METRUM
Jelajah Komunitas

Pernah Déjà vu? Begini Penjelasan Ilmiahnya

SEBAGIAN besar orang pasti pernah merasakan Déjà vu. Meski begitu, kebanyakan dari orang-orang tidak pernah mengetahui atau menyadari bagaimana perasaan itu bisa muncul.

Déjà vu merupakan kejadian aneh yang kita alami dan bukan merupakan kejadian pertama kalinya. Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang memiliki arti perasaan aneh. Namun, seperti apakah Déjà vu sebenarnya?

Psikolog sekaligus ilmuwan asal Colorado, Amerika Serikat bernama Anne Cleary menilai Déjà vu hanyalah sebuah perasaan saja.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Psychological Science, Anne mengatakan bahwa orang yang mengalami Déjà vu tidak mungkin menggambarkan sesuatu secara akurat dan rinci terkait pengalaman tersebut.

Ia juga membantah penelitian sebelumnya yang menyebut Déjà vu berhubungan dengan kenangan. Hal itu justru berhubungan dengan kebiasaan yang menjadi pemicu utamanya.

Sebagai contoh, tata letak jalan, tata ruang, atau wajah sangat mungkin terlihat mirip dengan tata letak jalan, tata ruang, atau wajah yang berbeda. Déjà vu bisa muncul tanpa ingatan khusus yang segera muncul dalam pikiran kita.

“Otak kita mengenali kesamaan. Informasi itu muncul sebagai perasaan meresahkan yang pernah kita hadapi sebelumnya,” ujar Anne dilansir dari Science AlertKamis, 8 Maret 2018 lalu.

Penelitian Psychological Science (sciencealert)

Menurut Anne, laporan anekdotal menunjukkan, Déjà vu sering disertai perasaan kuat untuk bisa memprediksi masa depan. Dalam eksperimen 1959 yang menginduksi Déjà vu dengan merangsang korteks temporal, peserta juga melaporkan perasaan pertanda.

Anne mengumpulkan 298 orang untuk membuat lingkungan dalam gim komputer The Sims dalam penelitiannya. Layout yang dibuat sama tetapi secara tematis berbeda. Dalam penelitian lain, duplikasi itu terbukti mendorong perasaan Déjà vu pada peserta.

Kemudian, peserta diberi tugas untuk menonton tentang serangkaian adegan wanita yang mengucapkan sesuatu seperti barang rongsokan atau akuarium.

Kemudian, mereka ditunjukan serangkaian video uji yang berbeda dari penelitian tetapi setengahnya dibuat sama. Saat mereka bingung, peserta mulai ditanya apa mengalami Déjà vu dan apa bisa memprediksi kejadian berikutnya.

Sebagian dari peserta menjawab mengalami Déjà vu, tetapi tidak bisa memprediksi kejadian berikutnya. Penelitian Anne tersebut menunjukan bahwa Déjà vu sejatinya hanya perasaan manusia saja.(M1)***

komentar

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: