Buwah Duwet, Obat Alami Atasi Diabetes
Buah ini di Majalengka Semakin Sulit Dicari
BUAH duwet di Majalengka kini kembali dicari para pembeli karena dianggap mampu mengobati beragam penyakit. Sayangnya, buah duwet semakin sulit dicari setelah pohonnya banyak dibabat petani.
Padahal belasan tahun lalu Kabupaten Majalengka adalah menjadi penghasil buah duwet, yang salah satu sentranya berada di Ciandeu, Desa Sidamukti serta tetangga desa Blok Pancurendang, Kelurahan Babakanjawa, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
Buah duwet saat ini semakin jarang ditemukan setelah dibabat, karena dianggap buah yang tidak memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbeda dengan buah mangga yang harganya jauh lebih mahal dan dikonsumsi banyak orang serta tidak mudah busuk.
Belakangan buah duwet kembali dicari setelah tanaman semakin jarang dan sulit diperoleh. Duwet dicari karena kabarnya konon memiliki hasiat untuk pengobatan beragam penyakit. Seperti sembelit karena kulitnya yang berwarna ungu serta licin, jika memakan dalam jumlah banyak pencernaan akan semakin baik, maka sembelit akan hilang.
Utit salah seorang pedagang duwet di majalengka megatakan, banyaknya warga yang mencari duwet juga katanya untuk mengobati gula darah dan mengobati sel kanker. Cara pengobatannya sama cukup mengkonsumsi buah yang sudah matang dan berwara ungu. Saat mentah warna buahnya hijau dan kesat, namun setelah matang menjadi ungu serta bagian dalamnya putih, rasanya manis namun saat melekat ke biji kembali kesat.
“Persisnya saya tidak mengetahui ini hanya kata para pembeli, duwet ini bisa untuk pengobatan,” ucap Utit.
Buah duwet disebut bisa kurangi kadar gula darah
Hal yang sama juga diungkapkan Nirah, duwet yang rasanya sedikit keset bisa menetralisir gula darang, makanya penderita gula darah dianjurkan untuk memakan buah duwet agar kadar gula bisa segera turun.
Hanya sayang buah duwet kini di Majalengka semakin berkurang, tak seperti halnya puluhan atau belasan tahun lalu, duwet mudah diperoleh karena pohonnya demikian banyak. Dulu petani Ciandeu atau Pancurendang bisa panen hingga berkuintal-kuital setiap harinya. Kini untuk memperoleh 20 kg saja sulit diperoleh. Jumlah pohon duwet di kedua desa tersebut tinggal sedikit.
Seorang pedagang duwet di Pasar Cigasong mengaku dalam sehari dia mampu menjual sebanyak 20 kg, barangnya dipasokd ari petani asal Pancurendang. Omset sebanyak itu karena jumlah pengirimannya memang hanya 20 kg.
“Kalau banyak yang ngirim mungkin jumlah pemnjualan juga banyak. Ini setiap hari hanya ngirim paling banyak 20 kg, kadang kurang,” ungkapnya.
Setiap kilogram menurutnya dijual seharga Rp 30.000. Buah duwet kini harganya terbilang mahal karena selain jarang, juga mudah busuk tidak bisa disimpan dalam waktu terlalu lama, apalagi jika sudah berwarna ungu dan lembek atau kulitnya sedikit terkelupas. Makanya harus hati-hati jangan sampai bagian kulit terkelupas karena akan sangat mudah membusuk. Penanganan panennyapun harus sangat hati hati, begitu dipetik harus disimpan di tempat beralas daun pisang agar tidak tergores benda keras dan tajam.
Dulu menurut Oom warga Cijai, buah duwet bisa dijual ke luar daerah hingga berkuintal kuintal saking banyaknya petani yang memanen. Kini jangankan dipasok ke luar daerah untuk dijual di pasar lokal saja tidak mencukupi.***