METRUM
Jelajah Komunitas

Cerita Sesungguhnya Dibalik ‘Pengibaran Bendera di Iwo Jiwa’

Foto Joe Rosenthal dalam ‘Pengibaran Bendera di Iwo Jiwa’ menjadi salah satu foto paling ikonik dalam Perang Dunia II, namun cerita sesungguhnya dibalik foto tersebut hanya sedikit diketahui dalam beberapa dekade.

KETIKA fotografer Joe Rosenthal mengambil foto para mainir Amerika Serikat yang mengibarkan bendera di Iwo Jiwa, dirinya belum mengetahui bahwa foto tersebut akan menjadi salah satu foto yang paling ikonik dalam sejarah Amerika Serikat. Ia hanya mendengar bahwa patroli akan menuju ke titik tertinggi pulau Iwo Jiwa dengan membawa bendera dan ia memutuskan untuk mengikuti mereka.

Rosenthal memanjat Gunung Suribachi, menghindari semua ranjau Jepang yang masih aktif dan berjalan melewati mayat. Saat jalan semakin curam, Rosenthal mengakui, “Saya mulai bertanya-tanya dan berharap ini semua sepadan dengan hasilnya.”

Dan ketika bendera berkibar, ia bahkan tidak memiliki waktu untuk mencek ulang kameranya sebelum mengambil gambar. Dalam beberapa bulan, foto Joe Rosenthal “Raising the Flag on Iwo Jiwa” berhasil memenangkan hadiah Pultizer dan ditampilkan dalam perangko Amerika Serikat.

Namun selama bertahun tahun lamanya, beredar desas-desus bahwa foto itu telah diatur dan tidak sejujur yang terlihat. Lantas apa cerita sebenarnya di balik suatu momen paling terkenal dari Perang Dunia II ini?

Mengapa Marinir AS Bertempur di Iwo Jiwa?

Iwo Jiwa merupakan sebuah pulau vulkanik kecil yang terletak di tengah-tengah pasifik antara Guam dan daratan Jepang. Selama berlangsungnya Perang Dunia II, pulau itu merupakan daerah pangkalan udara Jepang yang strategis. Pulau ini juga termasuk bagian dari Jepang, bukan wilayah luar negeri, dan merupakan daerah penting untuk loncatan invasi menuju daratan utama

Gunung Suribachi, puncak gunung berapi Iwo Jiwa (Sumber: allthatinteresting.com/ National Museum of the U.S.Navy).*

Jadi, meskipun Pulau seluas delapan mil persegi itu berisi bunker, terowongan, dan artileri tersembunyi, Marinir AS mendarat di Iwo Jima pada 19 Februari 1945, untuk mengambilnya.

Setelah empat hari pertempuran brutal, para marinir berhasil mengambil alih bagian selatan dari pulau Iwo Jiwa. Bersamaan dengan tembakan Jepang yang masih bergema di udara, tim marinir tetap pergi menuju puncak Gunung Suribachi, 554 kaki untuk mengibarkan bendera Amerika Serikat.

Bersamaan dengan tembakan yang menghujani mereka, 40 marinir yang berpatroli mulai mendaki gunung. Mereka membawa bendera Amerika Serikat dari USS Missoula. Berbekal dari perintah atasan mereka, “Jika kamu berada di atas, pasanglah.”

Para Marinir pada akhirnya sampai di puncak sekitar jam 10.30 siang. Pada Februari 23, 1945 akhirnya mereka mengibarkan bendera.

Armada Amerika Serikat tiba di sekitar Iwo Jiwa, dengan membawa ratusan kapal, menjadi buas seketika. “Semuanya meniup sirine dan klakson,” kenang veteran Tom Price. “Semuanya menyoraki dan itu merupakan sesuatu karena bendera dari Missoula merupakan yang pertama dikibarkan di wilayah Jepang.”

Namun bendera tersebut bukanlah yang terpotret dalam foto ikonik pengibaran bendera di Iwo Jiwa.

Pengibaran Bendera di Iwo Jiwa

Ketika bendera Amerika Serikat pertama kali berkibar di Gunung Suribachi, Jepang segera memberikan perlawanan. Bendera tersebut menjadi sasaran yang jelas bagi para prajurit yang menolak menyerahkan Iwo Jiwa.

Ketika tembakan menghujani Gunung Suribachi, Louis Lowery, seorang marinir fotografer segera berlindung dan merusak kameranya. Dan segera marinir diberikan perintah untuk segera menuju gunung, bendera itu terlalu kecil untuk dilihat dari pulau sudut manapun.

Puncaknya, mereka membutuhkan bendera kedua yang lebih besar.

Saat para marinir mengangkat bendera yang lebih besar ke atas gunung, Lowery segera pergi untuk mencari kamera baru. Dalam perjalanannya ke bawah gunung, ia lari menuju Joe Rosenthal. Bendera tersebut sudah berdiri di Iwo Jiwa, Lowery memberi tahu Rosenthal. Tetapi Rosenthal tetap mendaki, berharap perjuangannya terbayarkan. Ia akhirnya mencapai puncak bersamaan dengan bendera yang lebih besar.

Ketika Joe Rosenthal mencapai puncak gunung, ia melihat orang-orang yang sedang bekerja dengan tiang bendera yanag terbuat dari pipa yang sangat panjang.

“Saya datang dan terdiam beberapa menit sampai mereka siap untuk mengayunkan bendera ke posisinya,” kenangnya. Posisi Rosenthal sendiri jauh dari marinir untuk mendapatkan jepretan yang pas.

“Saya menyusun beberapa batu besar dan karung pasir Jepang untuk menaikan tinggi saya yang pendek,” ingat Rosenthal. Lalu ia menangkap momen tersebut yang kelak menjadi foto terkenal.

Joe Rosenthal memotret para marinir berpose dengan bendera di Iwo Jiwa. Foto Rosenthal kelak dikenal sebagai “Gung-Ho” foto (Sumber: allthatinteresting.com/ Bob Campbell/ Wikimedia Commons).*

Rosenthal membawa kamera graflek 4×5 yang besar menuju puncak gunung. Dan ketika diatas, ia berhasil menangkap satu foto pengibaran bendera.

“Dari sudut mata saya, saya melihat orang-orang mulai mendirikan benderanya” ujar Rosenthal. “saya menyiapkan kamera dan memotret momen tersebut. Inilah bagaimana foto ini diambil, dan ketika dirimu memotret foto seperti itu, anda tidak pergi begitu saja dan mengatakan dirimu mendapatkan foto bagus, dirimu tidak tahu itu.”

Tidak yakin ia mendapatkan moment itu, Rosenthal bertanya kepada sekumpulan marinir yang sedang berkumpul di sekitaran bendera untuk berfoto yang kelak akan dikenal sebagai foto “Gung-Ho”.

Lalu, Rosenthal mendaki kembali gunung tersebut untuk mengirim filmnya lalu pergi ke Guam untuk mengembangkannya. Setelah 18 jam, Asosiasi Pers segera mendistribusikan foto “Pengibaran Bendera di Iwo Jiwa” ke seluruh koran di Amerika Serikat, yang mana gambar itu menjadi headline di seluruh negeri.

Kontroversi Pada Foto Joe Rosenthal

Foto pengibaran bendera di Iwo Jiwa sangatlah sempurna, saking sempurnanya foto tersebut diduga merupakan sebuah foto yang direncanakan sebelumnya.

“Joe menghabiskan sisa hidupnya untuk membela foto tersebut benar adanya,” ujar foto editor Hall Buell. Militer melakukan investigasi pada foto tersebut, begitu pula dengan majalah LIFE. Pada setiap penyelidikan foto itu terbukti bukan lah sebuah foto yang direncanakan sebelumnya.

Namun, Rumor tersebut tetap beredar.

Bahkan Lowery, seorang fotografer yang menangkap momen pertama pengibaran bendera tersebut, menduga foto dari Rosenthal terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Bill Genaust, seorang fotografer perang, berada pada sisi Joe Rosenthal ketika ia memotret foto terkenal itu. Genaust, membawa kamera film, menangkap keseluruhan moment tersebut. Film itu membuktikan foto ikonik tersebut bukanlah rekayasa. Namun Genaust tidak bisa membela Rosenthal, ia tewas di Gua Iwo Jiwa.

Pertempuran Iwo Jiwa terus berlangsung selama sebulan lamanya setelah pengibaran bendera. Pertempuran itu diklaim merenggut 26.000 nyawa pihak Amerika, dan tiga marinir di foto terkenal itu kehilangan nyawanya di pulau tersebut.

Namun foto pengibaran bendera di Iwo Jiwa akan terus hidup sebagai bukti keberanian para marinir yang hidup mempertaruhkan nyawanya untuk negara mereka dan para fotografer yang mempertaruhkan nyawanya untuk mengabadikan momen ikonik tersebut. (Muhammad Fadli Sinatrya/JT)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.