METRUM
Jelajah Komunitas

Pemegang Saham Apple Menolak Usulan Penghapusan Program Keberagaman Perusahaan

CEO Apple Tim Cook masih mempertahankan hubungan baik dengan Trump sejak masa jabatan pertamanya, sebuah aliansi yang sejauh ini telah membantu perusahaan itu menghindari tarif pada iPhone yang dibuat di China.

Para pemegang saham Apple menolak tekanan untuk mengikuti arahan Presiden Donald Trump dalam menghapus program keberagaman di perusahaan teknologi tersebut.

Dilansir dari VOA, sebuah proposal yang diajukan oleh National Center for Public Policy Research, sebuah lembaga kajian konservatif, mendesak Apple agar mengikuti langkah sejumlah perusahaan lain yang telah membatalkan program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI). Upaya ini sejalan dengan kebijakan pemerintahan Trump yang tengah menyoroti dan mengkritik inisiatif tersebut.

Namun, setelah presentasi singkat terkait proposal anti-DEI, Apple mengumumkan bahwa 97% pemegang saham menolak usulan tersebut. Dalam laporan regulasi yang diajukan pada Selasa (25/2/2025) malam, Apple menegaskan komitmennya terhadap program keberagaman meskipun menghadapi tekanan dari pemerintah.

Meskipun Trump telah meminta Departemen Kehakiman AS untuk menyelidiki apakah program DEI berdampak diskriminatif terhadap kelompok tertentu, Apple tetap mempertahankan kebijakannya. CEO Apple, Tim Cook, tetap menjalin hubungan baik dengan Trump, yang sebelumnya membantu Apple menghindari tarif impor iPhone dari China. Bahkan, setelah pertemuan Cook dan Trump pekan lalu, Apple mengumumkan investasi sebesar $500 miliar di AS serta penciptaan 20.000 lapangan kerja dalam lima tahun ke depan—sebuah langkah yang mendapat sambutan positif dari presiden.

Pemungutan suara pemegang saham Apple terjadi sebulan setelah proposal serupa diajukan dalam pertemuan tahunan Costco, yang juga ditolak mentah-mentah.

Meski mendapat penolakan, National Center for Public Policy Research tetap berupaya menekan Apple. Dalam presentasi yang direkam sebelumnya, Stefan Padfield, direktur eksekutif Free Enterprise Project dari lembaga tersebut, mengklaim bahwa kebijakan keberagaman yang “dipaksakan” merugikan bisnis. Ia juga menilai bahwa program DEI Apple bertentangan dengan beberapa putusan pengadilan terbaru dan dapat membuat perusahaan menghadapi risiko tuntutan hukum, termasuk dari pemerintahan Trump.

BACA JUGA:  Apple: Data Asisten Suara Siri Tetap Rahasia

“Suasana mulai berubah: DEI keluar, dan meritokrasi masuk,” ujar Padfield dalam presentasinya.

Kekhawatiran ini semakin meningkat setelah Jaksa Agung Florida, James Uthmeier, mengajukan gugatan terhadap Target, menuduh bahwa pengurangan program DEI oleh perusahaan ritel tersebut justru membuat pelanggan menjauh dan merugikan pemegang saham.

Seperti halnya Costco, Apple berpendapat bahwa keberagaman dalam tenaga kerja adalah strategi bisnis yang menguntungkan.

Namun, Cook mengakui bahwa Apple mungkin akan melakukan beberapa penyesuaian terhadap program DEI seiring dengan perubahan lanskap hukum. Meski demikian, ia menegaskan bahwa Apple akan tetap berkomitmen terhadap budaya inklusif yang telah membantu perusahaan mencapai nilai pasar $3,7 triliun, menjadikannya bisnis paling bernilai di dunia.

“Kami akan terus menciptakan budaya kebersamaan,” ujar Cook kepada para pemegang saham.

Dalam laporan keberagaman terakhirnya tahun 2022, Apple mengungkapkan bahwa hampir 75% tenaga kerja globalnya terdiri dari karyawan kulit putih dan Asia, dengan mayoritas laki-laki (hampir dua pertiga dari total pekerja).

Selama bertahun-tahun, perusahaan teknologi besar memang cenderung mempekerjakan pria kulit putih dan Asia, terutama di posisi teknik bergaji tinggi. Kondisi ini telah mendorong industri untuk menerapkan inisiatif keberagaman, meskipun hasilnya masih jauh dari harapan. (M1-VOA/my/uh)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.