Family Riders Bandung, Utamakan Persaudaran Daripada Popularitas
MALAM minggu, malam yang ditunggu oleh para remaja, di antaranya anak muda yang suka berkeliling menikmati indahnya kota menggunakan kendaraan roda dua alias sepeda motor.
Di Kota Bandung, setiap sabtu malam berbagai komunitas sepeda motor berkumpul dan seringkali diakhiri dengan mengadakan Rooling, yaitu sebuah aktivitas rombongan sepeda motor beratribut sama yang berkendaraan bersama mengelilingi kota.
Salah satu komunitas sepeda motor yang rutin melakukan rooling di malam minggu adalah FRB (Family Riders Bandung), sebuah komunitas sepeda motor yang beranggotakan 13 orang anggota (member).
Dominasi warna merah dan hitam pada atribut dan logo menjadi ciri khas Komunitas FRB. Selain itu, komunitas sepeda motor ini bersifat independent. Artinya, sepeda motor yang digunakan bebas, boleh apa saja, baik jenis maupun merek motornya.
Berawal dari pertalian persahabatan beberapa remaja pria yang berteman sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama di tahun 2010 hingga memasuki perkuliahan pada tahun 2016.
Merasa memiliki chemistry dan ikatan kekeluargaan yang kuat di antara mereka, kumpulan remaja ini berpikir untuk membentuk sebuah komunitas sepeda motor, dengan maksud agar silaturahmi mereka tetap terjaga dan ada kegiatan positif sembari menyalurkan hobi mereka. Mengapa memilih komunitas motor? Karena pada saat itu, komunitas sepeda motor sedang booming di Bandung. Pada tanggal 6 Juni 2016, Komunitas FRB terbentuk.
Pait manisnya pertemanan menjadi bumbu komunitas ini. Usia anggota FRB yang rata-rata berumur sama (kelahiran tahun 1995), kadang membuat masalah jadi sering terjadi. Usia remaja yang penuh gejolak ini seringkali memunculkan ego di antara sesama anggota. Biasanya dominan karena ingin menang sendiri dan sikap egois.
“Pengen menang sendiri dan saling egois. Soalnya, nggak ada yang dipikakolot dalam Bahasa Sunda mah. Tapi yang saya bikin salut, betah dan nyaman di FRB, meski kadang teman-teman saling egois, mereka cepat kembali akur. Padahal, masalahnya itu berat pisan, seperti menikung pasangan sesama anggota, ” ujar Anton, salah satu Anggota FRB.
Dari awal dibentuk hingga sekarang, anggota FRB hanya bertambah satu orang saja. Mengapa demikian? Karena, moto komunitas ini “Lebih baik mempertahankan anggota, daripada menambah anggota”. Jadi, FRB sebenarnya tidak terlalu mengutamakan kuantitas anggota dan popularitas. Tapi lebih mengutamakan persaudaraan sesama pendiri/anggota.
FRB rutin mengadakan pertemuan setiap malam minggu, mulai pukul 21.30 WIB hingga tengah malam. Mereka biasanya berkumpul di Jalan Pasirkoja depan Toko Philipps, sebelah Pecel Lele Pasirkoja, Kota Bandung. Komunitas ini terbuka menerima kedatangan teman-teman semua. Baik yang ingin gabung menjadi anggota komunitas atau sekadar ikut touring bareng, (Andri Rulanda, anggota FRB nomor registrasi #005)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.