METRUM
Jelajah Komunitas

Reuni Besar: Antara Reuni, CLBK dan Silaturahmi

DUA minggu lagi, sebuah hajat besar tiga tahunan Ikatan Alumni SMA Negeri 2 Bandung akan berlangsung. Ribuan alumni lintas angkatan diperkirakan bakal memenuhi Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih No.12 Ciumbuleuit Bandung, pada Sabtu, 24 Agustus 2019 mendatang dalam acara bertajuk “Reuni Besar: Kau, Aku, Kita adalah Indonesia”. Kegiatan rutin reuni lintas angkatan ini rencananya berlangsung dari siang hari hingga hampir tengah malam.

Reuni Angkatan 1992 SMAN 2 Bandung di PRV, Gegerkalong, Tahun 2009 (Dok. Nada).*

Berbagai acara menarik disuguhkan panitia. Mulai acara pre-event sampai acara puncak di hari H nanti. Sejatinya, peserta reuni bakal dibuai tentang kenangan indah masa lalu, tentang pertemanan, persahabatan, kenakalan dan berbagi cerita lama yang masih tersimpan dalam ingatan bersama teman-teman seangkatan masa sekolah dahulu.

Tim Basket Putri Kelas 3 Bio 1 pada Pekan Olahraga Antarkelas SMAN 2 Bandung Tahun 1991 (Dok. Nada).*

Nah, Saya amati, saat ini seringkali berita reunian memenuhi beranda media sosial dan jejaring sosial kita. Teknologi gawai yang semakin canggih dan relatif murah untuk dibeli dan dimiliki, serta kemudahan mengakses dan mendapatkan jaringan internet berkonsekuensi logis dengan kemudahan mendapatkan akses informasi dan kabar dari orang-orang yang pernah dikenalnya dahulu. Lewat situs pertemanan, media sosial dan jejaring sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Telegram, MySpace, CyWorld, Hi5, Orkut, Xiaonei, 51.com, Bebo, Whatsapp dan sebagainya) membantu orang-orang untuk menemukan kembali sahabat-sahabatnya dari masa lalu.

Saya pikir, berbagai jejaring pertemanan ini mampu menghubungkan kembali teman-teman karib yang telah lama terpisah sehingga acara reuni ikut menjadi tren.

Demikian pula yang terjadi pada media massa. Hampir setiap hari, ada saja berita mengenai reuni. Mulai dari reuni teman sekolah, kuliah, hingga teman sekompleks perumahan dulu. Sepertinya, pertemuan dengan kawan-kawan lama ini menjadi sesuatu yang dinanti. Sebenarnya ada apa dengan ajang kangen-kangenan bernama reuni ini?

(Dok Nada).*

Reuni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya) setelah berpisah cukup lama. Wajar saja setiap orang merindukan reuni. Orang beramai-ramai setia kepada tuntutan sukmanya untuk bertemu dan berakrab-akrab kembali dengan asal usulnya dulu.

Merayakan pertemuan setelah lama berpisah, keriangan akan bersua dengan teman-teman waktu sekolah dulu, serta mengenang kembali cerita-cerita lama menghilangkan sejenak kesusahan dan hiruk pikuknya rutinitas keseharian.

Acara reuni ada yang diadakan secara dadakan. Misalnya, beberapa orang teman lama janjian lewat situs pertemanan, lalu “kopi darat” di tempat yang telah disepakati. Namun, ada pula acara reuni yang dipersiapkan sejak jauh hari. Lokasi acara, pakaian, dan suasana diformat sedemikian rupa agar peserta reuni merasakan “roh” masa lalu.

Bahkan, Tidak sedikit pula, reuni yang diadakan secara besar-besaran, formal, lengkap dengan seremonial, makan-makan, dan hiburan yang mewah.

Di balik itu, apakah reuni ini hanya acara kangen-kangenan dengan teman lama semata? Sekadar hura-hura dan pesta pora? Atau lebih parah, reuni sebagai wadah bagi terjalinnya kembali hubungan asmara di masa lalu atau cinta lama bersemi kembali (CLBK)? Nah, ini yang ditakutkan.

Bahkan, beberapa teman SMP dan SMA saya mengaku, enggan hadir di reuni karena takut kasuat-suat bertemu mantan pacarnya dulu, sehingga dapat merusak keharmonisan rumah tangganya.

Menurut Dewi Kumaladewi, psikolog (“PR”, Minggu 19/7/09), sikap yang paling penting dalam menghindari ketakutan CLBK adalah memperkokoh hubungan suami istri dari berbagai sisi. Jika hubungan suami istri kokoh, reuni bukanlah merupakan ancaman.

Jadi, memberikan izin pada suami atau istri ikut reuni, juga menunjukkan kasih sayang padanya dan pengertian bahwa kita peduli pada kebahagiaannya. Yang terpenting dari reuni adalah makna yang terkandung di dalamnya, yaitu mengikat tali silaturahmi.

Secara harfiah, silaturahmi artinya menghubungkan tali kekerabatan, menghubungkan kasih sayang, dan menghendaki kebaikan. Silaturahmi itu tidak terikat waktu, bisa kapan saja, dan kepada siapa saja.

Banyak bersilaturahmi, berarti kita akan banyak “menyelesaikan problem”, “meluruskan benang kusut”, dan “mencairkan yang beku”. Bahkan, dalam sabda Rasul, Asra`ul khaira tsawaaban albirra wa shilatur rahmi. Kebaikan yang paling cepat balasannya, yaitu berbuat kebaikan dan silaturahmi.

(Dok Nada).*

Saya pikir, dari acara reunian, tidak sedikit yang kemudian melahirkan suatu kelompok untuk saling membantu di antara mereka. Reuni bisa menjadi sarana saling tukar informasi, jejaring usaha, dan juga bisnis. Agar lebih langgeng, dapat dibentuk suatu forum komunikasi, baik berupa yayasan maupun bentuk lainnya.

Jadi, ikut reuni? Siapa takut?! (Nada Ahmad)*** 

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.