Ekstra Perhatian pada Cedera Kepala!
KECELAKAAN yang mengakibatkan cedera kepala adalah sesuatu yang terjadi dengan tidak terduga dan tentu tidak diharapkan. Pun, itu terjadi tanpa bisa dicegah. Karena itu, yang terpenting adalah penanganan pascacedera yang tepat dan cepat.
Dilansir dari www.pikiran-rakyat.com (22/07/18) lalu, mendengarkan kerabat atau anggota keluarga mengalami kecelakaan dengan cedera di kepala, pasti langsung membuat kita khawatir dan miris. Tidaklah mengherankan karena di kepala terdapat otak dan saraf yang memengaruhi kerja organ-organ lain di tubuh kita.
Cedera kepala pun bisa membuat seseorang mengalami penurunan tingkat kesadaran. Bahkan, salah satu penilaian dalam mengategorikan cedera kepala apakah tergolong ringan, berat, atau sedang, itu dilihat dari jumlah skor dalam menilai tingkat kesadarannya.
“Pembagian skor berdasarkan Glasgow Coma Scale. Ada nilai ringan bila skornya 13-15, sedang dengan skor 8-13, dan berat bila skor di bawah 8. Penilaiannya dari tingkat kesadarannya, dilihat dari berbagai aspek seperti respons mata, pergerakan kaki atau tangan, dan kemampuan verbalnya,” ucap Bilzardy Ferry Zulkifli, dokter spesialis bedah saraf ketika ditemui di salah satu tempat praktiknya di RS Melinda 2, Jalan Dr Cipto Nomor 1 Kota Bandung.
Ia mengatakan, cedera kepala adalah menyangkut seluruh bagian kepala, depan, dan belakang, juga lapisan luar yang dimulai dari kulit sampai terdalam seperti otak.
Kondisi kecelakaan yang dialami bisa beragam. Bisa karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dipukul dengan benda tajam atau benda tumpul, tertembak senjata api, dan sebagainya.
Ketika kecelakaan terjadi, kata dia, sekecil apa pun bagian yang terdampak di kepala, pasien harus segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit. Bila memungkinkan, pasien dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap untuk pemeriksaan mendalam seperti ada alat CT scan, yang sejak Juni ini tersedia di RS Melinda 2.
“Tidak menutup kemungkinan, ketika pemeriksaan pascakecelakaan itu pasien masih bisa berbicara tentang kecelakaan yang dialaminya sehingga mengakibatkan cedera, tetapi tiba-tiba turun kesadarannya lalu pingsan. Kita harus menilai tingkat kesadarannya sekaligus melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan penyebab cedera ada di mana sehingga bisa dilakukan tindakan selanjutnya,” tutur Bilzardy.
Ia menyatakan, posisi awal jatuh atau terbenturnya kepala akan mengakibatkan dampak yang berbeda. Bisa saja cedera itu hanya luka luar, tapi juga bisa perdarahan di dalam. Ada yang luka kecil dan langsung pulang setelah diobservasi di UGD selama sekitar enam jam, ada juga yang membutuhkan perawatan lanjutan di RS meskipun penilaian kesadarannya baik.
Perdarahan
Bilzardy menuturkan, yang dikhawatirkan dari cedera kepala adalah terjadinya perdarahan di luar atau bagian dalam kepala. Perdarahan itu bermakna adanya robekan pembuluh darah di dalam kepala. Perdarahan yang paling berbahaya, bila terjadi di otak kecil yang posisinya di kepala bagian belakang bawah.
“Di dalam kepala kita ada otak besar dan otak kecil. Otak kecil itu ruangannya kecil. Perdarahan 10 cc di otak kecil bila dibandingkan dengan 10 cc di otak besar, efeknya sangat berbeda. Untuk cedera dengan perdarahan di dalam, pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk melihat volume perdarahannya dan lokasinya,” ujarnya.
Ia mengatakan, kepala tersusun atas tulang tengkorak yang di bawahnya ada selaput pembungkus otak atau meninges, yang terdiri atas tiga lapisan. Di setiap lapisan dan di dalam jaringan otak itu sendiri bisa terjadi perdarahan ketika cedera kepala terjadi. Di dalam rongga otak pun, perdarahan bisa terjadi.
Ia menjelaskan, perdarahan di dalam jaringan otak atau rongga otak belum tentu lebih berbahaya dibandingkan ketika perdarahan terjadi di lapisan-lapisan selaput otak, misalnya, lapisan epidural yang berada di bawah tulang tengkorak.
Ia pernah mendapatkan pasien yang mengalami perdarahan epidural tapi ketika sampai RS sudah dalam kondisi dengan tingkat kesadaran yang sangat turun. Padahal, ketika perdarahan terjadi di lapisan itu dan bisa ditindak dengan cepat, pasien bisa kembali sadar dengan lebih cepat.
Selain itu, perdarahan juga bisa terjadi karena cedera menimbulkan retakan di tulang tengkorak. Retakan itu juga bisa mengakibatkan selaput sobek sehingga perdarahan bisa sampai ke dalam otak. Dalam kondisi yang lebih buruk, perdarahan di dalam biasanya disertai kerusakan jaringan otak.
Berbagai jenis perdarahan itu pun bisa terjadi sekaligus pada satu orang yang mengalami cedera kepala. Seperti pasien anak yang ditanganinya di RS Melinda 2 beberapa bulan yang lalu. Pasien anak itu terjatuh dari lantai 2 yang mengakibatkan semua jenis perdarahan ada pada kepalanya. Tulang tengkoraknya retak dan retakannya menusuk ke dalam otak. Nilai kesadarannya pun pada kisaran 8-9.
Setelah dioperasi untuk memperbaiki tulang tengkoraknya, mengangkat perdarahannya, dan dilanjutkan dengan perawatan yang baik, pasien anak itu sudah bisa beraktivitas lagi. Oleh karena itulah, penanganan cepat dan tepat pascakecelakaan sangat diperlukan.
“Recovery untuk anak-anak dan sampai usia dewasa muda memang lebih bagus. Semakin tua, otak kita semakin mengecil dan semakin kaku, elastisitasnya berkurang. Apalagi kalau sudah tua, pembuluh darahnya juga sudah kaku, tidak elastis, dan biasanya ada penyakit lain yang menjadi pemberat kondisi umumnya. Namun, pada orang muda sekalipun, kondisinya bergantung pada derajat cedera kepalanya,” tuturnya.
Ia mengatakan, jeda waktu yang tersedia akibat cedera kepala ataupun leher tidaklah lama. Apalagi, bila terjadi banyak perdarahan. Di leher sendiri, ada ruas yang langsung mengatur napas sehingga bila patah dan ditanganinya terlalu lama bisa mengakibatkan kesulitan bernapas.
“Oleh karena itulah, sebaiknya penanganan harus cepat dan sesuai. Belum tentu pasien yang datang dengan kondisi berat lalu hasilnya jelek, begitu juga sebaliknya. Yang terpenting ditangani segera di RS yang lengkap sehingga pemeriksaannya bisa dilakukan dengan lengkap untuk menentukan penanganan yang sesuai,” katanya. (M1)***