KPSI Simpul Jabar, Komunitas Peduli Kesehatan Jiwa
“Tiada Kesehatan Tanpa Kesehatan Jiwa (There is No Health without Mental Health)”
SKIZOFRENIA adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.
Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Psikosis hanya salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, di antaranya skizofrenia.
Ciri-ciri sesorang terkena skizofrenia di antaranya, sering tertawa tanpa sebab, berimajinasi, mendengarkan bisikan-bisikan yang ada dipikirannya, dan juga disfungsi sosial, tidak mau bersosialisasi dengan orang lain atau menarik diri dan ingin menyendiri terus.
Berdasarkan data WHO, diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita skizofrenia juga berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian di usia muda. Di samping itu, setengah penderita skizofrenia diketahui juga menderita gangguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.
Melansir Liputan6.com, Rabu 16 Des 2015, sebanyak 72.000 penduduk di Jawa Barat terganggu kejiwaannya. Jumlah itu merupakan 18 persen dari 45 juta penduduk keseluruhan yang ada. Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKI), Teddy Hidayat, sebagian dari 72.000 penduduk yang terganggu jiwanya itu tidak diobati.
“Tetapi yang paling banyak adalah tidak terdeteksi, tidak diobati, menjadi kronis, terlantar, dipasung, menggelandang di diskotik,” ujar Teddy.
Gangguan kejiwaan diperkirakan oleh organisasi kesehatan dunia, WHO, akan menempati urutan kedua dunia pada tahun 2020 sebagai penyakit pemicu kematian, menyisihkan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas.
Padahal, menurut Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Gema Gumelar, skizofrenia dapat disembuhkan dengan bantuan dan dukungan penuh keluarga, dan rajin menemui psikiater. Tak hanya itu, peran dari sebuah komunitas juga sangat dibutuhkan agar penderita dapat termotivasi untuk aktif di lingkungannya.

Gema menambahkan, seluruh masyarakat harus sadar dan paham terhadap kesehatan jiwa penderita skizofrenia. Menurutnya, penderita skizofrenia harus dirangkul bukan dijauhi masyarakat. Kalau menemukan penderita Skizofrenia di jalanan segera lapor Dinas Sosial untuk dijemput ke tempat rehabilitasi.
Oleh karena itu, penanganan kesehatan jiwa harus diupayakan oleh berbagai pihak, dan bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja. Dalam arti, pentingnya hadir peran komunitas atau organisasi non pemerintah berbasis konsumen dalam penyelesaian masalah tentang kesehatan jiwa.
Apa itu Komunitas atau Organisasi Non Pemerintah?
Menurut Departemen Kesehatan R.I, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Tahun 2005, Komunitas atau Organisasi non Pemerintah dan LSM memainkan peranan penting dalam:
- Meningkatka status kesehatan jiwa masyarakat di Indonesia.
- Mampu menjangkau kelompoknya dengan kebutuhan khusus antara lain kelompok remaja, agama, wanita, profesi, dan kelompok lainnya yang biasanya sulit terjangkau oleh pemerintah.
Kegiatannya sendiri meliputi pemberdayaan masyarakat berupa Penyuluhan/psikoedukasi, Pelatihan, Pemberian dukungan, dan Konseling. Kemudian komponen yang terlibat adalah Anggota Komunitas/Masyarakat, Penyedia Layanan Kesehatan, dan Organisasi Komunitas
Apa yang dimaksud komunitas keswa?
Komunitas keswa (kesehatan jiwa) adalah wadah bagi Keluarga/Caregivers, ODMK (Orang dengan masalah kejiwaan), ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa), dan masyarakat yang peduli kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa adalah tentang bagaimana kita berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan kita sehari-hari serta memutuskan bagaimana kita mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain dan membuat pilihan. Oleh karena itu, seperti kesehatan fisik, kesehatan jiwa juga sangat penting bagi kita.
Kesehatan jiwa merupakan komponen integral dan penting dari kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan jiwa adalah keadaan ketika setiap individu menyadari potensinya, dapat mengatasi stres yang normal dalam kehidupan sehari-hari, dapat bekerja dengan produktif dan bermanfaat, serta mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Bahkan Direktur Jendral WHO yang pertama, Dr Brock Chisholm, mengatakan “Tanpa kesehatan jiwa, tidak ada kesehatan fisik.”
Apa itu KPSI?
KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) adalah komunitas/organisasi konsumen berbasis dukungan sosial. Fokus KPSI diarahkan kepada upaya Promotif-Preventif, Rehabilitatif-Resiliensi, Advokasi dan Dukungan Sebaya kepada Orang Dengan Skizofrenia (ODS), Orang Dengan Masalah/ Gangguan Kejiwaan (ODMK/ ODGJ) lainnya, Orang Dengan Skizofrenia (ODS), Orang Dengan Masalah/ Gangguan Kejiwaan (ODMK/ ODGJ) lainnya, dan Masyarakat yang peduli dengan isu kesehatan jiwa,

KPSI merupakan komunitas yang memiliki Independensi, tidak terikat dengan pihak manapun. Artinya keberadaannya mandiri. tidak mengusung kepentingan pihak tertentu atau organisasi tertentu.

Kegiatan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) adalah murni kegiatan sosial kemanusiaan yang berbentuk Yayasan dengan nama Yayasan Peduli Skizofrenia Indonesia. Dilarang mencampurkan bisnis pribadi atau kelompok yang bertentangan dengan visi misi KPSI. Komunitas ini juga tidak berafiliasi dengan kepentingan politik atau partai politik manapun.
Nilai-Nilai Dasar KPSI
Untuk menjalankan komunitasnya, KPSI memiliki nilai-nilai dasar sebagai panduan dalam menjalankan aktivitas organisasi, yaitu: Kreatif (K),
Memiliki daya cipta dan ide otentik dalam meningkatkan derajat kesehatan jiwa; Peduli (P), Memperhatikan kebutuhan pemulihan optimal para ODS maupun ODMK/ ODGJ lainnya; Sinergi (S), Mengintegrasikan berbagai elemen dalam penyelesaian masalah kesehatan jiwa; Inklusif (I), Organisasi yang terbuka terhadap seluruh ODMK maupun ODGJ lainnya
Program-Program Kegiatan KPSI
KPSI membuat Ranger Keswa (kesehatan jiwa) Simpul Jawa Barat untuk merealisasikan program Visitasi & Penjangkauan. Programnya adalah menjangkau rekan-rekan yang membutuhkan pertolongan psikologis dan mental dengan kondisi akses pelayanan kesehatan jiwa yang cukup jauh dan memberikan pendampingan bagi ODGJ yang sudah mulai pulih (rawat jalan), seperti perbaikan dalam keterampilan psikososial, serta psikoedukasi bagi keluarga ODGJ dan masyarakat yang mengalami dampak langsung.

Selain itu, kegiatannya adalah Realisasi Penjangkauan & Visitasi Berorientasi Bebas Pasung, Pembagian Sembako, Alat Bantu Kesehatan, dan Sponsorship.
Pada tahun 2017, KPSI sukses menyelenggarakan Festival Atma Wimala sebagai Realisasi dari program Aksi Promosi & Prevensi. Acara ini merupakan Festival Tahunan Kesehatan Jiwa Pertama di Indonesia.
Sebagai upaya preventif dan promotif terhadap isu kesehatan jiwa, KPSI Simpul Jawa Barat mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak bersama menghapus stigma terhadap Orang Dengan Skizofrenia (ODS), mengedukasi dan mengenalkan isu-isu kesehatan jiwa, serta berkolaborasi untuk Indonesia peduli kesehatan jiwa melalui Atma Wimala Fest 2017.

Kegiatan rutin KPSI Simpul Jabar berdiskusi, sharing dan brainstorming.*
Selain itu, KPSI juga menyelenggarakan Layanan Konseling, Layanan Krisis Psikologis 24jam, Kelompok Swa-Bantu, Konselor Sebaya, Kelas Kreasi KPSI, Kelas Rangga Atma, Kelas Olahraga & Relaksasi, dan Family Building Outbound.
Lebih jauh, komunitas ini juga membuat acara KPSI RIRIUNGAN. Kegiatannya di antaranya adalah Seminar Awam Kesehatan Jiwa, Psikoedukasi, Nonton Bareng, Family Gathering, Ekskursi/ Piknik, Penyuluhan/ Edukasi Keswa dan Kegiatan Psikoedukasi atau pendidikan mengenai kesehatan jiwa untuk masyarakat umum.
Permasalahan Konsumen Kesehatan Jiwa
Melihat kenyataan sebagian besar ODS menganggur, butuh sarana sosialisasi, kegiatan, dan pekerjaan yang dapat menghasilkan uang, KPSI juga mengadakan kegiatan pemberdayaan berupa keterampilan dan kreativitas para ODS, akan tetapi kegiatan ini cukup menyedot biaya,
Hanya saja, dalam pelaksanaannya, banyak sekali kendala yang dihadapi. Meskipun kegiatan tersebut gratis, namun partisipasi ODS relatif sangat rendah. Mungkin karena gejala yang dialami maupun karena kendala lain seperti ongkos transportasi dari rumah ke sekretariat, dan juga ketiadaan atau kurang konsistennya caregiver mengantar ODS,

Dalam tahapan berikutnya ketika masalah pendanaan kegiatan sangat minim, KPSI Simpul Jawa Barat memutuskan kegiatan pemberdayaan dan kreativitas hanya diselenggarakan secara insidental saja. Mengandalkan relawan dan dengan biaya seefisien mungkin,
Demikian juga dengan upaya berjejaring dengan pihak pemerintah yang cukup melelahkan. Oleh karena itu, dibutuhkan SDM di organisasi komunitas yang berdaya dan kredibel di berbagai bidang. Misalnya dalam memahami sistem layanan dan jaminan kes ehatan, hukum dan perundangan, dan lain-lain. Serta membangun database keanggotaan yang sebanyak mungkin. Karena, hingga saat ini, masih sedikit organisasi pendukung di bidang kesehatan jiwa,
Untuk membangun jalur komunikasi dan informasi di antara sesama anggota komunitas, KPSI telah membuat media sosial yang digunakan sebagai alat komunikasi antar anggota dan wadah silaturahmi yang cukup efektif. Hingga saat ini, anggotanya sudah mencapai lebih dari 25.000 orang dari seluruh Indonesia dan telah terbentuk 25 kelompok lokal yang disebut dengan “SIMPUL” di berbagai kota/kabupaten atas inisiatif anggota masyarakat yang terlibat di komunitas.
Hanya saja, secara umum KPSI masih belum memiliki kekuatan dan daya ungkit yang cukup dalam mengakselerasi perubahan kebijakan publik terkait dengan hak konsumen kesehatan jiwa, KPSI masih menjadi objek penderita. Penentu kebijakan, profesi, dan dunia akademik masih merasa paling tahu soal kepentingan konsumen kesehatan jiwa (keswa). Padahal mereka harus paham prinsip Nothing about us, without us.
Sejatinya, semua profesi terkait kesehatan jiwa, saat ini belum ikut serta mendorong tumbuhnya organisasi pendukung konsumen keswa. Padahal, jika hal ini terjadi, bakal memberi daya ungkit yang sangat besar,
Werther effect, pada keluarga yang mengabaikan, ODGJ tak berkeluarga dan juga terhadap penyelesaian tentang kesehatan jiwa secara keseluruhan.
Bagi Anda yang peduli terhadap kesehatan jiwa, dan ingin tahu lebih banyak tentang kesehatan jiwa dapat menghubungi Yayasan Peduli Skizofrenia Indonesia – Simpul Jawa Barat di Klinik Utama Satuan Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Grha Atma Lt. 3, Jln. LLRE. Martadinata No. 11 (diantara RSU Sariningsih & Riau Junction). Informasi lebih jauh dapat menghubungi narahubung Humas KPSI Jawa Barat, Diajeng Ayu Puspitonegari (081214440296) atau dapat mengirimkan surat elektronik ke Info.kpsi.simpulbdg@gmail.com

Sedangkan alamat Yayasan Peduli Skizofrenia Indonesia – Pusat, beralamat di Jl. Limo No. 26 A, RT 005/02, Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur (di belakang Holland Bakery Kampung Melayu), Telpon:+62 21 851 4389, Email: info.kpsi@gmail.com, Website: www.skizofrenia.org.
Hayu para relawan bergabung dengan KPSI! (M1)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.