Minimnya Ruang Pemuda Berekspresi
Oleh Muhammad Fadli Sinatrya*
BEBERAPA bulan yang lalu di daerah Indonesia tepatnya kota Makassar telah viral dengan adanya video para pemuda yang bertarung satu lawan satu dan ditonton puluhan pemuda Makassar. Para pemuda ini bertarung bak seperti petarung Ultimate Fighting Championsip atau UFC. Namun arena pertarungannya bukanlah oktagon melainkan jalanan dengan aspal yang keras.
Dalam video, terlihat kedua petarung saling bersalaman sebelum laga dimulai, disini terlihat mereka tidak bertarung karena adanya suatu masalah ataupun dendam, melainkan murni hanya ingin bertarung saja. Pada akhirnya aktivitas para pemuda Makassar terendus pihak kepolisian dan dengan segera bergerak melakukan penyelidikan untuk mengungkap dalang dari tarung bebas jalanan tersebut.
Di sisi lain, sebuah kota yang disebut kota pelajar, justru saat ini geger karena adanya fenomena pelajar yang membawa sajam di jalanan pada malam hari, fenomena ini dinamakan Kilith. Fenomena ini merupakan salah satu bentuk anarkisme dari para remaja yang meresahkan masyarakat Yogyakarta. Kilith biasanya dilakukan oleh segerombolan anak SMP/SMA yang mencari target untuk dihajar, dan disiksa. Target dari para pelaku merupakan lawan ataupun rival dari geng mereka. Namun saat ini tidak hanya sesama pelajar saja target yang mereka serang, melainkan mahasiswa, masyarakat jogja hingga para wisatawan pun mereka serang dengan ganas dan bringas. Meski agak terlambat respon dari kepolisian, mereka pada akhrinya bergerak untuk menumpaskan Kilith.
Pada kedua kasus di atas, rata-rata para pelaku dalam kegiatan tersebut merupakan pemuda dengan rentang usia 11 sampai 20an. Pada masa ini merupakan masa dimana pencarian jati diri dimulai. Jika pencarian jati diri ini salah ditangani terjadilah penyimpangan remaja. Penyimpangan ini dinamakan dengan kenakalan remaja. Menurut data KPAI pada 2019, jumlah anak yang berhadapan dengan hukum mencapai 1.251 kasus, tentu ini merupakan angka yang sangat tinggi. Berbagai sebab penyebab dalam kenakalan remaja mulai dari, kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua, hingga kurangnya ruang para pemuda untuk berekspresi.
Sebagai generasi penerus bangsa serta agen perubahan, tentunya pemuda memiliki peranan yang penting dalam proses pembangunan negeri ini. Tentunya kemajuan suatu bangsa juga harus seiringan dengan bagaimana pemuda di dalamnya, seperti bagaimana produktivitas pemuda demi kemajuaan dan eksistensi bangsanya. Generasi muda merupakan tonggak bagi kemajuan sebuah bangsa.
Tercatat dalam sejarah bangsa, peran pemuda pertama bisa dilihat dari adanya pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908. Setelah itu, peristiwa Sumpah Pemuda yang terjadi pada tahun 1928 dimana mereka berhasil menghasilkan ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak sejarah pergerakan pemuda seluruh Indonesia dalam semangat kemerdekaan Indonesia.
Namun, saat ini justru para pemuda seolah hilang semangat kemerdekaannya, mereka seolah bingung dengan diri mereka, hingga akhrinya mereka melakukan kenakalan remaja karena tidak mampu mengekspresikan diri mereka sendiri.
Minimnya ruang pemuda untuk berekspresi tentu merupakan faktor utama mengapa kenakalan remaja terus terjadi, tidak seperti jaman penjajahan dahulu dimana pemudanya bisa berekspresi untuk membantu kemerdekaan Indonesia, kini para pemuda seolah bingung mencari jati dirinya. Minimnya ruang gratis, ruang yang aman bagi pemuda untuk sekedar menunjukkan eksistensi mereka seolah sangat sulit untuk didapatkan.
Banyaknya larangan dari pemerintah membuat pemuda bingung bagaimana mengekspresikan diri, bahkan sekedar ingin menggambar saja dianggap vandalisme hingga menggambar wajah saja dikejar-kejar pihak kepolisian karena dianggap menghina presiden. Ingin sekedar band-bandan saja tidak bisa karena tidak ada acara dan tidak punya modal. Ingin bermain skateboard tidak bisa juga karena tidak ada ruang atau arena untuk bermain. Sekedar bermain game online juga dianggap pemalas karena kerjanya hanya bermain saja, padahal banyak atlit e-sports kelas dunia yang kini sukses karena diawali bermain game.
Oleh karena itu, perlunya akses ruang bagi pemuda sangat penting untuk menurunkan tingkat kenakalan anak muda, dengan banyaknya ruang akses bagi pemuda diharapkan mereka bisa berekspresi dengan rasa aman dan bisa melakukan hal produktif yang mereka inginkan. Jika seandainya para pemuda dapat melakukan hal tersebut, kita tidak perlu takut lagi dengan nasib bangsa Indonesia.***
*Penulis, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI)
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.