MESKI hujan masih turun di beberapa wilayah, tapi mungkin belakangan ini kamu merasakan udara lebih panas dari biasanya dan bikin gerah. Menurut para ilmuwan, 2019 akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah manusia.
Dilansir dari laman okezone, Kamis (4/4/2019), di tahun 2018 lalu, para ilmuwan telah memprediksi jika El Nino memperkuat cuaca ekstrem yang diperburuk oleh perubahan iklim serta meningkatkan peluang tahun terpanas dalam sejarah manusia pada tahun 2019 ini.
Sementara itu, studi yang dipublikasikan jurnal Geophysical Research Letters menyatakan bahwa dampak El Nino semakin memburuk pada beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim. Kemudian, dampak ini akan lebih buruk lagi karena suhu akan terus meningkat.
Samantha Stevenson, seorang ilmuwan iklim di University of California, Santa Barbara menyebutkan, dengan adanya El Nino, sangat mungkin 2019 akan menjadi tahun terpanas. Tidak hanya El Nino, cuaca panas ini juga didorong oleh peningkatan emisi karbon dioksida (Co2) selama empat tahun terakhir.
Saat ini, iklim di Bumi memang lebih hangat dari rata-rata abad ke-20 selama 406 bulan terakhir berturut-turut. Itu berarti tidak ada seorang pun di bawah usia 32 yang pernah mengalami bulan yang lebih dingin dari rata-rata.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal WMO Elena Manaenkova mengungkapkan, setiap bagian dari tingkat pemanasan membuat perbedaan bagi kesehatan manusia dan akses ke makanan dan air tawar, pada kepunahan hewan dan tumbuhan, untuk kelangsungan hidup terumbu karang dan kehidupan laut.
Dunia yang lebih hangat maka semakin ekstrem cuaca yang bakal merusak dan berbahaya bagi kehidupan, seperti gelombang panas, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan badai dahsyat. Selama 2018 lalu, tercatat ada 70 topan tropis atau badai yang terjadi di belahan Bumi utara.
Salah satu benua yang telah merasakan suhu panas ekstrem adalah Australia. Dimana pada bulan Januari 2019 lalu, suhu melebihi 45,8 derajat Celcius di siang hari. Suhu terpanas ini pertama kalinya terjadi di Australia sejak yang terakhir terjadi pada 1910.
Dikutip dari bmkg.go.id, El Nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global.
Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Sedangkan di Indonesia, secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan. (Vey si Sendal Jepit)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.