Menghadapi Musim Lomba 2025: Tim Inenos-Grenadiers di Persimpangan Jalan Mencari Sponsor Baru dan Talenta Baru
TIM Ineos Grenadier (dahulunya tim Sky) Inggris, pada masa jayanya (2011-2019) adalah tim terkemuka yang merupakan super team, tangguh dan ditakuti di berbagai arena lomba besar sekelas Tour de Fance, Giro d’Italia dan Vuelta a Espana. Namun kini perfomanya menurun drastis tidak bisa memenangi lomba besar, dan sponsor baru sangat diperlukan.
Pada masa keemasannya, arena paling bergengsi Tour de Fance (TdF), tim Sky (skarang Ineos) adalah rajanya. Atlet tim Sky menjadi juara 7 kali melalui Bradley Wiggins (Inggris) 2011, Chris Froome (Inggris), 4 kali (2013, 2015, 2016, 2017), Geraint Thomas I (Inggris) 1 kali (2018) dan ketika Sky bergantin menjadi tim Ineos, Egan Bernal (Kolombia) juara 1 kali (2019).
Setelah era keemasan tim pro divisi 1, Sky/Ineos Grenadier selama 10 tahun, performa tim pro divisi 1 asal Inggris ini mulai memudar sejak 2020 yang memunculkan “super team” baru dengan dana besar yaitu UAE Emirates (atlet andalanya Tadej Pogacar juara TdF 3 kali), Jumbo Visma ( Jonas Vingegaard juara TdF 2 kali) dan Red Bull Bora Hansgrohe (Primoz Roglic juara Vuelta 3 kali).
Memasuki era “super team” baru ini mulai 2020, lambat laun tim Ineos yang dahulunya tim Sky ini semakin sulit bersaing karena tidak ada talenta baru yang mengisi “skuad” tim kebanggaan Inggris ini. Egan Bernal, asal Kolombia menjadi atlet talenta tinggi terakhir tim Ineos yang mampu unjuk gigi menjadi juara Giro d’Italia 2018 Tour de France 2019.
Setelah itu cedera berkepanjangan yang dialami Bernal menyebabkan tim Ineos kehilangan taji dan lambat laun terus menurun meskipun dua atlet andalanya yang pernah menjuarai TdF kini masih berada di tim Ineos Grenadiers yaitu Geraint Thomas dan Egan Bernal.
Semasa tim Sky masih disponsori oleh stasion TV terkemuka Inggris, SKY (2012-2018) masalah dana selalu tersedia cukup untuk membiayai tim keseluruhan membayar gaji alet kualitas diatas rata-rata dan mencari talenta baru berlualitas yang punya kemampuan “spesial” bisa memenangi lomba besar.
Kondisi baik ini berlanjut tahun 2019 ketika perusahaan terkemuka Inenos (Inggris) yang bisnisnya mengelola minyak bumi (Petroleum) menjadi sponsor pengganti Sky hingga kini. Gelar juara TdF 2019 masih dimenangi tim Ineos melalui atlet andalan barunya Egan Bernal (Kolombia). Tapi mulai 2020 hingga kini performa tim Inenos tak mampu lagi bersaing melawan “super team” masa kini UAE Emirates (UAE), Jumbo Visma (Belanda) dan Red Bull Bora Hansgrohe (Jerman).
Memasuki musim baru 2025, tim Ineos Grenadiers semakin memprihatinkan karena rekrutan baru bekualitas belum juga bisa direalisasikan, bahkan talenta muda yang dimiliki tim Ineos, atlet serba Tom Pidcock (Inggris) peraih medali emas Olimpiade Paris 2024 hengkang pindah ke tim lain. Kini tim Ineos hanya mengandalkan talenta muda asal Spanyol, Carlos Rodriguez.
Kondisi ini sangat ironis karena tiga “Super Team”, UAE Emirates, Visma-Lease a bike dan Red Bull Bora Hansgrohe yang mencetak banyak prestasi di tahun 2024 sudah mencanangkan berbagai target lomba terkemuka untuk dimenangi musim 2025 ini. Sementara tim Ineos masih menyuarakan wacana transisi, yaitu mencari sponsor baru, talenta baru , berupaya memenangi lomba dan memimpikan “suatu waktu” bisa memenanggi salah satu “grand tour” lagi (TdF, Giro, Vuelta).
Dengan kekuatan yang belum ada penambahan atlet baru berkualitas untuk 2025 apakah bisa bertahan? John Allert, CEO tim Ineos Grenadiers mengakui tahun lalu (2024) bisa “survived” meski prestasinya anjlok. Namun pertanyaan banyak pihak dan pengamat, berapa lama lagi Ineos bisa be rtahan dengan kondisi seperti ini, tahun 2025 jadi penentu.
“Tim Ineos kini dipersimpangan jalan menghadapi musim 2025, sponsor baru harus ada dengan dana besar untuk mentransfer atlet berkualitas musim 2026 dan atlet potensial baru harus dicari, itu semua perlu dana dari sponsor yang mencintai balap sepeda sehingga bisa mempunyai visi yang sama ingin menjadi juara lagi, “ungkap John Allert.
“Kami punya ambisi dan bernostalgia bisa bersaing untuk puncak podium di arena besar TdF, Giro dan Vuelta, sayangnya ini semua masih sekadar keinginan dan sponsor besar dengan situasi ekonomi Global yang tidak menentu saat ini sulit di cari dan mereka harus yang punya ‘passion’ di olahraga ini,” tegasnya.
Bisnis “Empire” Olahraga
Jim Ratcliffe pemilik Grenadiers yang mempunyai Empire (kerajaan) bisnis olahraga klub legenda sepakbola Inggris, Manchaster United dan tim balap sepeda Ineos Grenadiers (Dulunya Sky) kini dalam tekanan besar karena kedua tim yang dikelolanya itu tengah terpuruk, klub sepakbola Manchaster United kesulitan bersaing di Liga Inggris dan tim sepeda Ineos Grenadiers terpuruk di berbagai lomba bergengsi dunia. Hanya Tom Pidcock atlet sepeda Inggris di tim Ineos yang bisa berprestasi meraih medali emas MTB, Olimpiade Paris 2024. Sayangnya Tom Pidcock justru musim 2025 ini kini hengkang ke tim lain akibat masa depan tim Ineos yang tidak jelas.
“Kita harus bangkit (Manchaster United) di Liga Inggris dan di balap sepeda (Ineos Grenadiers) segera bisa memenangi lomba,” ujar Jim Ratclife pemilik dua klub olahraga terkemuka Inggris yang kini dalam tekanan besar.
Mampukah Grenadiers bangkit di sepakbola (Manchaster United) dan balap sepeda (Ineos Genadiers) musim ini? (M1-BK)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.