Oleh: Suwatno*
ALVIN Toffler pernah membagi fase peradaban manusia menjadi tiga. Pertama, gelombang masyarakat agraris. Kedua, gelombang masyarakat industri. Ketiga, gelombang masyarakat informasi (Toffler, 1980).
Saat ini, kita berada di fase masyarakat informasi. Ciri-cirinya antara lain mobilitas informasi berlalu-lintas supercepat, munculnya energi alternatif yang dapat didaur ulang, industri mekanik berubah menjadi industri perangkat lunak, serta ditemukannya teknologi informasi dan data processing.
Terbukti, hari ini nyaris semua aktivitas bisnis terintegrasikan dengan perangkat teknologi informasi. Bahkan, adaptasi teknologi informasi tidak hanya diterapkan di level internal organisasi bisnis, tetapi juga di level eksternal yakni dalam konteks marketing communication dan public relations.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dapat mengatasi berbagai masalah dasar: akurasi, biaya, kecepatan, kualitas dan kuantitas dalam konteks operasionalisasi corporate business. Metode tersebut bersifat imperatif dalam organisasi bisnis modern yang kompleks, di mana komunikasi harus dapat melampaui sekat-sekat georgafis, baik di dalam maupun di luar negara (Bisen, 2009).
Landscape dunia bisnis telah banyak berubah. Para futurolog meramalkan bahwa mega-trend bisnis masa depan bersifat high productivity, less mobility, di mana aktivitas bisnis sudah tidak lagi menuntut mobilitas fisik manusia, tetapi produktivitasnya sangat tinggi karena bantuan teknologi.
Bukan tidak mungkin, kelak semua aktivitas bisnis akan dijalankan dengan satu sistem yang terintegrasi, sehingga secara otomatis akan menghilangkan banyak sekali jenis profesi yang ada di dunia ini. Konon, kemampuan komputer IBM Watson dapat menggantikan kemampuan para ahli berbagai jenis profesi. Fenomena ini adalah tantangan, sekaligus peluang baru bagi para entrepreneur.
Adaptif
Dalam sejarahnya, model komunikasi manusia pernah mengalami 5 fase; penemuan tulisan (invention of writing), munculnya mass media tertulis (written media for mass audience), munculnya telegraf yang dapat menghubungkan person-to-person secara instan, dan mass media instan seperti radio dan televisi, serta perangkat komunikasi berbentuk komputer (Hartley, 2002).
Penemuan komputer adalah trigger kemunculan revolusi digital. Nyaris tidak ada binis di dunia ini yang dapat eksis tanpa pemanfaatan media digital. Kelak ia diprediksi akan semakin massif dan integratif, bahkan semua bisnis akan ketergantungan pada perangkat-perangkat high-tech yang ada. Semua bisnis mau tidak mau harus mengadaptasi teknologi canggih tersebut. Di saat penggunanya semakin banyak, maka teknologi akan semakin murah dan dapat dipakai oleh semua orang.
Oleh karena itu, mulai saat ini, komunikasi bisnis harus dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ini adalah realitas yang harus dihadapi. Adaptasi teknologi dalam sistem operasional bisnis tidak perlu dihadapi dengan rasa takut, melainkan dengan sikap optimistis, kreatif, dan adaptif. (Sumber: “PR”, Sabtu 13/5/2017) ***
* Penulis adalah Guru Besar Komunikasi Organisasi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPI, Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana UPI.
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.