METRUM
Jelajah Komunitas

Wayang Gedog, Cerita Panji Dalam Pewayangan

WAYANG Gedog adalah jenis pementasan wayang kulit yang tidak mengisahkan cerita Ramayana atau Mahabarata, tapi mengambil cerita Kisah Raden Panji, hingga wayang Gedong sering disebut juga wayang Panji.

Cerita wayang gedog yang bersumber pada cerita Panji muncul pada zaman Kerajaan Kediri dan Majapahit hingga dalam pertunjukannya juga menampilkan kerajaan-kerajaan yang menjadi latar belakang pemerannya antara lain Jenggala, Singasari dan Kediri atau Daha. Istilah Panji sebagai gelar ksatria dan raja muncul pada zaman pemerintahan Jayabaya di Kediri pada abad XI.

Sedangkan, istilah Gedog berasal dari suara dog, dog, yang ditimbulkan dari ketukan sang dalang pada kotak wayang yang terletak di samping dalang. Pagelaran wayang gedog biasanya dilaksanakan pada malam hari, dengan bahasa Jawa sebagai pengantarnya.

Dalam naskah Serat Centini dituliskan bahwa yang menciptakan wayang gedog adalah Sunan Ratu Tunggul, pada zaman kerajaan Demak, dengan candra sengkala (penanggalan/angka tahun): Gaman Naga ing Udipatya atau melambangkan angka tahun saka 1485.

Namun wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 (gaman naga kinaryeng bathara) pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur (invasi Trenggono ke Pasuruan). Iringan wayang gedog dengan Gamelan laras Pelog baru ada pada tahun 1563.

Barulah pada masa Pakubuwana III di Surakarta, wayang Gedog diperbarui penampilannya dibuat mirip seperti wayang Purwa (pertunjukan wayang yang pementasan ceritanya bersumber pada kitab Ramayana dan Mahabharata) dengan nama Kanjeng Kyai Dewakatong dan Kyai Sri Wibawa. 

Bentuk peraga wayang kulit gedog, mirip sekali dengan wayang kulit purwa. Bentuk sumping, dodot, tangan dan kakinya sama, hanya bentuk sunggingan dan tatahannya yang berbeda. Beberapa tokoh dalam wayang kulit Gedog memakai irah-irahan (tutup kepala) berbentuk tekes, serta kainnya berbentuk rapekan atau dodot.

Wayang Gedog Klaten

Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis.

Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin (Ponorogo), seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali.

Pementasan wayang gedog sangat jarang dilakukan, lantaran hingga akhir abad ke-20, generasi muda sudah tak akrab lagi dengan jenis wayang ini.

Namun jika kamu ingin mengetahui tentang tampilan wayang gedog, kamu bisa datang ke Museum Radya Pustaka – Surakarta yang memiliki koleksi wayang buatan tahun 1974-1976 atau bisa juga berkunjung ke Museum Wayang, di Kota Tua, Jakarta. Koleksi wayang gedog di museum ini adalah wayang gedog gaya Surakarta yang dibuat tahun 1990. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.