METRUM
Jelajah Komunitas

Membangun Masyarakat Eco Transport

PADA akhir tahun 2019, sebuah lembaga dunia mengatakan bahwa Kota Bandung menjadi urutan pertama kota termacet di Indonesia dan ke-14 di Asia. Jika benar demikian, tentu saja perlu banyak solusi untuk mengatasinya dan semua pihak tidak bisa tinggal diam.

Faktanya, dapat kita lihat dari rata-rata kecepatan berkendara di Kota Bandung. Pada pagi hari rata-rata kecepatan berkendara 17,81 km/jam, lalu pada siang hari 17,15 km/jam, sedangkan sore hari hanya rata-rata 11,49 km/jam saja. Artinya, arus lalu-lintas paling padat terjadi pada sore hari dan serentak kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan di Kota Bandung.

Tentu saja hal tersebut berdampak pada kerugian finansial, lingkungan dan kesehatan. Semakin macet berati semakin banyak waktu yang terbuang dan polusi udara yang dihasilkan.

Pada tahun 2018, tercatat sebanyak 27.910 nyawa melayang akibat kecelakaan lalu-lintas. Atau dengan kata lain setiap 3 menit sekali terdapat korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas tersebut.

Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Bandung melakukan upaya gerakan yang berfokus pada dua aspek program pembinaan transportasi, yakni “Kampanye dan Pembinaan Kebijakan Bidang Perhubungan” dan “Kampanye dan Kebijakan Program Kendaraan Ramah Lingkungan (ecotransport)” melalui Bidang Perencanaan Dan Pembinaan Transportasi, dilaksanakan oleh seksi Bina Transportasi.

Kampanye dan Pembinaan Kebijakan Bidang Perhubungan meliputi Prasarana, Sarana dan Keselamatan serta Penunjang Kampanye & Kebijakan Program Kendaraan Ramah Lingkungan (ecotransport) meliputi Mind Set & Culture Set         Upaya
Sosialisasi Pembangunan Penyediaan Infrastruktur.Sosialisasi Pengambilan Kebijakan di Bidang Perhubungan.Sosialisasi Peaturan Perundang – Undangan.Sosialisasi Keselematan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan   Membangun Budaya Bersepeda (Bikeable City)Membangun Budaya Berjalan Kaki (Bikeable City)Membangun Budaya Ber-Transportasi Publik dan Berkendara Bersama (ride share)Membangun Budaya Selamat Berlalu lintasMembangun Budaya Sadar Pelayanan PublikPelajar Pelopor Keselamatan Berlalulintas     1.Budaya Bikeable City: – Jum’at Bersepeda
– Bandung Nigth Ride
– Pelajar Nyasab
– Bandung 1001 Sepeda 2. Budaya Walkable City: – Sabtu Seru
– Walk to School
– Aktivasi Trotoar
3. Budaya BerTransportasi Publik dan Ride Share:
– Peningkatan daya tarik publik
– Angkot To School
– Peningkatan Daya Tarik Ruang Tunggu Transportasi publik
4. Budaya Sadar Pelayanan Publik:
– Pembinaan Pengemudi Angkot
– Pembinaan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT)
5. Keselamatan:
– Sosialisasi Keselamatan di Persimpangan
– Sosialisasi Keselamatan Perlintasan Sebidang Jalan
– Disiplin Mulai dari Sekolah
– Intip Disiplin
– Sabtu Seru
– Sosialisasi Keselamatan ke Sekolah
– Sosialisasi Keselamatan ke Penyelenggara Angkutan Umum
– Sosialisasi
6. Pembangunan Sistem Informasi Manual/ Aplikasi/Web:
– Inventarisasi Rencana Even/Aksi
– Ruang Kolaborasi
– Rekapitulasi Hasil
Even/Aksi
– Dokumentasi setiap Even/Aksi Evaluasi dan Masukan untuk Pemerintah dan Stake Holder terkait

(Sumber: Bina Transportasi Dinas Perhubungan Kota Bandung).*

Dalam rangka sinergitas, tentu saja upaya-upaya di atas dibangun pula kolaborasi bersama pihak-pihak lain, seperti komunitas, media massa, masyarakat umum, swasta, dan pelaku usaha, serta dinas-dinas pemerintah yang lain.

BACA JUGA:  Petronas Le Tour de Langkawi 2023: Carr Selangkah Lagi Juara Umum, Sprinter Belgia Berjaya di Etape VII

Beberapa contoh kegiatan kolaborasi dengan komunitas adalah Jum’at Bersepeda, Katakan Cinta dengan Berjalan Kaki bersama Eco Transport, Hayu Ngangkot bersama Rindu Menanti, Disiplin Perlintasan bersama Edan Sepur, dan Disiplin Persimpangan bersama gerakan Disiplin Sukajadi.

Setidaknya upaya ini menjadi salah satu motivasi agar masyarakat kembali tertarik dan tergerak untuk melakukan budaya bertransportasi ramah lingkungan (Eco Transport), selebihnya diserahkan kepada masyarakat apakah akan sadar, peduli, bijak dan bersolusi dengan merubah pola hidup menjadi gaya hidup ramah lingkungan. Atau tetap pasrah berjibaku dengan kemacetan, polusi, keluh kesah, malas, tanpa ada aksi?

Eco Transport

Eco Transport merupakan gerakan rekayasa sosial positif yang digagas oleh para pelaku perubahan, gabungan berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, komunitas penggerak lingkungan, pengusaha, pelajar, hingga komunitas pesepeda.

Misi dan visinya adalah mewujudkan kondisi transportasi yang humanis dan ramah lingkungan dengan mengajak masyarakat melakukan kembali berbudaya bersepeda, jalan kaki dan menggunakan angkutan publik.

Upaya yang dilakukan adalah berkolaborasi melalui gerakan nyata yang sederhana, menyenangkan, tematis dan membahana, dibantu kekuatan media, serta mampu membawa perubahan.  

Sejatinya, kota itu dibangun untuk manusia, yaitu memprioritaskan fasilitas pergerakan manusia bukan untuk kendaraan. Seberapa banyak manusia lewat, bukan seberapa banyak kendaraan lewat. Seberapa banyak taman dan trotoar untuk manusia bersosialisasi, bukan seberapa banyak tempat parkir untuk mobil dan motor dibuat.

Maka bila ada ruang untuk pelebaran jalan, dedikasikanlah ruang tersebut khusus buat kendaraan-kendaraan yang efisien. Bila macet itu tak bisa dihindari, maka beri keputusan macetlah untuk kendaraan pribadi, tapi melengganglah buat kendaraan umum masal, pesepeda dan pejalan kaki

Mewujudkan kota yang humanis, aman dan nyaman bagi pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna angkutan publik, pembangunan infrastruktur atau fasilitasnya harus layak dan dikelola dengan baik. Tapi yang paling utama adalah membangun kesadaran masyarakat untuk berbudaya transportasi ramah lingkungan. Salam lestari! (Cuham, Bersepeda itu baik)***

BACA JUGA:  Tour de France ke-111/2024: Groenewegen Terdepan Etape VI

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.