Taiwan Travelogue Sabet Baifang Schell Book Prize dari Asia Society
TAIWAN, ROC (METRUM) – Asia Society untuk pertama kalinya menggelar penyerahan Baifang Schell Book Prize di kantor pusatnya di New York pada 16 Juni. Dalam ajang penghargaan ini, buku Taiwan Travelogue karya Yang Shuang-zi (楊双子) yang diterjemahkan oleh Lin King (金翎) berhasil meraih kategori “Penghargaan Sastra Terjemahan”. Untuk menerima penghargaan tersebut, Lin King hadir langsung di New York.
Baifang Schell Book Prize merupakan penghargaan yang diinisiasi oleh China Books Review, didirikan oleh Orville Schell sebagai bentuk penghormatan terhadap mendiang istrinya, Liu Bai-fang. Penghargaan ini terbagi dalam dua kategori utama, yakni “non-sastra” dan “terjemahan sastra”, masing-masing dilengkapi dengan hadiah uang sebesar US$10.000.
Para juri memberikan apresiasi tinggi terhadap Taiwan Travelogue, yang dinilai cerdas dalam memadukan unsur sastra dengan narasi kuliner yang kaya dan halus. Buku ini menyuguhkan pengalaman kompleks yang menggugah pandangan pembaca terhadap makna persahabatan dan cinta.
Untuk kategori non-sastra, penghargaan diberikan kepada Edward Wong, jurnalis senior dari New York Times, atas karyanya berjudul At the Edge of Empire: A Family’s Reckoning with China.
Karena sedang menghadiri pameran buku internasional di Seoul, Korea Selatan, Yang Shuang-zi tidak dapat hadir langsung dalam acara penghargaan. Namun, melalui video sambutan, ia menyampaikan harapannya untuk menulis karya baru yang mengeksplorasi tema rezim kolonial dan dampaknya terhadap masyarakat Taiwan. Ia ingin menggambarkan pilihan-pilihan yang diambil masyarakat setelah kolonialisme berakhir dan transformasi batin yang mereka alami—semuanya disampaikan dalam gaya yang ringan dan hidup.
“Saya berharap para pembaca yang telah menikmati Taiwan Travelogue akan terdorong untuk mengunjungi Taiwan secara langsung,” ujarnya.
Sementara itu, Lin King selaku penerjemah mengungkapkan bahwa buku tersebut sangat istimewa. Meski mengangkat tema-tema berat seperti diskriminasi kekaisaran, kolonialisme, gender, dan ras, Yang Shuang-zi menyampaikannya melalui kisah yang penuh dengan makanan, nuansa romantis, dan humor.
Pendekatan ini memungkinkan pembaca tidak hanya menikmati cerita, tetapi juga merenungkan bahwa sejarah berakar dari kehidupan sehari-hari. Menurut Lin, kehidupan selama masa kolonial maupun perang tidak hanya diisi oleh penderitaan, tetapi juga ada kebahagiaan—yang justru membuat kenangan pahit terasa lebih dalam. (M1-RTI)***
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.