METRUM
Jelajah Komunitas

Wayang Krucil Riwayatmu Kini

WAYANG krucil adalah kesenian khas dari Malang, Jawa Timur, awalnya wayang ini terbuat dari bahan kulit dan berukuran kecil. Namun pada perkembangan selanjutnya, bahan yang digunakan adalah kayu sehingga dinamai Wayang Klithik.

Wayang krucil atau wayang klithik ini adalah pertunjukan boneka datar dua dimensi yang terbuat dari kayu yang diukir dan diberi warna, Tampilan wayang krucil memiliki ketebalan 2-3 sentimeter, hanya lengannya yang terbuat dari kulit agar dapat digerakkan. Karakter pada wayang krucil terkesan lebih bernyawa jika dibandingkan dengan wayang kulit.

Sejarah tentang wayang krucil terdapat dalam Serat Sastramiruda, di dalam naskah ini disebutkan bahwa wayang krucil pertama kali dibuat oleh Ratu Pekik di Surabaya pada 1571 Saka (1648 M).

Pada puncak kejayaannya di tahun 1960-an, Wayang Krucil tersebar hampir di seluruh daerah Jawa Timur. Bermula dari Kabupaten Nganjuk, lalu ke Kabupaten Kediri, dan menyebar hingga kawasan Kabupaten Malang. Di Jawa Tengah juga mengenal wayang krucil yaitu di Kabupaten Blora. 

Cerita yang dimainkan dalam pementasan wayang krucil bersumber dari berbagai kisah, biasanya mengambil cerita pada zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga Prabu Brawijaya di Majapahit. Sementara kisah yang terkenal adalah Serat Damarwulan, legenda dari kerajaan Majapahit.

Kisah populer lainnya adalah Mahabharata dan kisah Panji Asmorobangun. Bahkan ada juga cerita dari Serat Menak yang diadaptasi dari Persia yang berkaitan dengan perkembangan dan penyebaran agama Islam.

Dalam pementasannya, wayang krucil diiringi gamelan bernada slendro yang terbatas. Pertunjukan wayang krucil tidak menggunakan kelir dan tidak ditancapkan pada gedebog (pohon) pisang tetapi pada kayu atau bambu panjang yang berlubang-lubang (slanggan). Setiap adegan diiringi dengan tembang (lagu) macapat yang dinyanyikan oleh dalang.

Sesuai perkembangan zaman, pementasan wayang krucil sangat jarang karena tersisih oleh kesenian modern yang lebih disukai generasi muda. Di Kabupaten Malang saja pementasan wayang ini rata-rata hanya ditampilkan 2-3 kali dalam satu tahun pada acara kaulan (mengucapkan terima kasih pada Tuhan), pernikahan, atau khitanan.

Kini, wayang krucil kuno yang masih ada dan satu-satunya yang paling lengkap terdapat di Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, dengan jumlah 75 buah, meski 3 buah lainnya dalam kondisi rusak. Sedangkan di desa Garu Kabupaten Nganjuk, kondisinya tidak lengkap namun gamelan kuno aslinya masih terawat dengan baik. Sedangkan di desa lainnya, wayang krucil sudah punah karena tidak adanya regenerasi. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.

%d blogger menyukai ini: