Pahlawan Kebersihan Bandung: Mengorbankan Waktu Bersama Keluarga Demi Kota yang Bersih dan Indah
KOTA BANDUNG (METRUM) – Saat fajar mulai menyingsing, Nurlaelasari sudah bersiap dengan sapu di tangan. Perempuan asal Cibeunying ini adalah salah satu petugas kebersihan Kota Bandung yang setiap hari turun ke jalan, memastikan kota tetap bersih dan nyaman.
Selama enam tahun, ia telah mengabdikan diri sebagai penyapu jalan di bawah Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Rutinitasnya dimulai dari lokasi kerja yang telah ditentukan.
Tanpa banyak berbicara, ia langsung mulai menyapu, membersihkan dedaunan kering dan sampah yang berserakan di trotoar.
“Jika banyak daun yang rontok, saya bisa menyapu hingga lima jam,” ujarnya.
Namun, di balik rasa lelah, ada kebanggaan dalam setiap gerakan sapunya.
“Ketika Bandung bersih, saya merasa senang. Hal itu membuat orang betah,” tambahnya dengan senyuman.
Di balik pekerjaan mulia ini, terdapat pengorbanan besar, terutama saat Idulfitri. Tahun ini, ia beruntung mendapatkan libur di hari pertama, tetapi di tahun-tahun sebelumnya, ia pernah harus bertugas di hari yang fitri.
“Ada rasa haru dan sedih. Saat malam takbiran, orang berkumpul dengan keluarga, sementara saya berada di jalan. Namun, alhamdulillah, ada teman-teman yang juga bertugas di sini, jadi kami tetap merasakan kebersamaan,” katanya.
Tidak hanya Nurlaelasari, Haji Sapar, petugas kebersihan dari tim Taktiss, juga memiliki cerita serupa. Selama empat tahun, ia menyapu jalanan dengan sepenuh hati untuk menjaga kebersihan kota.
“Kadang ada yang membuang sampah sembarangan, saya tegur. Beberapa mendengarkan, tetapi ada juga yang acuh. Ketika ada yang menghargai pekerjaan kami, itu membuat saya senang. Setidaknya, ada yang menyadari pentingnya kebersihan,” ungkapnya.
Haji Sapar juga harus menghadapi momen-momen sulit. Setiap malam takbiran, saat takbir berkumandang di seluruh kota, ia tetap berada di jalanan untuk membersihkan sisa-sisa perayaan.
“Saya bekerja malam takbiran, dan pagi Lebaran juga masih bertugas. Pulang sebentar, lalu kembali bekerja,” ceritanya.
Bagi keluarganya, situasi ini sudah menjadi hal biasa, meskipun tetap ada rasa sedih karena tidak bisa berkumpul sepenuhnya di hari istimewa. Namun, tugas mulia menjaga kebersihan Kota Bandung menjadi motivasinya.
Adi, petugas kebersihan dari Dago, juga memiliki cerita perjuangan yang inspiratif. Dari GOR Citra hingga Widyatama, ia menjaga setiap sudut jalan dengan dedikasi penuh.
“Setiap hari, saya harus siap dengan sapu dan pengki untuk membersihkan area yang telah ditentukan. Saat musim kemarau dan banyak daun rontok, pekerjaan menjadi lebih berat,” jelasnya.
Meskipun demikian, ia tetap melakukannya dengan semangat. “Kesenangannya adalah bisa membuat Bandung bersih. Kesedihannya, saat Lebaran, orang berkumpul dengan keluarga, sementara saya tetap bekerja. Namun, ini adalah tugas mulia,” katanya dengan bangga.
Ia mengingat pernah mendapatkan apresiasi dari warga yang lewat, baik berupa ucapan terima kasih maupun makanan ringan. “Hal-hal kecil seperti itu sudah cukup untuk menghangatkan hati,” tambahnya.
Ketiganya sepakat bahwa menjaga kebersihan kota bukan hanya tugas petugas kebersihan, tetapi juga tanggung jawab bersama.
“Wargi Bandung, mari kita jaga kota kita. Jangan buang sampah sembarangan, hargai usaha kami,” pesan mereka.
Saat banyak orang menikmati momen kebersamaan di hari raya, mereka tetap menjalankan tugasnya untuk menjaga Kota Bandung tetap bersih dan nyaman. (M1)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.