Warga Indonesia Bantu Populerkan Bulutangkis di Amerika Serikat
BULU tangkis (badminton) secara resmi dipertandingkan dalam Olimpiade Musim Panas 1992. Cabang olahraga ini diikuti 74 negara dan diatur oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia. Bagaimana perkembangannya kemudian, terutama di negara di mana badminton belum membudaya di masyarakat seperti di Amerika?
Dilansir dari VOA, seorang diaspora Indonesia di Dallas, Texas, Budisetia Yoelioes (41), memiliki ide untuk mempererat hubungan sesama warga Indonesia melalui badminton. Budi, yang berasal dari Jakarta, awalnya menempuh pendidikan di California sebelum pindah ke Dallas pada 2017 untuk bekerja. Berbeda dengan California, jumlah warga Indonesia di Dallas lebih sedikit, sehingga ia terdorong untuk mencari cara agar komunitas bisa lebih sering berkumpul.
“Makanan atau bazaar bisa menjadi ajang pertemuan, tapi itu hanya berlangsung satu atau dua kali dalam setahun. Setelah membeli makanan, banyak yang langsung pulang tanpa benar-benar mengenal satu sama lain,” ujar Budi. Sebagai Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia (KMI) di Dallas, ia kemudian mencari alternatif lain dan teringat bahwa bulu tangkis merupakan olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia sejak kecil.
Mengubah Gudang Menjadi Lapangan Badminton
Pada 2019, sebelum pandemi COVID-19, Budi mulai bermain badminton di sebuah lapangan yang dikelola oleh gereja China di Dallas. Namun, fasilitasnya terbatas dengan hanya tiga lapangan dan hanya empat orang Indonesia yang aktif bermain di sana.
Seiring waktu, komunitas badminton ini mulai berkembang. Pada 2021, melalui jaringan KMI dan penyebaran informasi dari mulut ke mulut, jumlah pemain bertambah menjadi sekitar 20 orang. Untuk mengakomodasi semakin banyaknya peminat, Budi mencari tempat yang lebih luas agar komunitasnya bisa berlatih secara mandiri.
Akhirnya, seorang warga Indonesia menawarkan sebuah gudang yang kemudian diubah menjadi fasilitas badminton dengan delapan lapangan. Dari sinilah lahir Persatuan Badminton Indonesia Seluruh Dallas (PBISD), yang kini menjadi wadah bagi warga Indonesia di Dallas untuk berolahraga sekaligus mempererat kebersamaan.

Empat tahun berlalu dan kini terdapat 60 orang berlatih badminton di sana, 15 di antaranya warga Amerika Serikat keturunan China, India, dan Malaysia. Tampaknya mimpi Budisetia tercapai, seperti dikatakan seorang anggotanya, Yani Saputera, yang merasa senang banyak orang Indonesia dari segala umur berlatih sambil bersilaturahmi.
“Kelompok ini berkembang, jumlahnya makin banyak. Ada yang sudah lama main, ada yang baru belajar. Ada truk yang menjual makanan Indonesia datang ke tempat latihan bulu tangkis. Harapan saya makin terus berkembang supaya bisa diadakan lebih banyak pertandingan.”
Ditanya mengenai pelatih, PBSID mempunyai tiga pelatih, di antaranya mantan juara badminton putri, Sarwendah, pemenang piala dunia tahun 1990 dan SEA Games 1993.
“Saya ingin grup PBISD ini bisa bertanding ke state-state lain, seperti antar PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat), misalnya Los Angeles atau state lain, sehingga kita bisa saling main,” tambah Budi.
Lebih banyak warga Amerika Serikat
Seorang juara badminton binaan PB Djarum, Dea Adi Rangga yang semula menjadi pelatih di Dallas, kini pindah ke North Carolina. Jika Budisetia ingin mempersatukan masyarakat Indonesia lewat badminton, Dea, kelahiran Blitar tahun 1988, lebih banyak melatih warga Amerika untuk bermain badminton.
“Lumayan banyak, ada 200-an murid, kebanyakan kelahiran Amerika, keturunan India, Malaysia, Tionghoa. Prestasinya juga lebih bagus dengan program latihan yang intensif.”
Sebelum menjadi pelatih di Amerika Serikat, dengan bekal sertifikat Coaching Course tingkat dua, Dea telah mengajarkan badminton di berbagai negara. “Tahun 2015 saya melatih di Filipina dulu, lalu ke Uni Emirat Arab (Dubai), China dan ke sini (Amerika Serikat),” tambahnya.
Selain menjadi pelatih bersama delapan pelatih Indonesia lainnya, Dea Adi Rangga juga telah mengikuti pertandingan di Amerika Serikat sejak tahun 2022 hingga kini. Tahun lalu, ia meraih medali emas tunggal putra Pan American Masters Cleveland, di Ohio.
Belum setenar bola basket
Menurut Dea Adi Rangga, badminton di Amerika Serikat masih dalam tahap perkembangan dan belum sepopuler olahraga seperti bola basket dan bisbol.
“Untuk meningkatkan popularitasnya, diperlukan lebih banyak turnamen berkualitas, liputan media, serta pembinaan sejak dini di sekolah dan komunitas agar menarik minat pemain muda. Saat ini, saya mendapatkan dukungan dari klub saya, Peak Sports North Carolina, serta perusahaan real estat yang membantu dalam aspek finansial dan penyediaan fasilitas,” ujar Dea.
Di Indonesia, badminton sudah menjadi jalur karir yang menjanjikan. Banyak orang tua yang melihat potensi anak-anak mereka dalam olahraga ini sejak usia dini, biasanya antara 8 hingga 11 tahun, dan memasukkan mereka ke akademi pelatihan profesional.
Menurut Dea, ekosistem badminton di Indonesia sudah sangat matang, didukung oleh kompetisi yang berjenjang, sponsor, serta apresiasi masyarakat yang tinggi.
“Meskipun saat ini ada banyak pilihan karir lain bagi generasi muda, badminton tetap menjadi impian bagi banyak anak yang bercita-cita meraih prestasi di tingkat nasional maupun internasional,” tambahnya.
Pembinaan Sejak Usia Dini
Salah satu mantan pemain bulu tangkis profesional asal Klaten, Aditya Sindoro, atau yang akrab disapa Coach Yang Yang, saat ini memimpin tiga klub Persatuan Bulu Tangkis (PB) Champion yang berlokasi di Klaten, Yogyakarta, dan Medan.
Seperti yang dijelaskan Dea, Yang Yang merasa senang melihat juniornya turut berkontribusi dalam mempopulerkan badminton di Amerika. Ia berharap olahraga ini semakin mendunia dan tetap menjadi bagian dari ajang olahraga bergengsi seperti Olimpiade.
“Jika badminton semakin populer di Amerika, maka akan muncul lebih banyak sponsor yang berkontribusi dalam membangun ekosistem olahraga ini, dari tingkat anak-anak hingga dewasa. Dengan demikian, pembinaan dan pelatihan akan terus berkembang, serta kesejahteraan para atlet juga meningkat berkat hadiah dan dukungan finansial yang lebih besar,” kata Yang Yang.
Saat ini, klub-klub badminton telah tersebar di beberapa negara bagian Amerika Serikat seperti California, North Carolina, Maryland, dan Texas. Namun, komunitas dengan anggota terbanyak dari kalangan warga Indonesia berada di Dallas, Texas. Sementara itu, di Peak Sports North Carolina, tempat Dea berlatih dan melatih, mayoritas anggota berasal dari komunitas Amerika keturunan Asia. (M1-VOA/ps/lt)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.