METRUM
Jelajah Komunitas

Rekayasa Lalu Lintas Kota Bandung Dievaluasi

Rekayasa Jalan Dr. Rum Mengakibatkan Kemacetan di Dr. Rajiman.

DINAS Perhubungan Kota Bandung mengevaluasi empat rekayasa jalan yang telah diterapkan sejak 14 Oktober 2018 lalu. Rekayasa jalan di Jalan Dr. Rum akan dievaluasi ulang karena mengakibatkan kemacetan di Dr. Rajiman.

“Rekayasa di Jalan Setiabudi dan Sunda performanya jadi lebih bagus. Yang menurun justru Dr. Rum karena menumpuk di Dr. Rajiman,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Didi Rustandi, di Bandung, Jumat 2 November 2018.

Rekayasa lalu lintas yang dilakukan di Jalan Dr. Rum membalikkan arah arus kendaraan. Rekayasa baru di jalan satu arah itu mengarahkan kendaraan dari Jalan Pasirkaliki menuju Jalan Dr. Cipto. Kendaraan yang akan menuju Jalan HOS Tjokroaminoto (Pasirkaliki) menumpuk di Jalan Dr. Rajiman.

Seorang pengendara, Eko (38) menyayangkan pengalihan jalan itu. “Kalau semua lewat Dr. Rajiman, pasti macet. Banyak parkir mobil kiri-kanan jalan. Belum lagi lampu merah yang sebentar di Pasirkaliki. Ditambah kendaraan motong dari Pasteur (Westhoff) ke Cipto (Dr. Wahidin),” ujarnya.

Dari pantauan Pikiran Rakyat, bundaran yang mempertemukan Jalan Dr. Rajiman- Jalan Dr. Otten- Jalan Nyland juga menjadi pengunci kemacetan. Bundaran itu kerap macet oleh antrean dari Taman Westhoff dan simpang Jalan Pasteur-Jalan Pasirkaliki.

Kondisi diperburuk dengan kendaraan yang menuju Jalan Westhoff memotong Jalan Dr. Otten di depan Taman Westhoff. Sementara rekayasa jalan di Jalan Setiabudi tergolong lancar. Dishub Kota Bandung menilai rekayasa itu menjadi salah satu yang tersukses. Kendaraan dari Jalan Setiabudi bawah tidak bisa lagi memotong jalur karena terhalang pembatas jalan sepanjang jalan hingga Jalan Karangsari.

Di Jalan Kolonel Supadio tidak terlalu berpengaruh. Kendaraan tidak banyak menggunakan jalur taman di dekat perlintasan rel kereta api Stasiun Andir itu.“Makanya (Untuk rekayasa yang belum berjalan baik) sekarang lagi dicari opsi lain kemudian disimulasikan,” katanya.

Pengaturan juga dilakukan di Jalan Natuna-Jalan Sunda. Di Jalan Natuna, rekayasa jalan yang mengarahkan satu jalur dari arah Jalan Sunda cukup berpengaruh pada kelancaran lalu lintas Jalan Sunda.

Selama ini, pertemuan kendaraan dari Jalan Natuna menghambat laju kendaraan dari Jalan Sunda menuju perlintasan rel kereta api. Akan tetapi, masalah muncul dari perilaku pengendara. Meskipun telah dipasang rambu dilarang masuk di Jalan Natuna, pengendara kerap menerobos jalan itu. Kebanyakan para pelanggar merupakan pengendara motor.

Dari pantauan, sepeda motor yang memaksa masuk Jalan Sunda dari Jalan Natuna merupakan pengendara yang menghindari kemacetan Jalan Sunda yang sering terhambat sejak persimpangan Jalan Veteran.

Jalur para penghindar kemacetan ini memerlukan dua kali lawan arus. Sebelum melanggar di Jalan Natuna, mereka melawan arus di Jalan Veteran. Mereka menggunakan jalur Jalan Saad, melakukan lawan arus ke arah kiri sepanjang 70 meter, lalu menyeberang Jalan Veteran untuk masuk ke Jalan Vandeventer.

Di ujung jalan, mereka masuk ke Jalan Natuna untuk bisa langsung menuju titik pemicu kemacetan, yakni perlintasan rel kereta api Jalan Sunda. Herman (50), pengendara motor yang mengaku melanggar karena kesal dengan kemacetan di Jalan Sunda.

“Jalan Sunda teh lega. Tapi macetnya luar biasa. Hampir setiap jam. Coba perlintasan relnya mulus, enggak sering rusak, kan orang enggak mesti pelan-pelan lewatnya dan bikin macet. Sekarang tambah parah macetnya karena banyak kendaraan motong Jalan Sunda dari Baranangsiang ke Kartini,” katanya.(Sumber: Pikiran Rakyat, 3/11/2018)***

komentar

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.