METRUM
Jelajah Komunitas

Wisata Unik Semburan Lumpur Garam Bledug Kuwu

JIKA ditanya dimana letak kubah Lumpur Lapindo (Lusi) pasti banyak orang tahu, dan pasti bakal menjawab di Sidoarjo.

Nah, sebenarnya sebelum munculnya Lusi di tahun 2006 lalu, ada kubah lumpur yang usianya jauh lebih lama alias sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hingga sekarang kawah lumpur ini masih aktif menyemburkan lumpurnya yang dikenal dengan sebutan Bledug Kuwu.

Bledug Kuwu adalah kawah lumpur (mud volcano) yang terletak di Desa Kuwu, kecamatan Kradeanan, kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Wisata geologi ini menyimpan kekayaan alam bagi warga sekitar sekaligus memiliki cerita legenda yang penuh misteri. 

Nama Bledug Kuwu diambil dari kata Bledug dan Kuwu. Bledug berasal dari bahasa jawa memiliki arti letupan, karena setiap kali meletup mengeluarkan bunyi “Bledug”. Sedangkan Kuwu sendiri adalah nama desa tempat kawah lumpur tersebut berada.

merahputih.com

Area ini merupakan salah satu obyek wisata geologi di Indonesia yang memiliki luas sekitar 45 hektare. Kawasan berlumpur ini memiliki keunikan dari semburan lumpurnya  yang bervariasi ketinggiannya antara 1 hingga 8 meter. Frekuensi letupan dalam satu menit bisa terjadi 10 kali.

Letupan-letupan ini tidak berasal dari magma bumi atau efek dari semburan kawah vulkanik. Diduga, peristiwa ini adalah proses kimiawi dari gas bumi dan air laut. Hal ini dibuktikan dengan keadaan air di sekitar semburan lumpur mengandung garam. Padahal letak kawasan Bledug Kuwu sendiri jauh dari laut.  

Kawah-kawah yang terdapat di Bledug Kuwu juga memiliki nama tersendiri. Kawah terbesar dinamakan Kawah Jaka Tuwa yaitu berada di sisi sebelah timur sedangkan kawah yang memiliki diameter terkecil dinamai Kawah Rara Denok, terletak di sisi sebelah barat. 

Tak hanya itu, adanya kandungan garam di dalam air di area Bledug Kuwu ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk dibuat garam tradisional. Hasil dari pengolahan garam dari Bledug Kuwu lebih putih, lebih halus dan lebih gurih dibanding garam dari hasil air laut biasanya.

Konon garam dari daerah ini digunakan untuk bumbu semua makanan yang disajikan di Keraton Kasunanan Surakarta. Selain itu, lumpur Bledug Kuwu juga dipercaya sebagai lulur tradisional yang bermanfaat untuk mencegah penyakit kulit dan menghaluskan kulit. 

Seperti dikutip dari geohistory.id, menurut cerita rakyat, konon dulunya di daerah Bledug Kuwu pernah ada kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin oleh Raja zalim bernama Prabu Dewata Cengkar.

Raja yang konon amat gemar makan daging dan minum darah manusia. Hal ini membuat rakyat ketakutan, mereka tidak ingin menjadi santapan sang raja. Berbagai cara dilakukan untuk melawan sang raja, tetapi semuanya sia-sia saja. Tak ada yang bisa mengalahkan kesaktian sang raja.

Lalu hadirlah seorang pengembara bernama Ajisaka yang menantang Prabu Dewata Cengkar. Dalam tanding kesaktian itu, Dewata Cengkar kalah dan jatuh ke Laut Selatan, lalu berubah menjadi buaya putih.

Tapi di laut Selatan pun buaya putih itu masih suka mengganggu manusia. Maka Ajisaka mengutus anaknya Joko Linglung, berupa naga untuk membunuh buaya putih tersebut. Agar tidak mengganggu rakyat, sang naga masuk ke dalam tanah.

Setelah berhasil membunuh buaya putih, sang naga kembali ke Medang Kamulan. Tetapi, naga itu bingung (linglung, sehingga disebut Joko Linglung) dari bawah tanah ia menembus beberapa tempat yang ternyata bukan Medang Kamulan.

Mlancong.com/ Patung Ajisaka dan patung Dewata Cengkar

Menurut legenda yang dipercaya masyarakat setempat, keberadaan Bledug Kuwu ini merupakan lubang yang menghubungkan tempat tersebut dengan laut selatan (Samudera Indonesia). Konon, lubang tersebut merupakan jalan pulang Joko Linglung menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar.

Kerajaan Medang Kamulan pada dasarnya adalah lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno. Meski merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno, namun penguasa pada kerajaan Medang Kamulan bukanlah wangsa atau dinasti yang memerintah dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Medang Kamulan ini adalah kerajaan yang berada di daerah Jawa Timur pada masa abad ke 10.

Nama Medang Kamulan disebutkan dalam naskah kedua Perjalanan Bujangga Manik abad ke-15, yang menyebutkan bahwa “Bujangga Manik meninggalkan Pulutan (sekarang desa di barat kota Purwodadi) ia tiba di Medang Kamulan”. Berdasarkan hal ini, maka Bledug Kuwu diperkirakan telah ada sebelum abad ke-15. (Vey si Sendal Jepit)***  

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.