Sandiaga Uno: IPSMF Jadi Lokomotif bagi Fotografer, Sineas dan Seniman di Seluruh Dunia
KOTA BANDUNG (METRUM) – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyebutkan International Photography and Short Movie Festival (IPSMF) 2023 dapat menjadi lokomotif bagi fotografer, sineas dan seniman di seluruh dunia. Hal ini disampaikan Sandiaga saat memberikan sambutan pada acara Seminar dan Malam Penganugerahan (Awarding Night) di Kampus Telkom University, Sabtu 18 November 2023.
“IPSMF juga diharapkan dapat memberikan makna bagi keberagaman serta memberikan inspirasi bagi anak bangsa untuk terus berkarya secara kreatif dan inovatif serta turut mendorong kemajuan industri kreatif dan pariwisata di Indonesia,” ujar Sandiaga Uno.
IPSMF merupakan acara internasional yang diadakan setiap tahun oleh Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Telkom University, Bandung. Pada tahun ini, IPSMF merupakan gelaran kedelapan dengan bertema “The Beauty of Diversity: Exploring Cultures Through a Multicultural Lens”.
“Keragaman ini mencakup berbagai perbedaan, termasuk ras, etnis, budaya, bahasa, agama, usia, kemampuan, dan status sosial ekonomi,” ujar Ketua IPSMF 2023, Anggian L Pasaribu, Minggu 19 November 2023.
Menurut dosen Program Studi Ilmu Komunikasi ini, IPSMF dapat menjadi saluran dalam mengeksplorasi budaya melalui lensa multikultural dengan memahami perspektif budaya dan pengalaman yang berbeda dengan cara mengakui dan menghargai keragaman.
“Kami berharap IPSMF dapat menjadi kegiatan kompetitif yang memfasilitasi keterampilan, menjadi sarana bertukar pikiran, dan tentunya sebagai wadah penyampaian pesan dari para kreator foto dan film kepada masyarakat luas,” katanya.
Sebagai kompetisi berskala internasional, dimana pesertanya termasuk negara lain, IPSMF diharapkan dapat membawa gambaran menarik mengenai budaya dan dinamika perubahan yang dialami di masing-masing negara serta bagaimana keberadaan budaya menjadi masa depan mereka.
Dalam rangkaian acara IPSMF, peserta juga tampak antusian menyimak paparan dari Darwis Triadi, fotografer senior yang telah berkecimpung di bidang fotografi selama 40 tahun. Selain Darwis, hadir pula seniman asal Bandung, Budi Setiawan Garda Pandawa atau yang dikenal dengan Budi Dalton. Selain sebagai aktor, Budi Dalton juga dikenal sebagai musisi, politikus, dan dosen.
Darwis sempat menjelaskan tentang pentingnya rasa pada saat memotret subyek dan objek foto. Dengan rasa, seorang fotografer tidak akan menjadikan kamera sebagai satu-satunya faktor yang menentukan hasil jepretan.
“Fotografi itu akan menarik kalau ada sense of human-nya. Karena pada dasarnya kamera itu kan hanya alat untuk mentransfer rasa kita. Fotografer harus menyadari bahwa mata itu bukan hanya untuk melihat tapi juga untuk merasakan,” ujarnya.
Sementara itu Budi Dalton mengajak peserta yang didominasi oleh anak muda untuk lebih percaya diri dalam berkarya. Sebagai seniman yang multitalenta, Budi menyebutkan perlunya “ngaji diri” atau lebih memahami diri sebagai individu sehingga bisa mengukur dan mengoptimalkan kemampuan atau skill baik yang dipelajari secara akademis maupun otodidak.
Pada akhir acara, diumumkan para pemenang dari festival ini sebagai berikut:
Student Photography:
- Juara 1: Bakar Tongkang (Muhammad Syarif S.)
- Juara 2: Miniatur Patung Raksasa Bung Karno (Mhd Dian Al-Fajr)
- Juara 3: Tari Cendrawasih (Iswahyura Putra Wasisa)
General Photography:
- Juara 1: Keris Pamor, Mpu Sungkowo Harumbrodjo, Majapahit traces in Java (Irhan Khoirul)
- Juara 2: Jathilan (Dikye Ariani)
- Juara 3: Last Generation of Lamaholot Female Gtattoo (Bonfilio Yosafat)
Short Movie:
- Best Director: Jiayang Zhou (Film Propedipus Flower)
- Best Fiction: Toya & Her Art Spirit (Andara Fembriarto)
- Best Documentary: The Perfect Shot : Antartica (Quinn Halleck)
- Best Cinematography: Risking Life (Lucky Jae)
- Best Screenplay: The Borders Never Die (Hamidreza Arjomandi).***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.