wayang kulit di daerah Cirebon, sudah ada sekitar tahun 1400-an, hanya saja terdapatnya pengakuan bahwa wayang adalah sebagai media dakwah oleh Wali Sunan Kalijaga atas perintah Sunan Gunung Jati yang lebih sering didengungkan.

Perbedaan wayang kulit Indramayu dengan wayang lain di pulau Jawa adalah terletak pada perbedaan bahasa yang dipergunakan. Penggunaan bahasa ibu (setempat) menjadi khas pula di dalam berbagai tuturannya, baik lakon maupun sempal guyonnya. Bahasa daerah Indramayu menjadi bahasa sosial dan sangat komunikatif dalam sebuah pertunjukan wayang kulit.

Disebut Juga Wayang Lumping

Wayang kulit oleh sebagian masyarakat Indramayu disebut juga wayang lumping, kemungkinan istilah ini lahir karena wayang ini terbuat dari kulit binatang yang disamak, kemudian dikeringkan. Fungsinya, selain untuk bahan utama wayang kulit, bisa juga digunakan untuk kendang atau bedug.

Lakon

Adapun ceritanya, tak jauh pula bedanya. wayang kulit Indramayu sama juga masih menggunakan dua cerita Ramayana dan Mahabharata. Tetapi, munculnya cerita karangan oleh para dalang di daerah Indramayu memiliki daya tarik tersendiri. Dewasa ini pertunjukan wayang kulit Indramayu ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti: Ruwatan bersih desa, ngunjung, sunatan dan pernikahan.

Memiliki 9 Punakawan

Dalam wayang kulit Indramayu ada tambahan tokoh panakawan yang berjumlah sembilan, sebagai manifestasi dari wali sanga di tatar Pulau Jawa. Sembilan punakawan adalah: Semar sebagai orangtua dengan anak-anaknya Bagong, Gareng, Cungkring, Curis, Bagal Buntung, Bitarota, Ceblok, Abdul Wala. Karakter punakawan ini sebenarnya tidak ada dalam versi asli mitologi Hindu epik Mahabarata dari India. Punakawan adalah modifikasi atas sistem penyebaran ajaran-ajaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga dalam sejarah penyebarannya di Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Musik Pengiring

Musik pengiring tak jauh berbeda dengan umumnya gamelan pengiring pertunjukan wayang kulit, yakni gamelan dengan laras pelog salendro. Namun dalam pertunjukan wayang kulit Indramayu ditambah dengan Kemanak dan Bedug yang cukup dominan dibunyikan, untuk efek adegan-adegan tertentu dalam pertunjukan wayang ini. Kemanak adalah instrumen yang berbentuk seperti sendok. Sendok yang terbuat dari kuningan. Bentuknya simple, enteng, dan mudah dibunyikan. Cara membunyikannya dengan saling mengetukkan/saling dipukulkan.

Fungsi

Salah satu fungsi wayang dalam masyarakat Indramayu adalah untuk ritual ngaruat (ruwatan) yaitu untuk membersihkan dari musibah (marabahaya). Beberapa orang yang biasanya akan mengikuti ritual ruwatan (sukerta), antara lain: Wunggal (anak tunggal), Nanggung Bugang (seorang adik yang kakaknya meninggal dunia), Suramba (empat orang putra), Surambi (empat orang putri), Pandawa (lima putra), Pandawi (lima putri), Talaga Tanggal Kausak (seorang putra dihapit putri), dan Samudra Hapit Sindang (seorang putri dihapit dua orang putra), dan sebagainya. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.