UMAT manusia telah memusnahkan 60% mamalia, burung, ikan, dan reptil sejak 1970. Demikian diungkapkan para ahli terkemuka dunia yang memperingatkan bahwa pemusnahan satwa liar yang terjadi sekarang merupakan keadaan darurat yang mengancam peradaban.
Dilansir laman The Guardian, Selasa 30 Oktober 2018, perkiraan baru pembantaian satwa liar oleh manusia sejak 1970 itu dibuat dalam laporan besar yang disusun oleh organisasi WWF dan melibatkan 59 ilmuwan dari seluruh dunia.
Hasil penelitian menunjukkan WWF dan puluhan ilmuwan ternama itu menyebutkan bahwa konsumsi makanan dan sumber daya yang meluas dan terus bertambah oleh populasi global telah menghancurkan jaringan dan ekosistem kehidupan, tempat komunitas manusia sangat bergantung pada udara bersih, air, dan yang lainnya.
”Kita saat ini sedang tidur sambil berjalan menuju tepi tebing,” kata Mike Barrett, Direktur Eksekutif Sains dan Konservasi di WWF. ”Jika ada penurunan populasi manusia sebesar 60%, itu setara dengan mengosongkan Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Eropa, Tiongkok, dan Oseania. Itu adalah skala dari apa yang telah kita, umat manusia, lakukan. ”
”Ini jauh lebih dari sekadar kehilangan keajaiban alam, sangat sedih memikirkan hal tersebut,” kata Mike. ”Ini sebenarnya sedang membahayakan masa depan manusia. Alam sudah rusak dan tak lagi memadai untuk ditinggali, padahal ini adalah sistem pendukung kehidupan kita,” ujarnya lagi.
”Kita kehabisan waktu dalam waktu yang cepat,” kata Profesor Johan Rockström, ahli keberlanjutan pembangunan global di Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim di Berlin, Jerman. ”Hanya dengan mengatasi baik ekosistem dan iklim, kita memiliki kesempatan untuk menjaga planet yang stabil untuk masa depan umat manusia di bumi.”
Banyak ilmuwan percaya, dunia telah memulai kepunahan massal keenam. Yang pertama kali disebabkan oleh spesies Homo sapiens. Analisis terbaru lainnya telah mengungkap bahwa manusia telah menghancurkan 83% dari semua mamalia dan separuh tumbuhan sejak awal peradaban. Jika kehancuran akan berakhir sekarang, maka diperlukan 5-7 juta tahun bagi Bumi untuk pulih.(Sumber: Pikiran Rakyat, 7/11/2018)***