METRUM
Jelajah Komunitas

Telaga Ngipik Gresik, Semula Bukit Kapur untuk Bahan Baku Pabrik Semen Indonesia

NAMA Ngipik digunakan untuk dua lokasi: telaga atau danau dan sebuah desa. Karena berada di Desa Ngipik maka telaga itu dipanggil Telaga Ngipik. Lokasinya di Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.

Telaga seluas lebih kurang 20 hektare ini memiliki kisah panjang yang bermuatan pelajaran ekonomi-bisnis-industri dan lingkunan hidup. Semula berupa sebuah bukit kapur dan tambang tanah liat sebagai bahan baku pembuatan semen.

Pengambilan bahan baku selama bertahun-tahun, baik dengan cara diledakkan maupun dikeruk, pada gilirannya mengubah bukit itu menjadi rata dengan tanah dan bahkan menjadi lubang berukuran sangat luas.

RERIMBUNAN pepohonan mewarnai lingkungan di sekitar Telaga Ngipik, Kabupaten Gresik. (Foto: Widodo A.).*

Fenomena itu dengan sendirinya menimbulkan pertanyaan, kegiatan yang bermanfaat secara ekonomi itu dibiarkan merusak lingkungan hidup atau sekaligus melestarikan lingkungan hidup? Kesadaran mereka yang terlibat dalam usaha produksi semen itu pada akhirnya memang melahirkan pemikiran dan kebijakan, bagaimana bisnis berjalan baik dan lingkungan hidup tetap terjaga dengan baik.

Salah satu wujud dari solusi pelestarian lingkungan hidup itu adalah pada sekitar tahun 2002 lubang raksasa tersebut dijadikan sebagai telaga yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Sejak saat itu masyarakat bisa memancing ikan di pinggiran danau dengan duduk santai di bawah rerimbunan pohon penghijauan. Di Taman Bermain itu sudah ada Komunitas Mancing Mania.

Ada juga hiburan musik yang digelar pada hari-hari tertentu atau hari libur. Bagi mereka yang suka berfoto-foto di sini juga tersedia pemandangan danau yang sangat bagus. Warga juga bisa berwisata dengan naik perahu motor yang bisa menampung antara 10-12 orang. Tarifnya hanya Rp 3.000,00/orang untuk sekali putaran mengelilingi telaga ini.

Telaga Ngipik juga dimanfaatkan untuk olahraga ski air, bahkan pernah dijadikan tempat Kejuaraan Daerah Ski Air Jawa Timur. Terkait pemanfaatan sebagai obyek wisata ini, Manajemen PT Semen Gresik pada 2002 mengubah nama Telaga Ngipik menjadi Telaga Giri Wana Tirta. (LintasJatimNews.com, 12/3/2021)

Menurut beberapa warga Gresik, belakangan pengelolaan Telaga Ngipik sebagai obyek wisata kurang maksimal. Padahal sebetulnya Pemerintah Kabupaten Gresik ikut mendukung keberadaannya. Apalagi penghijauan di sekitar telaga dengan air (hujan) yang tampak berwarna biru ini lumayan membuat sejuk daerah Gresik yang panas.

Sejarah panjang Semen Gresik

Keberadaan Telaga Ngipik ini memang tidak bisa lepas dari keberadaan Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang dahulu bernama PT Semen Gresik. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini didirikan pada 25 Maret 1953 dengan nama NV Pabrik Semen Gresik dan mulai beroperasi  secara komersial pada 7 Agustus 1957.

Pabrik Semen Gresik (Persero) Tbk dan anak usahanya berada di Jawa Timur (Gresik dan Tuban), Jawa Tengah (Rembang dan Cilacap), Narogong (Jawa Barat), Indarung (Sumatera Barat), Lhoknga (Aceh), Pangkep (Sulawesi Selatan), dan Quang Ninh (Vietnam).

Pemegang saham pengendali Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah Pemerintah Republik Indonesia dengan persentase saham kepemilikan sebesar 51,01 persen. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SMGR adalah bergerak dalam bidang industri semen, termasuk kegiatan produksi, menambang dan atau menggali bahan yang diperlukan dalam industri semen atau industri lainnya.

RERIMBUNAN pepohonan mewarnai lingkungan di sekitar Telaga Ngipik, Kabupaten Gresik. (Foto: Widodo A).*

Industri lainnya itu adalah perdagangan, pemasaran dan distribusi terkait dengan industri semen serta pemberian jasa untuk industri semen dan atau industri lainnya. Saat ini perusahaan bergerak di industri semen, hasil produksi dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.

Jenis semen yang dihasilkan oleh SMGR antara lain semen portland tipe I sampai V, special blended cement, portland pozzolan, portland composite cement, super masonry cement, dan oil weill cement class GHRC. (britama.com)

Di luar bidang bisnis, Semen Indonesia mempunyai yayasan (Yayasan Semen Indonesia/Semen Indonesia Foundation/SMIF) yang bergerak di bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kemanusiaan, dan lingkungan hidup. Khusus lingkungan hidup, SMIF bermaksud mengembangkan kesadaran lingkungan hidup sehingga masyarakat dapat lebih memahami prinsip-prinsip ekologi dalam kehidupan bersama.

Keberadaan Telaga Ngipik dan penghijauan di sekitarnya merupakan perwujudan dari misi SMIF. Dahlan Iskan, wartawan senior dan tokoh pers Indonesia yang pernah menjadi Menteri BUMN, pada 31 Mei 2012 lalu di Gresik pernah menandatangani prasasti pendirian Pusat Pengembangan Lingkungan Hidup SMIF. (Widodo A, Wartawan Senior)***

komentar

Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.