‘Klong-Klok, Klung-Kluk’ Getaran Mistis Angklung Reog
ANGKLUNG Reog merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan biasa digunakan untuk mengiringi tarian Reog Ponorogo yang berasal dari Jawa Timur. Angklung ini memiliki kekhasan tersendiri dari segi suaranya yang sangat keras dan lengkungan rotan yang menarik dengan hiasan benang warna-warni berumbai-rumbai menghiasi perangkat musik tradisional ini.
Konon, dahulu angklung merupakan sebuah senjata dari kerajaan Bantarangin ketika melawan kerajaan Lodaya pada abad ke 9. Ketika kerajaan Bantarangin menang perang, para prajurit gembira tak terkecuali pemegang angklung, karena kekuatan menggerakkan yang luar biasa membuat penguat dari tali pada angklung menjadi renggang hingga menghasilkan suara yang khas yaitu “klong- klok” dan “klung-kluk.”
Jika angklung ini dibunyikan maka yang mendengar akan merasakan getaran spiritual sekaligus suasana mistis akan terasa saat alat musik ini mengiringi tarian Reog Ponorogo.
Tidak seperti angklung di Jawa Barat yang memiliki 5 nada (da, mi, na, ti, la), angklung reog hanya memiliki dua nada saja, yaitu nada besar dan kecil dengan bunyi klong-klong untuk yang besar dan klung-klung untuk angklung yang kecil.
Selain itu, bentuk angklung reog juga berbeda dari angklung biasanya dari Jawa Barat, angklung reog memiliki lengkungan dari bahan rotan dengan hiasan benang berumbai-rumbai berwarna yang indah.
Bentuk lengkung yang menyerupai gapura dan tangga ini (dari kecil hingga yang tinggi) memiliki filosofi atau makna sebagai perjalanan kehidupan manusia. Gapura adalah gerbang untuk belajar membaca kehidupan yang penuh dengan cobaan dan juga kebahagiaan, namun tak hanya itu gapura juga bisa diartikan sebagai pintu menuju kematian, hingga manusia diingatkan untuk selalu berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan negatif.
Selain itu, angklung ini juga memiliki pegangan pada bagian ujung, hingga satu orang pemain dapat memegang atau membunyikan dua angklung sekaligus.
Pada ujung bambu yang di helai kecil, diberi untaian benang warna merah dan kuning. Pada awalnya benang ini sebagai jimat untuk melumpuhkan musuh apabila terkena serangan angklung ini. Namun kini penggunaan benang ini hanya dipakai untuk hiasan semata.
Angklung reog yang memiliki angklung bernada pertama di dunia ini berasal dari distrik (kecamatan) Sambit, Kab Ponorogo, Jawa Timur dan kini sudah berusia lebih dari 250 tahun. Terdiri dari 15 buah angklung pada satu set gayor dengan 3 buah tabung bambu tiap angklungnya. Kini angklung reog kuno ini menjadi koleksi museum Seni Budaya Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat.(Mak Vey van Driel)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.