RENGGINANG adalah salah satu kuliner tradisional yang sering dijumpai di Jawa Barat atau Jawa Tengah. Penganan yang renyah saat digigit ini memang menghadirkan sensasi tersendiri buat yang menyukainya, apalagi jika dinikmati dengan secangkir kopi atau teh hangat sambil ngobrol bersama rekan-rekan di sore hari.
Sayangnya, camilan ini hanya dianggap kuliner kampung, karena hanya terbuat dari nasi atau beras ketan, yang dalam pembuatannya bisa tanpa bumbu atau yang diberi campuran udang, terasi atau kerang lorjuk (kerang bambu). Bahkan tak sedikit, rengginang yang dibuat dari sisa nasi yang tidak termakan.
Mengutip penjelasan dari beberapa situs, rengginang adalah sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari nasi atau beras ketan yang dikeringkan dengan cara dijemur dibawah panas matahari lalu digoreng.
Bahan dasar rengginang tidak dihancurkan seperti membuat kerupuk pada umumnya, sehingga bentuk butiran nasi atau ketannya masih tampak saling menempel satu sama lain.
Meski hanya penganan kelas bawah, tapi rengginang memiliki filosofi atau pesan moral yang patut kita ambil hikmahnya. Kita mulai dari cara membuat rengginang yang membutuhkan perjuangan ekstra, membentuk nasi atau ketan yang telah ditanak atau dimasak, butuh ‘RASA’ supaya bentuknya bulat bagus, menjemur hingga kering butuh kesabaran karena tak selamanya sinar matahari bersinar terik.
Lalu setelah kering, rengginang mentah ini akan digoreng dengan proses yang pas supaya menghasilkan hasil yang maksimal.
Proses membuat rengginang memang butuh kesabaran dan perjuangan. Sama seperti juga hidup manusia, tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa kerja keras. Jika kamu ingin mendapatkan sesuatu keberhasilan, harus ada perjuangan dan kesabaran untuk meraihnya.
Mungkin ada kenikmatan tersendiri jika bisa meraih kesuksesan dengan cepat melalui jalan pintas, tapi biasanya akan dengan mudah pula terlepasnya.
Selain itu, rengginang juga simbol “persatuan”. Pasalnya penganan ini tersusun dari butiran nasi atau beras ketan yang saling berhimpitan tapi tetap sesuai posisinya. Meski bertumpukan tapi saling mengisi ruang, saling bantu untuk saling mengeratkan. Saling bersatu hingga tak mudah untuk dipecah-belah. Bersatu itu penting buat rengginang dan penting juga untuk Bangsa ini. .
Bahkan, rengginang juga sering disebut sebagai simbol “kemakmuran”, karena bahan dasarnya terbuat dari beras atau ketan, yang jadi makanan pokok bangsa Indonesia. Gemah ripah loh jinawi, sebagai wujud sedekah bumi kepada manusia.
Mungkin rengginang hanyalah makanan kampung, tapi sebenarnya penganan rakyat ini memberikan pelajaran betapa pentingnya arti KESABARAN dan PERJUANGAN untuk sebuah PERSATUAN bagi Bangsa ini dan ikhtiar kita untuk menuju KEMAKMURAN tak hanya bertujuan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu saja, tapi juga untuk banyak orang disekitar kita.
Rengginang mungkin tak memberikan apa yang kamu inginkan atau kamu harapkan, tapi rengginang memiliki suatu filosofi berharga yang bisa kamu berikan dan tanamkan dalam kehidupan kamu, aku, dia bahkan insan di seluruh Nusantara yaitu mengajarkan kita untuk BERSABAR sambil tetap BERJUANG guna menjaga PERSATUAN dan bekerja keras untuk KEMAKMURAN bangsa dan negara. (Vey si Sendal Jepit)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.